10
Universitas Indonesia
6. Orang yang terlatih melalui budaya kerja berpartisipasi dengan loyal kepada kehidupan rumah tangganya, sekolah, masyarakat dan bangsanya,
penuh tanggung jawab sebagai manusia merdeka dengan mengisi kemerdekaannya.
Budaya kerja mempunyai empat fungsi dasar Nielson dan Quick, 1997, yaitu 1 perasaan identitas dan menambah komitmen organisasi, 2 alat
pengorganisasian anggota, 3 menguatkan nilai dalam organisasi, dan 4 mekanisme kontrol atas perilaku. Selanjutnya Pattipawae 2011:37 fungsi dari
budaya kerja adalah suatu komponen kualitas manusia yang melekat dengan identitas bangsa dan menjadi tolok ukur dasar dalam pembangunan. Ikut
menentukan integritas bangsa dan menjadi penyumbang utama dalam menjamin kesinambungan kehidupan bangsa. Terkait erat dengan nilai dan falsafah bangsa
yang mendorong kinerja seseorang.
2.1.3 Terbentuknya Budaya Kerja
Pada dasarnya budaya kerja dalam suatu organisasi tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan dari pihak-pihak yang berinisiatif dan menciptakan.
Inisiatif ini biasanya tertuang dalam filosofi organisasi. Berawal dari sinilah budaya kerja terbentuk dan selanjutnya dikomunikasikan kepada seluruh anggota-
anggota organisasi. Umumnya budaya diciptakan oleh pendiri atau top management yang mendirikan atau merintis organisasi. Falsafah atau strategi yang
ditetapkan menjadi petunjuk dan pedoman pegawai dalam pelaksanaan tugas. Bila implementasinya baik maka filosofi yang diyakini akan berkembang menjadi
suatu budaya Yuningsih dan Hayati, 2008:6. Budaya kerja berbeda antara organisasi satu dengan yang lainnya, hal itu
dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang dicerminkan oleh setiap orang dalam organisasi berbeda. Untuk membentuk budaya kerja membutuhkan waktu
bertahun-tahun. Terbentuknya budaya kerja diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat di mana besarnya hubungan antara pemimpin dengan bawahannya
akan menentukan suatu cara tersendiri apa yang dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasi. Dalam hal ini budaya kerja terbentuk dalam satuan
kerja atau organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi ketika
11
Universitas Indonesia
lingkungan kerja atau organisasi belajar dalam menghadapi permasalahan seperti menyangkut masalah organisasi.
Budaya kerja terbentuk begitu satuan kerja atau organisasi itu berdiri, artinya pembentukan budaya kerja terjadi tatkala lingkungan kerja atau organisasi
belajar menghadapi masalah, baik yang menyangkut perubahan-perubahan eksternal maupun internal yang menyangkut persatuan dan keutuhan organisasi
Sithi dalam Taliziduhu-Ndraha, 2003:76. Perlu waktu bertahun-tahun bahkan puluhan dan ratusan tahun untuk membentuk budaya kerja. Pembentukan budaya
di awali oleh pendiri atau pimpinan paling tertinggi atau pejabat yang ditunjuk, di mana besarnya pengaruh yang dimilikinya akan menentukan suatu cara tersendiri
apa yang dijalankan dalam satuan kerja atau organisasi yang dipimpinnya. Robbins and Judge 2013:554-555 menyatakan bahwa budaya kerja
suatu organisasi terbentuk dari empat unsur yaitu: 1. Filosofi Pendiri Organisasi.
Budaya asli berasal dari filosofi pendirinya. Secara tradisional pendiri organisasi memiliki pengaruh besar terhadap budaya awal suatu organisasi
dan memiliki visi tentang akan menjadi apa nantinya organisasi itu. Kebiasaan, tradisi dan tata cara umum dalam melakukan segala sesuatu
yang ada di sebuah organisasi merupakan hasil atau akibat dari yang telah dilakukan sebelumnya dan membawa kepada pencipta budaya awal suatu
organisasi yakni para pendirinya. Apabila organisasi mencapai kesuksesan, visi pendiri dipandang sebagai faktor utama penentu keberhasilan tersebut.
2. Seleksi. Tujuan eksplisit dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan merekrut
individu-individu yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk berhasil menjalankan pekerjaan di dalam organisasi.
Selain itu proses seleksi memberi informasi kepada calon pegawai mengenai organisasi tersebut. Calon pegawai yang diterima nantinya
adalah yang memegang nilai-nilai yang selaras dengan nilai budaya suatu organisasi. Proses seleksi merupakan salah satu cara untuk membentuk
dan mempertahankan kelangsungan hidup budaya kerja sebuah organisasi.
12
Universitas Indonesia
3. Manajemen Puncak. Tindakan manajemen puncak
memiliki dampak besar terhadap
pembentukan budaya kerja suatu organisasi. Melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku, para pimpinan memantapkan
norma-norma yang berlaku di organisasi terkait sejauh mana pengambilan keputusan yang diharapkan, seberapa banyak kebebasan yang para
pemimpin berikan kepada para pegawai, pakaian seragam apa yang layak diberikan kepada para pegawai, prestasi kerja apa yang membuat pegawai
menerima kenaikan gaji, promosi, bonus dan lain-lain. 4. Sosialisasi.
Dalam upaya pembentukan budaya kerja, dilakukan proses penyesuaian yang dikenal dengan sosialisasi, yaitu proses yang mengadaptasi para
pegawai pada budaya kerja. Sebaik apapun pekerjaan yang dilakukan organisasi dalam melakukan perekrutan dan seleksi, pegawai baru tidak
sepenuhnya terindoktrinasi ke dalam budaya kerja organisasi. Karena belum mengenal sepenuhnya budaya kerja tersebut, para pegawai
berpotensi mengganggu tradisi dan kebiasaan yang ada dalam organisasi. Untuk itu organisasi mesti membantu para pegawai baru beradaptasi
dengan budaya kerja, proses adaptasi ini yang disebut sosialisasi. Selanjutnya Robbins and Judge 2013:555-557, berpendapat bahwa
proses sosialisasi dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tahap Prakedatangan The Prearrival Stage Tahap pertama merupakan tahap prakedatangan, terjadi sebelum seseorang
anggota baru bergabung dengan organisasi. Setiap individu datang dengan sekumpulan nilai, sikap dan harapan tertentu. Tahap ini merupakan periode
pembelajaran dalam proses sosialisasi yang terjadi sebelum pegawai bergabung dengan organisasi. Penelitian menunjukkan bahwa apa yang
diketahui orang sebelum mereka bergabung dengan suatu organisasi, seberapa proaktif kepribadian mereka, merupakan indikator yang penting
dalam menyesuaikan diri dengan budaya baru. Salah satu hal yang penting pada tahap ini dalam usaha sosialisasi adalah memilih pegawai dengan
13
Universitas Indonesia
“kepribadian yang pas”, dan menggunakan proses seleksi untuk memberi informasi kepada calon pegawai tentang organisasi secara keseluruhan.
Salah satu bentuknya dengan mengenalkan budaya kerja yang ada dalam organisasi.
2. Tahap Perjumpaan The Encounter Stage Tahap kedua merupakan tahap dalam proses sosialisasi di mana pegawai
baru melihat seperti apa sesungguhnya organisasi dan menghadapi kemungkinan bahwa antara harapan dan realita mungkin berbeda. Jika
harapan ternyata sesuai, tahap ini sekedar mempertegas kembali mengenai persepsi yang telah diperoleh sebelumnya. Namun bila harapan dan
kenyataan berbeda pegawai baru harus menjalani sosialisasi untuk melepaskan berbagai asumsi yang sebelumnya ia pegang dan
menggantikannya dengan asumsi-asumsi lain yang dipandang tepat oleh organisasi. Organisasi juga dapat membantu pegawai dalam bersosialisasi
salah satunya dengan mengadakan acara kebersamaan yang diikuti seluruh anggota organisasi.
3. Tahap Metamorfosis The Metamorphosis Stage Tahap ketiga merupakan tahapan proses sosialisasi di mana pegawai baru
berubah dan menyesuaikan diri pada pekerjaan, kelompok kerja dan organisasi. Perubahan yang relatif tahan lama akan terjadi. Pegawai baru itu
menguasai keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaannya, dengan berhasil melakukan perannya dan melakukan penyesuaian nilai dan norma
kelompok kerjanya. Proses metamorphosis dan sosialisasi berhasil ketika pegawai baru sudah merasa nyaman dengan organisasi dan pekerjaan
mereka. Mereka telah menginternalisasi berbagai norma organisasi dan kelompok kerja, dan memahami serta menerima norma-norma tersebut.
Metamorfosis yang berhasil akan berdampak positif terhadap produktivitas pegawai baru dan komitmen mereka terhadap organisasi serta mengurangi
kecenderungan mereka untuk meninggalkan organisasi. James L. Gibson, Jhon M. Ivancevich, dan James H. Donnelly 2000:36
menyatakan bahwa sosialisasi adalah suatu proses di mana organisasi membawa pegawai baru ke dalam budaya kerja. Dalam budaya terjadi transformasi nilai
14
Universitas Indonesia
asumsi, dan sikap dari pekerja tua kepada yang muda. Tahapan sosialisasi biasanya sesuai dengan jalannya tahapan karier seseorang dalam organisasi. Jadi
terbentuknya budaya kerja berawal ketika organisasi terbentuk, tertuang dalam filosofi pendirinya dan dikomunikasikan kepada anggota organisasi lainnya,
kemudian dilakukan sosialisasi sebagai proses adaptasi budaya kerja terhadap seluruh pegawai.
2.1.4 Nilai Dalam Budaya Kerja