V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama tujuh bulan terhadap Studi Recruitment Karang dan Organisme Bentik pada Artificial Biorock, Pulau
Pramuka-DKI Jakarta, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1
Biorock dan non-biorock dapat ditumbuhi oleh karang, organisme bentik, dan biota-biota laut yang umum terdapat pada ekosistem
terumbu karang alami. Oleh sebab itu, artificial biorock sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu alternatif rehabilitasi
terumbu karang. 2
Pada akhir pengamatan, kekayaan jenis karang yang menempel pada biorock lebih tinggi dibandingkan non-biorock, yaitu sebanyak
sepuluh genera yang terdiri dari enam famili. Tingkat kelulusan karang jenis Acropora dan Pocillopora pada biorock lebih tinggi
dibandingkan non-biorock. 3
Pada awal-awal pertumbuhan, rata-rata laju pertumbuhan karang pada non-biorock lebih tinggi daripada biorock, namun pertumbuhan
karang pada biorock lebih stabil. Pada dua bulan terakhir pengamatan, laju pertumbuhan karang pada biorock lebih tinggi dibandingkan non-
biorock. 4
Berdasarkan uji ANOVA mineral accretion tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan dan tingkat
kelulusan hidup karang.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis menganggap perlu untuk memberikan beberapa saran, antara lain:
1 Melakukan penelitian terhadap sumber larva yang menempel pada kerangka biorock dan non-biorock.
2 Melakukan penelitian lanjutan terhadap tingkat kelulusan hidup dan laju pertumbuhan karang sampai mencapai ukuran dewasa.
3 Perlu untuk mengembangkan sistem instalasi listrik, agar arus yang mengaliri katoda dan anoda berjalan dengan konstan.
4 Melakukan kajian terhadap keberadaan ikan karang di sekitar biorock. 5 Melakukan kajian terhadap persen cover karang dan organisme bentik
lainnya yang terdapat pada biorock.
50
DAFTAR PUSTAKA
Abdallah KI. 2010. Comparative study of the growth and survival rates of hard coral transplant in biorock and non biorock artificial reef. [Thesis]. Bogor
ID: Bogor Agricultural University. Abrar M. 2011. Kelulusan hidup rekrutmen karang scleractinia di perairan gugus
Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. [Thesis]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Bachtiar I. 2001. Reproduction of three sceleractinian corals Acropora cytherea, A. nobilis, Hydnophora rigida in eastern Lombok Strait, Indonesia.
Journal of Marine Sciences. 21 V: 18-27. Birkeland C. 1997. Life and death of coral reefs. Chapman and Hall. New York:
536. Cornelia MI, Ambarwulan W, Dartoyo A. 2005. Prosedur dan spesifikasi teknis
analisis kesesuaian budidaya terumbu karang buatan. Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut. Bakosurtanal.
D’Itri FM. 1985. Artificial reefs: Marine and freshwater application. Lewis Publishers, Inc. Chelsea, Michigan. 589p.
Estradivari, Syahrir M, Susilo N, Yusri S, Timotius S. 2007. Terumbu karang Jakarta: Pengamatan jangka panjang terumbu karang Kepulauan Seribu
2004-2005. Yayasan TERANGI, Jakarta: 87 + ix hal. Glynn PW, Gassman NJ, Eakin CM, Cortes J, Smith DB, Guzman HM. 1991.
Reef coral reproduction in the eastern Pacific: Costa Rica, Panama and Galapagos Islands Ecuador. I. Pocilloporidae. Mar. Biol 109: 355-368.
Goreau TJ, Hilbertz W. 2005. Marine ecosystem restoration: Costs and benefits for coral reefs. World Resource Review. Vol 17. No. 3.
Harrison PL, Wallace CC. 1990. Reproduction, dispersal and recruitment of
51
scleractinian corals. In: Dubinsky Z ed. Coral Reefs: Ecosystem of the world 25. Amsterdam: Elsevier. hlm 132-207.
Http:www.marineodyssey.co.uk. [5 Februari 2012]. Irwan ZD. 1992. Prinsip-prinsip ekologi dan organisasi ekosistem, komunitas, dan
lingkungan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Lee
ER. 2002.
Physics of
seament electroaccretion.
http:www.stanford.edu~erleeseamentsm_phys.htm. [21 September 2009].
McCook LJ. 1999. Macroalgae, nutrients and phase shift on coral reef: scientific issue and management consequences for the Great Barrier Reef. Coral
Reef 18 : 357-367. Moosa MK, Suharsono. 1995. Rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang.
Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Terumbu Karang. Jakarta. Munasik, Widjatmoko, W. 2005. Reproduksi karang acropora aspera di Pulau
Panjang, Jawa Tengah: II: Waktu spawning. Indonesian Journal of Marine Sciences. 10 1: 30-34.
