Tempat dan Waktu Penelitian Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di tiga perusahaan komponen alat berat, yaitu PT. Katsushiro Indonesia di Jalan Jababeka XII Blok I, Jababeka Industrial Estate, Cikarang, Bekasi; PT. Hanken Indonesia di Jalan Jababeka XII Blok I No. 16-27, Jababeka Industrial Estate, Cikarang, Bekasi; dan PT. United Tractors Pandu Engineering di Jalan Raya Bekasi Km 22 Cikarang, Bekasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus 2008, meliputi survei pendahuluan, pengumpulan data di lokasi penelitian, analisis dan pengolahan data.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang dalam lima tahap, yaitu: 1 Studi kinerja manajemen industri komponen alat berat terkait dengan produktivitas sumberdaya manusia dalam pengelolaan lingkungan, 2 Studi kinerja industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah, 3 Studi tingkat partisipasi karyawan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat, 4 Rumusan alternatif bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat yang tepat bagi pihak-pihak terkait, dan 5 Rumusan model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. 3.2.1. Kinerja Manajemen Industri Komponen Alat Berat Terkait Dengan Produktivitas Sumberdaya Manusia Dalam Pengelolaan Lingkungan Data primer yang dibutuhkan adalah data kualitas lingkungan industri, yaitu data jenis dan kuantitas limbah padat dan cair, kualitas udara ambien debu, kebisingan, kebauan dan gas; serta data kelembagaan, semuanya diperoleh dari pengukuran langsung di lokasi penelitian. Untuk pengumpulan data kualitas udara ambien menggunakan alat ukur ISC, SNI, Direct Reading Thermometer, Direct Reading Anenometer, dan Direct reading Higrometer. Untuk data air limbah diambil menggunakan alat ukur APHA, sedangkan untuk kebauan menggunakan NIOSH, Direct reading 33 Thermometer dan Direct Reading Higrometer. Parameter kebisingan diperoleh melalui pengukuran langsung di lapangan untuk menentukan tingkat tekanan kebisingan sound pressure level – SPL. Untuk menentukan tingkat tekanan kebisingan SPL dihitung dengan menggunakan rumus menurut Suratmo 1992 : SPL = 2 log 10 PP o ........................................1 Keterangan : SPL = Tingkat tekanan kebisingan; dB P = Tekanan udara, u bars P o

3.2.2. Kinerja Industri Komponen Alat Berat Dalam Pengelolaan Limbah

= Tingkat tekanan untuk manusia reference level, 0,0002 u bars Setelah itu dilakukan pembobotan A-weighted sound level karena telinga manusia tidak memberikan reaksi yang sama pada semua tingkat frekuensi. Pembobotan tersebut disebut derajat atau tingkat kebisingan dBA. Semua data yang dikumpulkan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan BML secara deskriptif. Setelah itu dilakukan analisis korelasi dan regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan kinerja lingkungan dengan kinerja perusahaan dalam pengelolaan limbah industri komponen alat berat. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan dengan Structural Equation Model SEM. SEM adalah teknik statistik multivariat yang merupakan kombinasi antara analisis faktor dan analisis regresi korelasi, yang bertujuan untuk menguji hubungan-hubungan antara variabel yang ada pada sebuah model, baik antara indikator dengan konstruknya, atau hubungan antara konstruk. Gambar 6 menunjukkan model analisis SEM untuk mengetahui kinerja perusahaan komponen alat berat dalam pengelolaan limbah. Dalam model yang dikembangkan, kinerja perusahaan dalam pengelolaan limbah sangat ditentukan oleh faktor independensi, objektivitas dan integritas karyawan. Integritas meliputi antara lain kejujuran, kebijaksanaan dan tanggung jawab. Independensi meliputi antara lain karyawan mengelola limbah secara sukarela dan bebas dari pengaruh tekanan dari pihak lain atau perusahaan, 34 karyawan dalam mengelola limbah tidak dipengaruhi oleh tujuan pribadi, dan karyawan mengelola limbah dipengaruhi oleh perusahaan. Objektivitas meliputi antara lain transparansi terhadap temuan dalam pengelolaan limbah, dukungan bukti terhadap temuan dalam pengelolaan limbah, dan objektivitas karyawan dalam pengelolaan limbah. Gambar 6. Model analisis SEM kinerja perusahaan komponen alat berat dalam pengelolaan limbah. Model SEM terdiri atas dua bagian, yaitu model variabel laten dan model variabel teramati. Berbeda dengan regresi biasa yang menghubungkan kausalitas antara variabel yang teramati, dalam SEM juga dapat diketahui kausalitas antara variabel-variabel laten.

