5. Karangan persuasi
Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin
berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapatgagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan
jelas harus diuraikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan.
52
Dapat disimpulkan, karangan adalah hasil tulisan dalam bentuk cerita, baik cerita fiksi maupun nonfiksi. Karangan terbagi menjadi lima jenis, yaitu karangan
deskripsi, karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan persuasi.
E. Karangan Narasi
Narasi dalam KBBI, 1. Pengisahan suatu kisah atau kejadian; 2. Sas cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan; 3. Tema suatu karya seni; --
menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
53
Sementara itu, Atarmenyatakan, narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau
pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
54
Namun, Keraf menyatakan, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.
55
Isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi boleh juga tentang sesuatu yang khayali.
Otobiografi atau boigrafi seorang tokoh terkenal sering dapat digolongkan dalam jenis karangan narasi, dan karangan ini benar-benar nyata atau berdasarkan
sejarah yang tidak dibuat-buat. Tetapi cerpen, novel, hikayat, drama dongeng seringkali hanyalah hasil kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya
52
Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 200
53
DEPDIKNAS, Op. Cit., 952
54
Atar, op. Cit., h. 30
55
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, 135-136
cerita itu sendiri tak pernah terjadi. Namun, karangan ini juga termasuk dalam jenis karangan narasi.
56
Narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut: 1.
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; 2.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau
gabungan keduanya; 3.
Berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik narasi tidak menarik; 4.
Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi;
5. Menekankan susunan kronologis;
6. Biasanya memiliki dialog.
57
Narasi terbagi menjadi dua, yaitu: 1.
Narasi ekspositoris Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu
peristiwa. Narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Narasi
ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan
secara berulang-ulang, seperti contoh wacana naratif yang menceritakan bagaimana seseorang menyiapkan nasi goreng. Narasi yang bersifat khusus
adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali seperti, cerita masuk perguruan tinggi.
58
2. Narasi sugestif
Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Sebuah
novel, roman, dan cerpen sudah mengandung semua ciri narasi sugestif.
59
56
Djoko Widagdho, op. Cit., h. 106-107
57
Atar, op. Cit., h. 32
58
Gorys Keraf, op. Cit., h. 136-137
59
Ibid., h. 138-139
Dapat disimpulkan bahwa,karangan narasi adalah sebuah karangan atau tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan cerita berdasarkan urutan waktu yang
didalamnya terdapat sebuah peristiwa.
F. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan adalah penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang pernah kita buat. Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan
skripsi ini adalah: 1.
Penelitian mengenai campur kode telah dilakukan oleh beberapa mahasiswi. Pertama penelitian yang telah dilakukan oleh Izah Azizah mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta dengan judul “Campur Kode pada Penggunaan
Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara siswa kelas IX SMPN
”. Skripsi yang menganalisis peristiwa campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata menguraikan bahwa
ketika berbincang pembawa acara menggunakan berbagai macam bahasa sehingga suasana terlihat segar dan tidak monoton, itu terlihat dari adanya
peristiwa campur kode bahasa asing dan bahasa daerah. Persamaan dengan skripsi ini, yaitu sama-sama menganalisi campur kode. Namun, perbedaannya
yaitu Azizah menganalisis campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata sementara dalam skripsi ini menganalisis campur kode dalam karangan
narasi siswa.
60
2. Masih dalam ranah campur kode yang dilakukan oleh Nuzlya Rahmadhany
Gintings mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini merupakan sebuah
penelitian untuk skripsi yang berjudul “Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris Politikus Di dalam Majalah Tempo
.” Skripsi yang menganalisis campur kode bahasa Inggris politikus dalam Majalah Tempo
60
Izah Azizah, Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas IX SMPN, Skripsi S1
Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2011, h. iv