20
Universitas Indonesia
serta dalam upaya pengembangan kelembagaan dalam perguruan tingginya; untuk itu para pustakawan harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan
pemahamannya, bukan saja dalam bidang kepustakawanan, tetapi juga dalam bidang manajemen dan pengembangan pendidikan tinggi.
2.3 Kendala - Kendala Penerapan Budaya Kerja
Dalam setiap penerapan budaya kerja di perpustakaan atau organisasi selalu terdapat hambatan maupun kendala yang mengiringinya. Penerapan budaya
kerja berkaitan erat dengan perubahan dalam perilaku pegawainya. Perubahan tersebut kadang kala diiringi adanya sebuah pertentangan atau resistensi dan
berbagai respon pegawai terhadap perubahan tersebut.
2.3.1 Resistensi Pada Perubahan
Stueart and Moran 2007:58 menyatakan resistensi pada perubahan budaya kadang-kadang bersifat destruktif tapi seringkali juga bisa bersifat kreatif,
utamanya berkaitan dengan emosional, filosofi, dan dalam prosesnya terjadi konflik prosedural antar individu dan antar kelompok. Resistensi bisa terjadi
karena beberapa alasan Stueart and Moran, 2007: 58-59, yaitu:. 1. Anggota organisasi tidak mengerti atau tidak mau mengerti perlunya
perubahan, mereka merasa nyaman dan puas pada posisi lamanya karena mereka merasa sudah banyak menghabiskan waktu dan biaya dalam
mencapai posisinya saat ini. Bagi para pendukung perubahan hal ini ditafsirkan sebagai penolakan atau resistensi terhadap perubahan.
Sebaliknya para pegawai baru atau yang belum lama bekerja lebih mudah beradaptasi apabila ada perubahan atau situasi kerja yang baru.
2. Anggota organisasi merasa skeptis tentang keberhasilan dalam penerapan perubahan. Hal ini terjadi karena informasi yang diperoleh mengenai
perubahan belum diterima secara penuh bahkan kadang-kadang hanya sebagian atau sepotong saja. Informasi yang diterima akan sesuai apabila
terjalin komunikasi yang baik yaitu terjadi komunikasi dua arah antara manajemen pembawa perubahan dengan anggota organisasi, sehingga
21
Universitas Indonesia
resistensi dapat diminimalisir. Kurangnya pemahaman tentang perubahan tersebut yang kadang menimbulkan resistensi.
3. Kebiasaan anggota organisasi terganggu. Mereka merasa bahwa asumsi dasar, nilai pribadi, dan persahabatan dengan pegawai lain terganggu.
Perubahan biasanya memperkenalkan kondisi baru dan membutuhkan keahlian dan pengetahuan yang berbeda hal ini yang menjadi kekhawatiran
sehingga menimbulkan resistensi oleh para pegawai. 4. Anggota organisasi memiliki persepsi dan kepentingan tersendiri yang
kadang sedikit berlawanan dengan perubahan organisasi, meskipun mereka agak terbuka untuk mengikuti perubahan tetapi dengan cara
mereka sendiri. Dengan meningkatnya kompleksitas organisasi kadang menimbulkan disparitasperbedaan dalam memahami latar belakang, sikap
dan nilai dalam organisasi sehingga muncul resistensi baik secara individu maupun kelompok.
5. Perubahan yang berlangsung cepat menimbulkan ketegangan dalam organisasi. Hal ini kadang membuat orang takut dan gugup sehingga
menimbulkan sikap resisten karena khawatir belum bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlangsung cepat tersebut.
6. Organisasi kadang belum siap menghadapi perubahan, beberapa prasyarat perubahan yang diperlukan belum tersedia, hal ini kadang menimbulkan
resisten dari kalangan anggota organisasi. Untuk itu pimpinan harus mampu membangun kepercayaan dalam melaksanakan perubahan
sehingga mendapat dukungan dari anggota organisasi. 7. Perkembangan teknologi dan kondisi sosial yang berlangsung cepat saat
ini membuat beberapa anggota organisasi merasa tertinggal. Perubahan akan terus berlangsung termasuk pekerjaan itu sendiri yang memerlukan
keahlian dan pengetahuan baru sesuai perkembangan teknologi dan kondisi saat ini.
8. Perubahan itu sulit untuk diterapkan, karena berkaitan dengan transisi dalam pekerjaan, cara mengatur pekerjaan dan perubahan dalam
lingkungan kerja yang sebenarnya tidak bisa dipaksakan oleh pimpinan. Setiap perubahan dalam organisasi hendaknya sebagai upaya untuk
22
Universitas Indonesia
melestarikan dan mengembangkan tradisi, nilai yang disepakati dan karakter atau ciri khas organisasi.
Dalam banyak kasus beberapa resistensi terhadap perubahan bisa diantisipasi oleh organisasi. Oleh karena itu resistensi harus disadari, dihargai dan
dipahami keberadaannya sebagai dampak dari perubahan organisasi, sebisa mungkin dampak yang timbul dapat diminimalisasi sehingga tidak begitu
berpengaruh dalam perubahan organisasi yang telah disepakati. Resistensi bisa dilihat sebagai bentuk dinamika dalam organisasi, sehingga setiap anggota
organisasi dapat berperan aktif dalam perubahan yang sedang dilaksanakan oleh organisasi.
2.3.2 Respon Pegawai Terhadap Perubahan