Perakitan kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi

III. Studi Literatur

3.1 Perakitan kentang toleran kekeringan dan suhu tinggi

Pemuliaan mutasi telah dilakukan pada berbagai tanaman, antara lain pada tanaman pangan misalnya gandum, padi, dan kedelai, tanaman buah-buahan misalnya apel, jeruk, cherry dan peach, tanaman hias misalnya krisan, anyelir dan mawar, serta tanaman sayuran misalnya tomat, buncis, bayam dan kentang Fehr, 1987. Sigurbjornsson dan Micke 1974 dan Sigurbjornsson 1983 dalam reviewnya yang dikutip Fehr 1987 menyatakan bahwa karakter-karakter yang telah dapat diperbaiki melalui pemuliaan mutasi antara lain adalah daya hasil, ketahanan terhadap penyakit, panjang batang, kandungan protein, warna biji, bobot biji, termasuk ketahanan terhadap kekeringan. Beberapa kultivar yang telah dilepas merupakan hasil dari pemuliaan mutasi, dan beberapa diantaranya juga telah digunakan sebagai tetua persilangan Ahloowalia dan Maluszynski, 2001. Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa telah teridentifikasi kultivar kentang yang tahan atau toleran terhadap kekeringan, salah satunya menyebutkan bahwa telah teridentifikasi gen ketahanan terhadap kekeringan pada pada dua klon kentang Andean Solanum tuberosum L. subsp. Andigena. Namun, setelah dilakukan pengujian dengan metode yang berbeda kemudian kultivarklon tersebut ternyata menjadi tidak memperlihatkan tahan terhadap kekeringan Evers et al, 2010. In vitro dan QTL analisis Anithakumari et al., 2011 dan studi genetik Anithakumari et al., 2011 telah dilakukan pada kentang diploid untuk karakter toleran kekeringan, akan tetapi informasi mengenai hal yang sama belum ditemukan untuk kentang tetraploid kentang budidaya. Pada saat ini, Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balitsa yang bekerja sama dengan CIP telah menguji klon-klon hasil persilangan untuk ketahanan terhadap suhu tinggi suhu tinggi. Fokus pengembangan dilakukan pada jenis kentang sayur, sedangkan untuk jenis kentang industriprosesing khususnya untuk olahan French fries belum banyak dikembangkan Komunikasi Pribadi dengan Helmi, peneliti komoditas kentang Balitsa. Untuk mempersingkat waktu perakitan kultivar kentang melalui pemuliaan mutasi untuk karakter toleran kekeringan dan suhu tinggi maka dilakukan seleksi secara in vitro. Setelah diperoleh genotip-genotip terseleksi secara in vitro baru dilakukan seleksi lapangan, diharapkan dengan metode seleksi secara kombinasi maka dapat diperoleh calon kultivar baru dengan lebih cepat dan efektif. Metode seleksi untuk ketahanan terhadap kekeringan secara in vitro telah dilakukan pada beberapa tanaman, antara lain pada gandum Farshadfar, 2012 dan Pelargonium Hassanein, 2010, sedangkan induksi mutasi yang dilanjutkan dengan seleksi secara in vitro telah dilakukan pada pisang Bidabadi et al., 2012,

3.2 Modifikasi sistem budidaya kentang di dataran medium