Nybakken JW. 1988. Biologi laut: Suatu pendekatan ekologis. Alih bahasa oleh: H. M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, S. Sukardjo.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 245 hal. Odum EP. 1971.
Dasar-dasar ekologi. Alih bahasa oleh: Samingan T. dan B. Srigandono. Fundamental of Ecology. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. PKSPL-IPB. 2010. Studi pengaruh air terproduksi, air pendingin dan reject water
dari RO unit terhadap lingkungan. Laporan Akhir. Bogor. Prasojo S. 2011. Peningkatan efisiensi rehabilitasi terumbu karang melalui
pengembangan teknik transplantasi karang pada biorock di Gosong Pramuka, Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. [Thesis].
52
Bogor ID: Institut Pertanian Bogor. Rani C. 2002. Reproduksi seksual karang: suatu peluang dan tantangan dalam
penelitian biologi laut di Indonesia. Hayati, Juni 2002, hlm.62-66. Rani C. 2002. Reproduksi seksual karang skleratinia Acropora nobilis dan
Pocillopora verrucosa di terumbu karang tropik Pulau Barrang Lompo, Makassar. [Disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian Bogor.
Richmond RH, CL Hunter. 1990. Reproduction and recruitment of corals: comparison among the Caribean, the tropical Pacific, and Red Sea.
Mar.Ecol.Prog.Ser 60: 185-203 pp. Richmond RH. 1997. Reproduction and recruitment in corals: critical links in the
persistence of reef. Di dalam: Birkeland ed. Life and death of coral reefs. New York: Chapman Hall.
Rudi E. 2006. Rekrutmen karang skleraktinia di ekosistem terumbu karang Kepulauan Seribu DKI Jakarta. [Disertasi]. Bogor ID: Institut Pertanian
Bogor. Sabater MG, Yap HT. 2004. Long-term effects of induced mineral accretion on
growth, survival and corallite properties of Porites cylindrica Dana. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology. 311 2004: 355-
374. Sorokin YI. 1993. Coral reef ecology. Ecological studies 102. Springer-Verlag.
Berlin. 465 pp. Suharsono 1994. Coral and coral reefs of Pari Island complex and their uses. Proc.
Fourth LIPI-JSPS Seminar on Marine Science; Jakarta. Sukarno MH, MK Moosa, P Darsono. 1983. Terumbu karang di
Indonesia: Sumberdaya, Permasalahan dan Pengelolaannya. Proyek Penelitian
Potensi Sumberdaya Alam Indonesia. LON-LIPI. Jakarta. Szmant AM. 2002. Nutrient enrichment on coral reefs: is it a major cause of coral
53
reef decline? Estuarines 25: 743-766. Timotius
S. 2003.
Biologi terumbu
karang. http:www.terangi.or.ididindex.php?option=com_contenttask=viewi
d=18itemid=39. [14 Oktober 2010]. Veron JEN. 1986. Coral of Australia and the Pacific. University of Hawaii Press.
Honolulu. _________. 1995. Coral in space in time. Townsville: Australian Institut of
Marine Science. Zamani NP. 2007. Rekayasa teknologi akresi mineral mineral accretion dalam
upaya rehabilitasi habitat karang yang artistik dan ramah lingkungan. Laporan riset unggulan terpadu bidang kelautan, kebumian dan
kedirgantaraan: Kementerian riset dan teknologi RI.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Persentase kelulusan hidup recruitment karang pada biorock dan non-biorock
No. Jenis Karang
Survival Rate T0
T0-T1 T1-T2
T2-T3 T3-T4
T4-T5 T5-T6
Biorock
1. Acropora
100 100
93 83
81 76
2. Massive
100 100
100 100
100 100
3. Pocillopora damicornis
100 100
97 83
83 77
4. Seriatopora hystrix
100 100
100 100
100 100
Non-Biorock
1. Acropora
97 85
77 75
68 64
2. Massive
100 100
100 100
100 100
3. Pocillopora damicornis
100 94
82 82
76 76
4. Stylophora
100 100
100 100
100 100
