Riwayat Hidup Taqiyuddin Ibnu Taimiyah 1263-1350

mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan. Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya beliau hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, beliau mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031. Turki Usmani Ustmaniyah didirikan oleh bani utsman yang berkuasa lebih dari 6 abad. Pada masa ini, zaman khalifah sulaiman al qanuni 1520-1566 merupakan masa kejayaan dan kebesaran yang pada masanya telah jauh meninggalkan peradaban Eropa di segala bidang. Kesultanan utsmaniyah perlahan- lahan terkikis dan makin runtuh pada abad ke19. Musuh-musuh Islam telah berhasil meleaskan ideologi Islam dari tubuh umat Islam. Mereka membutuhkan waktu selama satu abad melemahkan kekuatan Islam. Akhir peradaban Islam masa utsmaniyah benar-benar runtuh pada abad ke-20.

B. TOKOH-TOKOH GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

1. Taqiyuddin Ibnu Taimiyah 1263-1350

a. Riwayat Hidup

Ibnu Taimiyah yang nama lengkapnya Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Taimiyah Al Harani Al Hanbali lahir pada tanggal 22 januari 1263 Miladiyah di Kota Harran, siria. Ibnu Taimiyah pertama kali belajar ilmu agama kepada ayahnya yang bernama Syihabudin yang terkenal alim dalam ilmu hadist dan khatib terkenal di masjid Damaskus, Siria. Kemudian, beliau melanjutkan belajar kepada beberapa ulama terkenal seperti Zainudin Al Muqaddasy, Najamuddin Ibnu Syakir, Zainab binti Makky dan ulama lain di kota Damaskus, Siria. Pada masa hidupnya, beliau menyaksikan serbuan pasukan tartar telah menggilis wilayah islam sejak dari tepi sungai Indus sampai sungai Eufrat dan terus bergerak maju menuju Syam disatu sisi. Sementara di sisi lain untuk islam sepeninggal Imam Al Ghazali mengalami kemerosotan kembali yang cukup mengesankan akibat logis dari pertempuran berat dan panjang ketika menghadapi pasukan tartar selama lima puluh tahun. Dengannya umat islam dihantui oleh rasa ketakutan dan gemetar dalam hati sanubari mereka. Ketika orang-orang Tartar berkuasa dan menanamkan pengaruhnya di kalangan para ulama, fuqahaahli fiqih dan para pengusa, moral dan kemerosotan umat islampun makin menjadi-jadi dan bahkan jauh lebih hancur ketimbang masa- masa sebelumnya. Taqlid buta merajalela, sehingga mazhab-mazhab fiqh dan aliran teknologi hampir berubah menjadi agama. Ijtihadpun berubah menjadi suatu kemaksiatan, bid’ah dan khurafat disandarkan pada hukum syara’ dan merujuk kepada kitab Allah dan sunnah Rasul merupakan suatu dosa yang tidak terampunkan. Dalam keadaan seperti ini, masyarakat islam makin terjerumus pada kebodohan dan kesesatan, sedangkan para ulama hanya memiliki wawasan yang sempit. Tidak lama kemudian munculah seorang imam dan ulama hadits yang mencoba untuk memperbaiki umat islam yang tengah dilanda kezaliman dan kebobrokan. Imam tersebut adalah Ibnu Taimiyah. Kegigihan dan ketinggian semangatnya dalam mendalami agama menghantarkannya pada kedudukan mujtahid mutlak.

b. Ide Pembaharuannya