kewartawanan dan bersama-sama menetapkan kode etik pers. Kode etik bersifat moralitas sebagai pedoman para wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistik
sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung dengan baik, ditaati norma-norma yang ditetapkan. Di samping itu juga upaya yang dapat ditingkatkan adalah
kesadaran akan pengetahuan hukum agar dalam pelaksanaan tugas jurnalistik maka dapat menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah sehingga tetap
melindungi tersangka atau terdakwa sebagai bahan berita dapat dilindungi hak- haknya terutama yang berkaitan dengan hukum asas praduga tidak bersalah
dijunjung tinggi serta tetap melindungi hak asasi tersangka atau terdakwa dalam pemberitaan.
B. Pemberitaan Kriminal dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia Pelaku Tindak Pidana
Semakin banyaknya jumlah stasiun televisi tidak dapat dipungkiri telah terjadi persaingan untuk menarik minat pemirsa televisi. Untuk dapat
mempertahankan kelangsungannya, stasiun televisi akan membuat program- program yang menarik minat dari pemirsa untuk menonton siaran stasiun televisi.
Dengan program-program yang menarik diharapkan jumlah penonton akan bertambah. Dengan demikian stasiun televisi akan lebih dikenal yang secara
otomatis akan berpengaruh pada masuknya iklan ke stasiun TV yang sedikit banyak ditentukan oleh jumlah pemirsa suatu acara yang ditayangkan. Stasiun-
stasiun televisi akan berlomba-lomba untuk menciptakan program-program yang dapat menarik perhatian pemirsa. Dalam penyiaran produksi program siaran, tolok
ukur dari suatu program disebut dengan rating. Tingginya rating atau peringkat
Universitas Sumatera Utara
suatu program acara, misalnya, dinilai dari cukup banyaknya jumlah pemirsanya. Perusahaan-perusahaan yang ingin mempromosikan produk dan jasanya lewat
iklan TV, biasanya akan memperhatikan pula rating suatu acara. Semakin tinggi ratingnya, semakin banyak pula peminat yang memasang iklan di acara tersebut.
Berita mengenai kejahatan tentu saja merupakan salah satu daya tarik dari stasiun televisi swasta untuk menarik minat pemirsa. Misalnya berita criminal
yang ditayangkan hampir di setiap stasiun televisi swasta. Bila dulu berita kriminal adalah salah satu menu dalam berita umum, kini berita kriminal memiliki
jam tayang khusus. Jika ada tindak kriminal yang menarik untuk diberitakan, kejahatan yang dilakukan oleh publik figur, kejahatan korupsi yang dilakukan
oleh pejabat negara, maka akan ditayangkan berkali-kali oleh banyak stasiun televisi dan disertai dengan pengupasan yang lebih dalam. Rating yang tinggi
membuat acara berita kriminal terus ada. Salah satu hal atau ciri yang menjadi isi dari berita kriminal yang disiarkan
pada umumnya menyiarkan berita-berita kejahatan terdini yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, dalam penyiaran berita kriminal berita yang
menjadi factor penentu adalah kecepatan pemberitaan misalnya berita langsung dari tempat kejahatan kejahatan.
Penyiaran berita kriminal menyiarkan kejadian langsung yaitu pada saat tersangka atau terdakwa ditangkap dan diserahkan keapda pihak yang berwajib
dengan wajah tersangka yang babak belur akibat dipukul masa, interogasi penyidik ataupun rekonstruksi ulang peristiwa pidana pada saat tertangkap.
Pemirsa tayangan kriminal juga dapat secara langsung mendengar, menyaksikan
Universitas Sumatera Utara
kejadian dalam sidang peradilan sehingga akhirnya masyarakat akan mempunyai suatu pendapat mengenai perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa. Penyiaran
berita kriminal di tempat kejadian perkara atau pada saat pemeriksaan perkara di pengadilan secara langsung diliput oleh wartawan dari media cetak dan elekronik
dengan menyorot langsung secara jelas wajah pelaku sehingga pemirsa dapat melihat secara langsung melalui penyiaran berita di televisi. Beberapa hal menjadi
alasan dari penyiaran televisi antara lain menampilkan wajah terdakwa untuk memberikan efek malu atau memberikan gambaran kepada masyarakat tentang
kejahatan yang dilakukan terdakwa, memberi informasi agar masyarakat mengetahunya banyaknya kejahatan di sekitarnya.
Asas dalam Hukum Acara Pidana adalah asas “praduga tak bersalah” presumption of innocent, yang pada pokoknya berarti setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan atau dihadapkan di muka siding pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya keputusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap. Hal ini berarti tersangka atau terdakwa diperlakukan sebagai tidak bersalah apabila belum ada atau telah
dibuktikan dalam persidangan pengadilan, dengan demikian, terdakwa atau tersangka diperlakukan sebagai orang yang tak bersalah merupakan perwujudan
dari suatu proses hukum yang adil due process of law.
55
Asas presumption of innocent meletakkan penghormatan terhadap hak asasi orang yang diduga melakukan perbuatan tercela atau bertentangan dengan
hukum dan harus dibuktikan dahulu dalam suatu proses persidangan dan
55
M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Komentar Bogor: Politeia, 1997, hal. 222
Universitas Sumatera Utara
terhadapnya diberikan upaya-upaya untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Perbuatan yang melanggar hukum dari tersangka atau terdakwa harus dibuktikan
terlebih dahlu melalui proses pemeriksaan di pengadilan untuk ditentukan apakah terbukti seseorang yang diduga melakukan tindak pidana. Oleh karena itu asas
praduga tidak bersalah merupakan salah satu asas utama dalam hukum pidana. Penyampaian identitas dan wajah pelaku secara jelas dalam tayangan
berita, secara tidak langsung akan membentuk suatu pendapat masyarakat pemirsa tentang perbuatan yang telah dilakukan oleh terdakwa. Kata-kata yang
disampaikanoleh presenter berita kriminal yang menggiring ke suatu pembentukan kesimpulan, tentunya akan memojokkan tersangka atau terdakwa.
Dalam beberapa tayangan kriminal, presenter menyampaikan pendapat dengan kata-kata sendiri yang memberikan alasan-alasan tentang tindak pidana yang
diberitakan. Penyampaian pendapat ini bukan merupakan suatu fakta hukum melainkan hanya suatu opini atau asumsi terjadi kejahatan berdasarkan hasil
liputan di lapangan yang kemudian ditayangkan menjadi berita kriminal dengan komentar-komentar dari pembawa acara yang disusun berdasarkan intuisinya
yang menggiring pada suatu pendapat. Demikian juga dengan penyiaran rekonstruksi kriminal, proses
penangkapan tersangka atau terdakwa yang disiarkan dalam berita kriminal, hal tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa yang ditangkap sudah pasti bersalah dan
dialah pelakunya. Hal tersebut bertentangan dengan asas presumption of innocent yang mempunyai makna bahwa seseorang harus diperlakukan sebagai tidak
bersalah sebelum persidangan menyatakan bahwa ia bersalah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut penulis, penyiaran berita kriminal yang ditayangkan oleh televisi pada masa sekarang ini telah terjadi pelanggaran HAM dalam proses penayangan
berita kriminal tersebut. Telah terjadi pelanggaran HAM terhadap pelaku dan terhadap publik. Hak publik juga dicederai untuk lebih mendapatkan informasi
yang lebih bermutu, informasi yang dapat lebih meningkatkan secara kualitatif kemampuan analisis. Penayangan berita kriminal telah melanggar hak asasi
pribadi seseorang karena walaupun orang tersebut adalah pelaku tindak pidana, akan tetapi sebagai seorang pribadi HAM nya tidak akan terlepas. Oleh karena itu
harus tetap diberikan perlindungan terhadap hak-haknya sebagai seorang tersangka dalam pemberitaan berita kriminal.
Sebagai negara hukum, setiap orang harus taat hukum, termasuk kalangan pers. Artinya kalangan pers harus bekerja profesional, obyektif, taat kode etik
profesi dan bertanggungjawab terhadap setiap informasi yang disampaikan kepada masyarakat. Apabila pemberitaannya tidak seimbang, obyektif dan berdasarkan
fakta, serta tidak menghormati asas praduga tak bersalah dan lain-lain, tentunya harus diproses, baik melalui jalur hukum maupun di luar jalur hukum, tergantung
sarana mana yang paling efektif dan bermanfaat bagi kedua belah pihak.
56
Adanya UU Pers tentunya bukan bermaksud untuk mengkriminalisasikan pers atau lebih jauh ingin mengekang kebebasan pers. Justru UU Pers tersebut
sangat menjamin adanya kebebasan pers, namun harus diiringi dengan obyektivitas, independensi dan tanggungjawab dalam segala pemberitaannya
sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Walaupun ini sulit, karena
56
http:www.ubb.ac.idmenulengkap.php?judul=DELIK20PERSnomorurut_ artikel=277. Diakses tanggal 30 September 2011.
Universitas Sumatera Utara
pemberitaan tidak selalu berdampak positif terhadap semua pihak, sehingga ada yang merasa dirugikan. Namun kalangan pers tidak perlu cemas, karena
masyarakat akan sangat mendukung dan memberikan apresiasi yang tinggi apabila yang media ungkap memang sebuah fakta yang harus diketahui publik,
dari nara sumber yang tepat dan obyektif dan dilengkapi dengan data yang akurat.
57
Dalam UU No 401999 diatur ketentuan pidana dalam Bab VIII Pasal 18, yaitu Pasal 18 ayat 1: Setiap orang yang menghambatmenghalangi kebebasan
pers seperti: penyensoran, pembredelan, atau pelarangan penyiaran dan menghambatmenghalangi pelaksanaan hak pers seperti : mencari, memperoleh,
dan menyebarluaskan gagasan dan informasi dipidana penjara paling lama 2 tahundenda paling banyak Rp 500.000.000; Pasal 18 ayat 2 : Perusahaan Pers
yang memberikan peristiwa dan opini dengan tidak menghormati norma-norma agama, rasa kesusilaan masyarakat, asas praduga tak bersalah, tidak melayani hak
jawab dan memuat iklan yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan
dengan rasa kesusilaan masyarakat; memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya yang bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku; serta memuat iklan dengan meragakan wujud rokok dan atau penggunaan rokok, dipidana denda paling banyak Rp 500.000.000, dan
Pasal 18 ayat 3 : Perusahaan Pers yang tidak berbentuk badan hukum Indonesia dan tidak mengumumkan nama, alamat dan penanggungjawab secara terbuka
57
Ibid
Universitas Sumatera Utara
melalui media yang bersangkutan, serta penerbitan pers yang tidak menyebutkan nama dan alamat penerbitan, dipidana denda paling banyak Rp 100.000.000,-
C. Perlindungan HAM Pelaku Tindak Pidana dalam Pemberitaan Tindak Kriminal