5. Seriatopora hystrix
100 100
100 100
100 100
Lampiran 2. Laju pertumbuhan recruitment karang pada biorock dan non-biorock
No. Jenis Karang
Laju Pertumbuhan mmbulan T0
T0-T1 T1-T2
T2-T3 T3-T4
T4-T5 T5-T6
Biorock
1. Acropora
8,50 ± 3,75 9,31 ± 3,56
11,03 ± 3,64 12,54 ± 3,51
13,59 ± 3,42 15,66 ± 3,38
2. Massive
2,73 ± 0,79 3,00 ± 0,63
3,45 ± 0,69 3,45 ± 0,82
3,45 ± 0,52 3,91 ± 0,54
3. Pocillopora damicornis
8,70 ± 3,26 9,77 ± 2,96
11,31 ± 3,00 13,20 ± 2,55
14,24 ± 2,18 15,96 ± 2,55
4. Seriatopora hystrix
10,33 ± 1,37 11,83 ± 0,75
12,67 ± 1,03 14,00 ± 0,89
15,33 ± 1,03 16,83 ± 1,47
Non-Biorock
1. Acropora
9,20 ± 2,62 10,71 ± 2,97
11,21 ± 2,53 13,47 ± 2,88
14,10 ± 2,10 15,00 ± 3,24
2. Massive
2,67 ± 0,58 3,33 ± 0,58
3,00 ± 0,58 3,33 ± 0,58
3,67 ± 0,58 3,67 ± 1,15
3. Pocillopora damicornis
11,81 ± 2,26 12,27 ± 1,55
11,00 ± 1,42 14,69 ± 2,87
14,42 ± 1,30 16,42 ± 1,59
4. Stylophora
7,00 ± 0,00 7,00 ± 0,00
6,00 ± 0,00 8,00 ± 0,00
10,00 ± 0,00 12,00 ± 0,00
5. Seriatopora hystrix
13,71 ± 4,18 14,00 ± 1,95
12,86 ± 2,29 15,29 ± 1,21
14,71 ± 1,90 16,86 ± 2,14
Lampiran 3. Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA satu arah terhadap kelulusan hidup karang
Anova: Single Factor SUMMARY
Groups Count
Sum Average
Variance
Biorock
6 5,33
0,89 0,01
Non-Biorock
6 4,67
0,78 0,01
ANOVA Source of Variation
SS df
MS F
P-value F crit
Between Groups 0,04
1 0,04
2,992 0,114
4,965 Within Groups
0,12 10
0,01 Total
0,16 11
Lampiran 4. Hasil uji statistik dengan menggunakan ANOVA satu arah terhadap laju pertumbuhan karang
Anova: Single Factor SUMMARY
Groups Count
Sum Average
Variance
Biorock 89
522,10 5,87
7,91 Non-Biorock
89 518,90
5,83 8,40
ANOVA Source of Variation
SS df
MS F
P-value F crit
Between Groups 0,06
1 0,06
0,007 0,933
3,895 Within Groups
1435,31 176
8,16 Total
1435,36 177
ABSTRACT
ACHIS M. SIREGAR. Coral Recruitment and Benthic Organism Studies on Artificial Biorock, Pramuka Island-DKI Jakarta. Under direction of NEVIATY P.
ZAMANI and LILIEK LITASARI.
Coral recruitment is a process where juvenile coral, generated through reproduction, attached to substrates and grow to become part of coral
populations. Mineral accretion defined as a process of formation of solid minerals and is one method for forming artificial reefs by using the principle of
calcification, this method is known as biorock. Biorock expected to be a substrate for coral larvae settlement, so it can be used as one of the innovations of
rehabilitation of coral reefs that were damaged. Observation of coral and other benthic organism recruitment were carried out once in a month during April to
October 2010. In general algal and ascidians dominated unit with biorock treatment at the first month of observation. At the end of observation, we found
ten coral genera from six families at biorock. We observed an increase of coral genera as much as three fold during T0-T6; Pavona, Millepora and Stylophora.
However coral species increment did not occur in non-biorock treatment, there were only six genera and three families observed through out the study period.
The highest coral recruitment density was found at biorock treatment 45 coloniesunit compare to non biorock 33 colonyunit.
Keywords: mineral accretion, biorock, coral recruitment.
RINGKASAN
ACHIS M. SIREGAR. Studi Recruitment Karang dan Organisme Bentik pada Artificial Biorock
, Pulau Pramuka-DKI Jakarta. Dibimbing oleh NEVIATY P. ZAMANI sebagai ketua komisi pembimbing dan LILIEK LITASARI sebagai
anggota komisi pembimbing.
