Dari uraian unsur tindak pidana diatas, maka yang dilarang adalah perbuatan manusia, yang melarang adalah aturan hukum. Berdasarkan uraian kata
perbuatan pidana, maka pokok pengertian adalah pada perbuatan itu, tetapi tidak dipisahkan dengan orangnya. Ancaman diancam dengan pidana menggambarkan
bahwa seseorang itu dipidana karena melakukan perbuatan yang dilarang dalam hukum.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 KUHP seseorang yang melakukan tindak pidana dapat dihukum apabila memenuhi hal-hal berikut:
a. Ada norma pidana tertentu
b. Norma pidana tersebut berdasarkan undang-undang
c. Norma pidana itu harus telah berlaku sebelum perbuatan terjadi.
Dengan perkataan lain, bahwa tidak seorangpun karena suatu perbuatan tertentu, bagaimanapun bentuk perbuatan tersebut dapat dihukum kecuali telah
ditentukan suatu hukuman berdasarkan undang-undang terhadap perbuatan itu. Jadi syarat utama dari adanya “perbuatan pidana” adalah kenyataan bahwa ada
aturan hukum yang melarang dan mengancam dengan pidana barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
2. Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia sering didefinisikan sebagai hak-hak yang demikian melekat pada sifat manusia, sehingga tanpa hak-hak itu tidak mungkin
mempunyai martabat sebagai manusia. Dapat dikatakan bahwa hak asasi manusia
Universitas Sumatera Utara
itu tidak dapat dicabut inalienable dan tidak boleh dilanggar inviolable.
12
Menurut H.A.W Widjaja, hak asasi manusia adalah hak dasar atau pokok manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa, bukan
pemberian penguasa. Hak ini sifatnya sangat mendasar atau fundamental bagi hidup dan kehidupan manusia dan merupakan hak kodrati, yang tidak bisa dari
dan dalam kehidupan manusia.
13
Selanjutnya, salah satu instrumen yang mengatur tentang Administrasi peradilan, penahanan, dan pennganiayaan adalah Resolusi PBB Nomor 663 tahun
1957 tentang Standard Minimum Rules for the Treatment of Prisoners. Ketentuan ini telah memberikan perlindungan bagi para narapidana agar mereka tidak
diperlakukan secara semena-mena dan memberikan jaminan agar hak-haknya terpenuhi.
14
12
Mardjono Reksodiputro, HAM Dalam Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum UI, 1997, hal 47
13
H.A.W. Widjaja, Penerapan Nilai-nilai Pancasila dan HAM di Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hal.64
14
Ibid, hal. 299
Arah kebijakan di bidang hukum meliputi: Mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptakanya kesaran dan kepatuhan
hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum. Menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan terpadu, mengakui dan penghormati
Hukum Agama dan Hukum Adat serta memperbaharui perundang-undangan warisan kolonial dan hukum nasional yang diskrimintaif, termasuk
ketidakaladilan gender dan ketidak sesuaiannya dengan tuntutan reformasi melalui program legislasi.
Universitas Sumatera Utara
Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum, keadilan dan kebenaran, supremasi hukum serta menghargai HAM.
Melanjutkan ratifikasi konvensi internasional, terutama yang berkaitan dengan HAM sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan bangsa dalam bentuk UU.
Meningkatkan integritas moral dan keprofesionalan aparat penegak hukum, termasuk kepolisian NRI, untuk menumbuhkan kepercaraan masyarakat dengan
meningkatkan kesejahteraan, dukungan sarana dan prasarana hukum, pendidikan, serta pengawasan yang efektif.
Hukum adalah untuk manusia, maka pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus memberikan manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Masyarakat
sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum, keadilan diperhatikan.
15
Berkaitan dengan penegakan hukum ini, B. Arief Sidharta mengatakan bahwa tatanan hukum yang beroperasi dalam suatu masyarakat pada
dasarnya merupakan pengejawantahan cita hukum yang dianut dalam masyarakat yang bersangkutan ke dalam perangkat berbagai aturan hukum positif, lembaga
hukum dan proses perilaku birokrasi pemerintahan dan warga masyarakat.
16
Dalam penegakan hukum pidana ada 4 empat aspek dari perlindungan masyarakat yang harus mendapat perhatian, yaitu:
17
a. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap perbuatan anti sosial yang merugikan dan membahayakan masyarakat. Bertolak dari aspek
15
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo. Bab-bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993, hal. 2.
16
B. Arief Sidharta. Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum Sebuah Penelitian Tentang Fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan
Ilmu Hukum Nasional Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 1999, hal. 180.
17
Barda Nawawi Arief. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1998, hal. 13-14.
Universitas Sumatera Utara
ini maka wajar apabila penegakan hukum bertujuan untuk penang- gulangan kejahatan.
b. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap sifat berbahayanya seseorang. Wajar pula apabila penegakan Hukum Pidana bertujuan
memperbaiki sipelaku kejahatan atau berusaha mengubah dan mempengaruhi tingkah lakunya agar kembali patuh pada hukum dan
menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna. c. Masyarakat memerlukan pula perlindungan terhadap penyalah-gunaan
sanksi atau reaksi dari penegak hukum maupun dari warga masyarakat pada umumnya. Wajar pula apabila penegakan hukum pidana harus
mencegah terjadinya perlakuan atau tindakan yang sewenang-wenang di luar hukum.
d. Masyarakat memerlukan perlindungan terhadap keseimbangan atau keselarasan berbagai kepentingan dan nilai yang terganggu sebagai
akibat dari adanya kejahatan. Wajar pula apabila penegakan hukum pidana harus dapat menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak
pidana, dapat memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian