Musik Gambang Kromong Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi

yang tinggal di Jakarta pada pertengahan abad ke 18. 11 Dia lah yang berhasil menggabungkan beberapa alat musik yang berasal dari Cina dengan alat-alat musik yang biasa dimainkan dalam gamelan seperti pelog dan selendro. Pada saat itu musik Gambang Kromong hanya diperuntukkan sebagai hiburan untuk mengiringi tari Cokek dan sebagai musik pengiring dalam pertunjukan teater lenong Betawi. 12 Persebaran Gambang Kromong sebagai seni musik Betawi sekarang ini bukan hanya sebatas wilayah administratif DKI Jakarta saja, melainkan sampai ke wilayah Bekasi, Karawang, Cibinong, Bogor, Tangerang, Serang dan Sukabumi. 13 Berikut ini adalah instumen musik Gambang Kromong beserta nadanya : 1. Gambang 14 : 11 Penulis mendapatkan data yang tidak diterbitkan oleh LKB, berupa hasil transkip wawancara dengan etnis Tionghoa bernama Phoa Kian Soe, seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong:Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi. Phoa Kian Shoe memaparkan bahwa tidak ada keterangan jelas tentang asal usul gambang kromong sebagai musik akulturasi Betawi-Tionghoa. Tetapi ada satu pendapat umum yg mengatakan bahwa Gambang Kromong mulai diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Kapiten Nie Hoe Koeng yang tinggal di Jakarta. Pada saat itu gambang kromong dimainkan untuk memeriahkan sebuah pesta, untuk memeriahkan acara pesta mereka membawa lima musik orkes Gambang, singkat cerita setela pesta selesai, kelima alat musik tersebut diserahkan oleh sang kapiten Nie Hoe Koeng. Alhasil terus berkembang menjadi musik gambang kromong yang kita kenal sekarang ini, dengan akulturasi kromong sebagai alat musik asli pribumi. 12 Berdasarkan hasil wawancara dengan Sibroh Malisi selaku bagian pemasaran dan kesenian Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, fungsi gambang kromong bukan sebatas untuk pengiring tari cokek dan teater lenong saja, sekarang fungsinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Betawi, bisa untuk sekedar musik pembuka dalam acara formal ataupun non-formal, bisa untuk syiar Islam atau menyampaikan berbagai hal positif lain, semua tergantung kebutuhan si pengguna gambang kromong. 13 http:www.jakarta.go.idwebencyclopediadetail637Gambang-Kromong diakses 13 mei 2014 14 Dokumentasi penulis , dalam acara Festival Setu Babakan persembahan Suku Dinas Pariwisata Kota Administrasi Jakarta Selatan, 9 Agustus 2014. Gambang adalah instrumen musik karawitan Betawi, terdiri dari delapan belas bilah kayu dari jenis kayu Manggarawan, ke delapan belas bilah kayu itu dibagi dalam tiga oktaf, nada terendah adalah liuh dan nada tertinggi adalah siang. 2. Kromong dan tehyan 3. Kromong terdiri dari sepuluh buah gong kecil tersusun dalam dua baris, terbuat dari perunggu atau kuningan, baris luar dari nomor satu, dua dan seterusnya terdiri atas nda siang-liuh-ukong-che atau c-a-g-e-d, ditabuh berbarengan dengan baris luar dan dalam . Teh-hian adalah instrumen gesek berdawai dua, dilaras dengan nada siang c dan liuh g 4. Sukong Sukong adalah instrumen gesek semacem rebab berukuran besar dengan dua dawai yang berasal dari China, dilaras dalam nada su a dan kong e. Tabung bagian bawah biasanya terbuat dari cangkang buah gerenuk yang keras. 5. Kong-a-hian Kong-a-hian adalah instrumen gesek berdawai dua berukuran kecil, dilaras dalam nada liuh g dan che d 6. Bangsing atau suling 15 : Bangsing atau Suling adalah salah satu instrumen musik dalam Gambang Kromong, dimainkan dengan cara ditiup secara horizontal sejajar dengan mulut 7. Dua buah gong berbahan dasar perunggu atau kuningan, yang digantungkan, dilaras dengan nada siang c 15 Foto pada point enam adalah dokumentasi pribadi penulis dalam acara Festival Setu Babakan tanggal 9 Agustus 2014, sebelah kiri adalah pemain suling gambang kromong kelompok Jali Putra 8. Seperangkat Gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh 9. Pan atau Kecrek