Recruitment karang merupakan proses dan peristiwa kemunculan individu-
inidividu karang muda yang dihasilkan melalui reproduksi, kemudian menempel pada substrat dan menjadi bagian dari populasi. Mineral accretion didefinisikan
sebagai suatu proses pembentukan padatan mineral dan merupakan salah satu metode untuk pembentukan terumbu buatan dengan memakai prinsip kalsifikasi,
metode ini dikenal sebagai biorock. Biorock diharapkan menjadi wadah penempelan bagi larva karang, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu
inovasi rehabilitasi terumbu karang yang mengalami kerusakan. Artificial reefs atau terumbu buatan merupakan suatu kerangka atau bangunan fisik yang sengaja
ditenggelamkan ke dalam perairan dan diharapkan dapat berfungsi layaknya ekosistem terumbu karang. Artificial reefs berperan untuk meningkatkan
kelimpahan sumberdaya perikanan seperti ikan karang dan biota-biota ekonomis lainnya. Secara fisik, terumbu buatan dapat berperan sebagai pelindung pantai,
media penempelan karang, tempat berlindung bagi ikan dan biota-biota laut
Biorock yang terdapat di lokasi pengamatan telah dikombinasikan dengan
transplantasi karang. Kajian terhadap terumbu karang yang ditransplantasikan pada biorock telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian mengenai pola
recruitment karang secara alami pada biorock tersebut belum pernah dilakukan.
Penelitian ini akan mengkaji recruitment karang dan oerganisme bentik yang menempel secara alami pada biorock. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji pola recruitment karang dan organisme bentik, mengkaji kemampuan biorock
sebagai tempat hidup karang, yang dinilai melalui tingkat recruitment karang alami.
Metode pengambilan data yang digunakan adalah metode stasionary visual census
. Pengamatan dilakukan terhadap organisme bentik yang menempel pada modul biorock dan non-biorock. Semua jenis organisme bentik yang menempel
pada modul akan dicatat, kemudian data tersebut akan digunakan untuk memahami pola suksesi yang terjadi pada modul mineral accretion. Khusus untuk
terumbu karang, pencatatan data terhadap hewan karang yang menempel pada modul akan melibatkan ukuran koloninya, selanjutnya koloni karang yang
menempel akan diberi tanda. Hal ini bertujuan untuk melihat laju pertumbuhan karang, rasio mortalitas dan tingkat keberhasilan recruitment karang.
Pengamatan terhadap recruitment karang dan organisme bentik dilakukan sebulan sekali dalam rentang waktu tujuh bulan, yaitu Bulan April-Oktober 2010.
Secara umum, komunitas bentik yang ditemukan pada awal penelitian relatif didominasi oleh biota perintis seperti alga dan ascidians. Organisme-organisme
tersebut bersaing untuk memperebutkan ruang.
Pada akhir pengamatan jenis karang yang menempel pada biorock sebanyak 10 genera dan terdiri dari 6 family. Dalam rentang waktu pengamatan
antara T0-T6 terjadi peningkatan kekayaan jenis karang sebanyak 3 genera dan 2 family, yaitu Pavona, Millepora dan Stylophora. Peningkatan kakayaan jenis
karang tidak terjadi pada non-biorock, jenis karang yang berhasil menempel pada non-biorock
sebanyak 6 genera dan 3 jenis family. Kelimpahan recruitment karang tertinggi ditemukan pada biorock yaitu sebesar 45 koloniunit, sedangkan
kelimpahan pada kerangka non-biorock adalah 33 koloniunit. Tingkat kelulusan hidup karang yang menempel secara alami pada biorock
dan non-biorock berkisar antara 64-100. Nilai kelulusan recruitment karang pada biorock lebih tinggi bila dibandingkan dengan non-biorock, khususnya untuk
jenis Acropora dan Pocillopora damicornis. Akan tetapi, karang massive dan Seriatopora hystrix pada biorock dan non-biorock memiliki tingkat kelulusan
hidup yang sama, yaitu 100. Kematian karang Acropora dan Pocillopora damicornis diduga karena kalah bersaing dengan alga dan akibat sedimentasi.
Karang muda sering kalah bersaing karena alga memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat. Berdasarkan hasil pengamatan, beberapa koloni karang terlihat
ditumbuhi oleh alga yang kemudian menyebabkan kematian pada karang. Beberapa koloni karang Acropora teramati tidak mampu bertahan terhadap
sedimentasi.
Laju pertumbuhan karang berkisar antara 2,7-16,9 mmbulan, dimana laju pertumbuhan karang pada non-biorock lebih tinggi daripada biorock. Akan tetapi,
laju pertumbuhan karang pada biorock lebih stabil dibandingkan non-biorock. Peningkatan laju pertumbuhan karang pada biorock terlihat konsisten pada setiap
bulannya, sedangkan pada non-biorock terjadi fluktuasi laju pertumbuhan. Karang massive memiliki rata-rata pertumbuhan paling rendah, baik pada biorock maupun
non-biorock
, sedangkan rata-rata pertumbuhan tertinggi dimiliki oleh Seriatopora hystrix, Pocillopora damicornis dan Acropora.
Berdasarkan uji ANOVA satu arah, mineral accretion tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan dan tingkat kelulusan karang.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang