bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun. Jenazahnya dikebumikan di Dariyah Najd.
3. Jamaluddin Al Afgani 1839-1897
a. Riwayat Hidup
Jamaluddin al-Afgani merupakan salah satu pemberharu islam yang sangat dikenal. Beliau sangat gigih memperjuangkan islam meskipun menghadapi rintangan
yang mengakibatkan kematiannya.
Jamaluddin al-Afgani nama aslinya adalah Muhammad Ibnu Safdar al- Husainy. Beliau lahir pada tahun 1838 M di kota Asadabad. Kawasan distri Kabul,
bagian timur Afghanistan. Beliau wafat pada tahun 1897 M di Iran dalam status tahanan politk.
Sejak kecil, beliau sudah belajar membaca al-Qur’an, bahasa Arab, Persia, Ilmu tafsir, ilmu hadist, tasawuf, dan filsafat. Beliau juga pernah menuntut ilmu ke
Iran dan Irak, pusat perguruan Syiah. Selama beberapa tahun, beliau menjadi murid seorang sarjana syiah bernama Murtada an-Nasary.
Pada usia 20 tahun, Jamaluddin al-Afgani menjadi pembantu pangeran Muhammad Khan di Afghanistan pada tahun 1864 M, beliau menjadi penasihat Sher
Ali Khan, kemudian beliau diangkat menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azham Khan berkat kecerdasan dan kepribadiannya yang
menarik. Jamaluddin al-Afgani banyak memperoleh pengalaman selam mengembara ke berbagai Negara, seperti ke India dan Mesir. Beliau juga menjadi dosen kaum
intelektual di Universitas al-Azhar Mesir. Diantara muridnya yang cukup terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.
b. Peranan Jamaluddin al-Afgani di Bidang Politik
Di kalangan umat islam, Jamaluddin al-Afgani lebih dikenal sebagai pemimpin pergerakan politik daripada sebagai pemikir reformis dan modernisasi
dalam islam. Gerakkan kesadaran yang dimulainya mengandung watak intelektual, budaya, sosial, politik dan keagamaan. Jamaluddin al-Afgani berkeinginan tinggi
bahwa suatu saat islam mampu membuka jalan dan dapat membendung serta mengatasi pengaruh negatif dari Barat. Oleh sebab itu, beliau memilih jalan hidupnya
sebagai politikus.
Keterlibatannya dalam politik, memudahkan Jamaluddin untuk membangun hubungan akrab dengan beberapa pemimpin Negara Islam dan non-Islam.
Kesempatan baik ini digunakan Jamaluddin untuk menyebarkan dan memperkenalkan pikiran dan ide-ide perjuangannya. Maksudnya mencari dukungan
orang-orang yang sepaham dan lebih simpati.
Menurut Harun Nasurtion, aktivitas-aktivitas politik Jamaluddin al-Afgani sebenarnya didasarkan pada ide-idenya tentang pembaruan pemikiran dalam islam.
Aktivitas politiknya timbul sebagai implikasi dari aktivitas pembaruan pemikiran dalam islam.
Murtada Mutahari, pemikir kontenporer dari Iran, mengatakan bahwa politik Jamaluddin al-Afgani adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan perjuangan melawan absolutism pemerintah
Jamaluddin al-Afgani berpendapat bahwa suksesnya langkah tersebut sangat ditentukan peran aktif umat islam dan kesadaran terhadap hak-hak mereka yang
diinjak-injak para penguasa Barat. Tugas awal yang harus dilakukan adalah mengukuhkan keyakinan bahwa perjuangan politik merupakan kewajiban agama dan
panggilan suci. Tugas ini menegaskan perlunya penekanan hubungan antara agama dan politik. Dalam islam, hubungan antara agama dan politik bagaikan dua sisi mata
uang yang tidak mungkin dipisahkan.
Mengerjakan ketertinggalan umat islam dalam pengetahuan, sains, dan
teknologi modern Langkah ini diambil Jamaluddin al-Afgani dengan cara mendirikan sekolah
atau perguruan tinggi dan membentuk masyarakat ilmiah.
Mengembalikan pemahaman umat islam terhadap ajaran-ajaran sumber aslinya
Jamaluddin al-Afgani memasukkan langkah ini agar umat islam kembali pada al-Qur’an, sunah dan keteladanan para sahabat pada permulaan islam. Dengan
demikian, praktik korupsi dan manipulasi dapat dihilangkan.
Berjuang melawan kolonialisme asing Barat Langkah ini berdasarkan pada realita bahwa Negara-negara Barat terlalu
campur tangan terhadap urusan-urusan politik Negara Islam. Negara-negara Barat secara eksploitatif telah menjajah umat Islam, khususnya di bidang ekonomi. Mereka
mengeruk sumber-sumber kekuatan dan kekayaan ekonomi Negara Islam. Bahkan, mereka memasukkan unsur-unsur kultur Barat ke dalam kultur kaum Muslimin.
Menghadapi kenyataan ini, Jamluddin al-Alfgani membakar semangat untuk mengenyahkan penjajahan Barat meskipun dimusuhi penguasa Barat, akibatnya
beliau terpaksa harus berpindah-pindah dari Mesir ke India, Iran, Hijaz, Yaman, Turki, Rusia, Jerman, Perancis, dan Inggris.
Membangkitkan slogan persatuan Islam
Jamaluddin al-Afgani mementingkan langkah ini bagi umat Islam walaupun mereka berbeda mazhab atau aliran. Beliau tidak suka dengan istilah Sunni, Syi’ah,
atau fanatisme pada sekte tertentu. Jamaluddin al-Afgani sangat gigih memperjuangakan penolakannya terhadap paham sekterianisme dan nasionalisme
menurut konsep Barat. Kedua paham ini terbukti merongrong ajaran dasar Islam. Oleh karena itu, beliau berusaha mempersatukan dengan satu tali pengikat yaitu
agama Islam Pan-Islamisme.
c. Konsep Pan-Islamisme Jamaluddin al-Afgani