Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyakit ginjal kronis merupakan kondisi menurunnya fungsi ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal, seperti dialisis atau transplantasi ginjal. Penduduk dunia yang menjalani terapi pengganti ginjal pada tahun 2001 cukup tinggi, yaitu sekitar 1,4 juta orang. Diprediksikan angka penderita penyakit ginjal kronis derajat 5 ini akan meningkat 8 setiap tahunnya. 1 Di negara maju seperti Amerika Serikat, penyakit ginjal kronis adalah penyebab kematian nomor delapan. Penyakit ginjal kronis menyerang dunia secara global, dan sedang mengalami peningkatan terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. 2 Di Indonesia, jumlah pasien penyakit ginjal kronis derajat 5 bertambah dengan sangat cepat. Prevalensi pasien yang menjalani hemodialisis pada tahun 2002 adalah sebanyak 1.425 kasus per satu juta penduduk dan meningkat menjadi 3.079 kasus per satu juta penduduk pada tahun 2006. 3 Penyakit ginjal kronis derajat 5 dapat menyebabkan kondisi uremia, yaitu peningkatan urea dan zat-zat sisa metabolisme di dalam darah. Hal inilah yang dapat menyebabkan berbagai manifestasi pada tubuh, termasuk juga manifestasi di rongga mulut. Salah satu manifestasi di rongga mulut yang tersering adalah xerostomia. 4 Xerostomia adalah perasaan kekeringan oral yang subjektif. Xerostomia pada pasien hemodialisis biasanya diikuti dengan berbagai keluhan, seperti masalah pengunyahan, menelan, berbicara, dan pengecapan makanan. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit oral seperti lesi di mukosa, gingiva, dan lidah; infeksi bakteri dan jamur, karies, dan penyakit periodontal. Xerostomia sering dijumpai pada pasien penyakit ginjal kronis derajat 5 karena adanya batasan masukan cairan, efek samping obat-obatan terutama obat antihipertensi dan efek uremia terhadap kelenjar saliva yang menyebabkan hiposalivasi. 5 Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2004, Bots et al melakukan penelitian yang mengevaluasi hubungan pasien hemodialisis dengan xerostomia pada 94 subjek. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan xerostomia. 6 Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Fan pada tahun 2013 terhadap 42 pasien hemodialisis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang erat antara pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis dengan xerostomia. 7 Persentase pasien hemodialisis yang mengalami xerostomia cukup tinggi, berkisar 32,9-72,4 dari berbagai penelitian. Khausik pada tahun 2013 meneliti tentang kondisi rongga mulut pasien hemodialisis dan dari 100 pasien yang diteliti, 65 pasien setidaknya memiliki satu oral symptoms dan xerostomia adalah oral symptoms ketiga terbanyak ditemukan, yaitu sebanyak 42 dari populasi. 8 Pada tahun 2013, Bruda-Zwiech juga melakukan penelitian yang sama pada 111 pasien hemodialisis dan menemukan sebanyak 80 orang 71,8 pasien hemodialisis tersebut mengalami xerostomia. 9 Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara hemodialisis dengan xerostomia, namun dari penelitian tersebut belum menjelaskan mengenai hubungan lama menjalani hemodialisis dengan xerostomia. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang melihat hubungan lama menjalani hemodialisis dengan xerostomia yang akan dilakukan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan.

1.2 Rumusan Masalah