Pan atau Kecrek terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dipukul sehingga menghasilkan bunyi crek-crek-crek 10. Sio-lo Ningnong dan Ningning , terdiri dari dua buah pringan kecil canang. Selain itu ada beberapa instrumen musik yang sudah tidak ditemukan lagi, diantaranya : Ji-Hian instrumen gesek berdawai dua, Sam-Hian instrumen gesek berdawai tiga, Gweh-Kim semacam gitar berbentuk bulat berdawai dua. 16 Nada dan laras dalam gambang kromong hanya memakai lima tangga nada yang disebut pentatonic, kelima tangga nada itu memakai nama Tionghoa yaitu : Liuh sol=g, U La=a, Siang do=c, Che re=d dan Kong mi=e. Lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong dibagi dalam tiga bagian yaitu Lagu Pobin, Lagu Dalem dan Lagu Sayur. Lagu Pobin adalah generasi awal lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong, lagunya sebatas pada lagu-lagu instrumental Tionghoa saja. Lagu pobin adalah lagu tertua dalam repertoar gambang kromong. Kemudian Lagu Dalem, lagu dalem adalah lagu-lagu yang diciptakan setelah lagu phobin, memiliki lirik sehingga bisa dinyanyikan tidak seperti lagu phobin yang hanya instrumental saja. Contoh lagu dalem adalah: Poa-Si-Li-Tan, Peca Piring, Semar Gunem, Mas Nona, Tanjung Burung, Burung Nuri dan Centeh Manis Berduri. Setelah lagu dalem yang menjadi lagu klasik gambang kromong, diciptakanlah lagu sayur. Lagu sayur diciptakan untuk keperluan ngibing. 17 Contoh lagu sayur : Onde-onde, Glatik nguknguk, Surilang, Jali-jali, Stambul, Centeh manis, Balo-balo, Ronggeng Manis, Akang Haji, Ronggen Buyut, Blenderan, Lenggang Kangkung, Kicir-kicir dan Sirih Kuning. 16 Dokumen milik LKB, artikel ini ditulis oleh David Kwa seorang pemerhati etnis Tionghoa, judul artikel ini “Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek”. 17 Gambang kromong adalah instrumen musik pengiring dalam pertunjukan wayang dan tari cokek, biasanya pertunjukan ini diperuntukan sebagai hiburan dalam sebuah pesta pernikahan. Ngibing adalah istilah bagi penari cokek untuk menari bersama para tamu, menggunakan selendang yang disebut cukin atau soder. Ngibing inilah salah satu unsur dalam pertunjukan gambang kromong yang ditolak oleh masyarakat muslim Betawi, karena dianggap bertentangan dengan nilai Islam. Pada akhirnya penulis memilih gambang kromong sebagai objek penulisan skripsi yang didasari oleh beberapa faktor, pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh masyarakat peranakan Cina. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Dalam perjalanannya mereka turut serta membawa instrumen musik salah satunya gambang untuk mengisi waktu luang. 18 Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen musik pribumi. Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi yang sampai saat ini masih eksis. Ketiga karena proses perkembangan gambang kromong yang penulis rasa unik. Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong sejak tahun 1970-an pada acara-acara pemerintahan DKI Jakarta maupun acara milik masyarkat Betawi, perlu diketahui bahwa gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi. Penolakan tersebut didasari oleh nilai-nilai Islam yang dirasa tidak menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan musik gambang kromong. Keempat karena gambang kromong sekarang ini mampu mereperesentasikan marwah budaya Betawi yang dalam prosesnya setelah proses rekacipta yang dilaksanakan tahun 70-an, gambang kromong telah mampu 18 Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa- Betawi”. mengadopsi nilai-nilai Islam pada penampilannya. Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah mendapat respon baik karena dalam penampilannya sarat dengan indikator Islam. Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima penolakan dari masyarakat Betawi, sebagai indikasi adanya proses penyesuaian antara agama sebagai pedoman hidup dengan seni sebagai produk kebudayaan suatau masyarakat, pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.

2. Tari Ronggeng Blantek

Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diproduksi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 80-an. Tari Betawi ini dikreasikan oleh seorang koreografer handal bernama Wiwiek Widiyastuti. Pemerintah DKI Jakarta sengaja meminta ibu Wiwiek Widyastuti dibantu beberapa seniman lain untuk menciptakan tari kreasi baru ini, bersamaan dengan tahun-tahun di saat masyarakat Betawi mulai sadar bahwa mereka harus tetap eksis dan bertahan dengan menunjukkan identitas sosial dan budayanya di tengah laju perkembangan Jakarta menuju kota metropolitan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Loka Karya Tradisi Betawi tahun 1970 berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat Betawi atas eksistensinya, salah satunya dengan mengkreasikan tari Ronggeng Blantek sebagai salah satu wujud seni tari Betawi. 19 Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi yang diciptakan oleh ibu Wiwiek Widiyastuti pada tahun 1985 atas instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Ibu Wiwiek Widiyastuti ialah salah seorang seniman tari Betawi yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1952. Beliau telah memulai karirnya sebagai seniman tari sejak kelas 5 SD dengan bergabung bersama bengkel tari milik seniman besar Indonesia bapak Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta. Setelah menamatkan pendidikannya di Akademi Seni Tari Indonesia di Jogja dan Institut Kesenian Jakarta, beliau kemudian mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. 20 Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diangkat dari teater rakyat Betawi yaitu Topeng Betawi 21 , dimana dalam memulai sebuah pertunjukan topeng biasanya sebagai pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang disebut Blantek 22 , atau Ronggeng Blantek 23 . Dalam perkembangannya tarian ini menjadi tarian lepas, terpisah dari kesatuan pertunjukan topeng dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai tari pertunjukan pada acara penyambutan tamu. 19 Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widiyastuti , Minggu 11 Mei 2014, pukul 13 : 00 20 http:www.tamanismailmarzuki.co.idtokohwiwiek.html diakses 11 Mei 2014. 21 Topeng Betawi termasuk dalam seni pertunjukan rakyat atau teater rakyat yang tumbuh di Jakarta dan sekitar daerah lainnya di Jawa Barat. Topeng Betawi selalu ditampilkan dalam bentuk teater dan tari. Dalam penampilannya ada yang menggunakan topeng dalam artian penutup wajah = kedok ada yang tidak. Pertunjukan Topeng terdiri dari beberapa bagian berbeda, setiap bagiannya terdiri dari nyanyian, komedi, drama dan musik, dan dibawakan dengan percampuran bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Secara umum pembukaan teater topeng selalu diawali dengan pertun jukan tari, dengan tidak ada pembicaraan di dalamnya sama sekali, kemudian dilanjutkan dengan beberapa dialog dengan sedikit selingan tari. 22 Henry Spiller, Topeng Betawi : The Sounds of Bodies Moving, Asian Theatre Journal, vol 16, No 2 Autumn, 1999, h. 260. http:www.jstor.orgstable1124556 diakses 7 Januari 2014 , pukul 01:29 23 Berdasarkan hasil wawancara dengan bang Andi pelatih tari di Sanggar Tari Setu Babakan, arti Ronggeng adalah seorang primadona dalam pertunjukan teater atau dalam pertunjukan tari. Berikut adalah deskripsi tari Ronggeng Blantek yang telah dirumuskan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama satu bulan, terhitung dari bulan November sampai Desember tahun 2012. 24 Tari Ronggeng Blantek terdiri dari tiga puluh satu gerak yang terbagi dalam empat bagian, kaki,