Recruitment Karang dan Kelulusan Hidup

Anoda merupakan elektroda yang dihubungkan dengan terminal pasitif pada catu daya dan merupakan terminal dimana elektron diambil dari ion-ion di dalam larutan untuk memfasilitasi reaksi kimia. Material anoda memiliki ketahanan yang kuat dari proses karatan atau korosi. Catu daya merupakan komponen yang berperan dalam penyediaan aliran listrik. Pengaturan terhadap besar kecilnya voltase dan arus yang akan dialirkan diatur oleh catu daya.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses

mineral accretion Menurut Lee 2002, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses mineral accretion, antara lain: 1 pH. Proses elektrolisis akan menyebabkan terjadinya perubahan nilai derajat keasaman laut, dan besarnya akan ditentukan oleh densitas arus yang dialirkan terhadap kedua elektroda; 2 kelarutan produk. Berhubungan dengan konsentrasi maksimal suatu larutan dalam perairan, dikenal dengan istilah tingkat kejenuhan. Apabila tingkat kejenuhan ion terlalu tinggi, maka akan terjadi reaksi dari fase cair menjadi padatan. Hal ini terjadi karena air laut tidak mampu untuk mempertahankannya tetap dalam bentuk terlarut; 3 elektrolisis . Proses ini berhubungan dengan pengembangan gas hidrogen dari katoda; 4 voltase. Semakin besar beda voltase antara kedua elektroda maka semakin besar kemungkinan terjadinya reaksi. Perbedaan voltase dan material elektroda berperan dalam penentuan reaksi kimia yang terjadi. Sebaiknya voltase yang digunakan adalah sekecil mungkin dan cukup untuk mendorong terjadinya proses mineral accretion. Besaran voltase yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 volt; 5 arus listrik. Bila ada voltase yang menyebabkan terjadinya reaksi elektrokimia, maka besaran arus yang melewati sirkuit akan menentukan bayaknya produksi reaksi akhir di dalam sel elektrolisis, seperti gas hidrogen. Besaran arus yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 ampere.

2.5 Recruitment Karang dan Kelulusan Hidup

Coral resistance adalah daya tahan karang dalam beradaptasi atau mempertahankan hidup terhadap gangguan atau tekanan lingkungan, baik secara alami maupun akibat aktifitas manusia. Recruitment karang merupakan proses dan peristiwa kemunculan individu-inidividu karang muda yang dihasilkan melalui reproduksi, kemudian menempel pada substrat dan menjadi bagian dari populasi. Larva karang membutuhkan substrat yang keras dan kokoh sebagai tempat untuk menempel, kemudian bermetamorfosis, tumbuh dan berkembang. Sukarno et al. 1983 menyatakan bahwa substrat yang keras diperlukan karang untuk tempat melekatnya larva, sehingga memungkinkan untuk pembentukan koloni baru. Kerangka biorock dapat digunakan larva karang sebagai tempat penempelan. Kelimpahan recruitment karang keras merupakan salah satu variabel pengukuran tingkat pemulihan suatu wilayah ekosistem terumbu karang. Richmond and Hunter 1990, proses recruitment karang merupakan indikator yang penting untuk regenerasi terumbu karang dan potensi pertumbuhannya. Proses recruitment itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain kelimpahan individu karang dewasa baik dari komunitas yang sudah stabil maupun dari komunitas yang jauh, sirkulasi air laut, tipe substrat, intensitas pemangsaan, kompetisi dengan makroalga dan sedimentasi. Pola sirkulasi laut yang kompleks, baik dulu maupun sekarang membentuk batas-batas biogeografik yang menentukan batas wilayah biogeografik Veron, 1995. Kualitas lingkungan kondisi perairan berperan besar dalam proses reproduksi karang, recruitment dan juga keberhasilan hidup recruitment. Larva karang yang telah menempel pada substrat tidak semuanya dapat bertahan hidup atau berhasil menjadi karang dewasa. Mekanisme penempelan larva karang diawali dengan melakukan kontak terhadap substrat. Harrison dan Wallace 1990 melaporkan bahwa proses pencarian substrat dengan melakukan kontak langsung dapat dilakukan larva karang secara berulang-ulang sampai menemukan substrat yang benar-benar cocok. Ketika melakukan kontak dengan substrat, larva karang juga akan melakukan reaksi dengan biological films lapisan organisme yang melapisi permukaan substrat. Samidjan 2005 in Rudi 2006 menyatakan bahwa spesies bakteri tertentu mampu untuk memicu penempelan larva karang. Hasil pengamatan suksesi komunitas bentik pada terumbu buatan disimpulkan bahwa bakteri Micrococcus luteus memicu terjadinya penempelan karang jenis Pocillopora damicornis dan bakteri Marinomonas communis adalah pionir untuk mendorong terjadinya penempelan karang Acropora tenuis. Richmond 1997 menjelaskan adanya sinyal kimia antara kelompok crustose coralline algae tertentu dengan jenis karang tertentu dalam proses kolonisasi tersebut. Apabila substrat telah cocok dan memiliki biological films, maka planula karang akan melakukan pelekatan dengan menggunakan permukaan aboral, melepaskan lapisan matriks organik, kemudian melakukan deposisi rangka karbonat Rudi, 2006.

2.6 Pola Suksesi pada