3.2.3. Tingkat Partisipasi Karyawan dalam Pengelolaan Limbah Industri Komponen Alat Berat

Analisis persepsi karyawan bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan terhadap kegiatan industri komponen alat berat, disamping untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut umur, tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, lokasi pemukiman, jenis pekerjaan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan statistika non parametrik bebas sebaran karena tidak ada INDEPEND KINERJA OBJEKTIV INTEGRIT ind1 ind2 ind ..n obj1 obj2 obj...n int1 int2 int...n 35 asumsi pengetahuan apapun mengenai sebaran populasi Walpole, 1995. Uji kuantitatif terhadap persepsi karyawan menggunakan tabulasi, persentase, dan grafik, sedangkan untuk menentukan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan industri komponen alat berat menggunakan analisis statistika deskriptif. 3.2.4. Rumusan Alternatif Bentuk Kemitraan Dalam Pengelolaan Limbah Industri Komponen Alat Berat Yang Tepat Bagi Pihak-pihak Terkait. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kemitraan yang sesuai dalam pengelolaan limbah pada industri komponen alat berat, maka dilaksanakan diskusi secara terfokus FGD. FGD merupakan metode khusus untuk mengorganisasi diskusi atau serangkaian diskusi Budiharsono et al., 2006. FGD menghasilkan struktur hirarki, serta tingkat pengaruh dan kepentingan para pihak terkait. Struktur hirarki yang dihasilkan dalam FGD dianalisis dengan metode AHP menurut Saaty 1991. Sementara analisis stakeholder dan interpretasi pihak-pihak terkait dilakukan terhadap tingkat pengaruh dan kepentingan para pihak. FGD dilaksanakan di PT. Katsushiro pada tanggal 26 April 2008 yang dihadiri 10 orang partisipan yang terlibat langsung dalam pengelolaan limbah khususnya limbah padat bernilai ekonomis di industri komponen alat berat Gambar 7. FGD dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam dari sudut pandang dan pengalaman peserta, perasaan, persepsi, kepercayaan, pengetahuan, dan sikap berkaitan dengan topik yang diteliti. Dalam hal ini diharapkan ada kesepahaman dan kesepakatan peserta untuk membentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah bernilai ekonomi khususnya yang dihasilkan oleh perusahaan komponen alat-alat berat. Dalam pelaksanaan FGD, diskusi difokuskan pada pertanyaan-pertanyaan spesifik sesuai dengan topik yang dikaji. Menurut Budiharsono et al., 2006 terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam pelaksanaan FGD. Beberapa keunggulan dalam pelaksanaan FGD tersebut antara lain : 1. FGD memberikan penjelasan lebih, bukan hanya pada apa yang peserta FGD pikirkan, tetapi juga mengapa mereka berpikir seperti itu. 2. Dapat mengungkapkan konsensus dan keragaman kebutuhan peserta, pengalaman, keinginan, dan asumsi. 36 3. Memungkinkan interaksi kelompok sehingga peserta dapat membangun konsep atau pandangan yang komprehensif lebih mendalam dari setiap ide, bukan hanya dari pandangan individual. 4. Komentar yang tak terduga dan perspektif baru dapat ditelusuri dengan mudah. 5. Moderator dan peserta dapat mengekspresikan perasaannya secara langsung. Sedangkan kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan FGD antara lain : 1. Sampel yang sedikit sehingga memungkinkan tidak representatif 2. Semua peserta harus hadir di tempat dan waktu yang sama. Hal ini sulit jika peserta berada pada cakupan wilayah yang berjauhan. 3. Dapat memperoleh data kualitatif yang sangat banyak sehingga menyulitkan untuk analisis data. 4. Informasi yang dikumpulkan lebih bias karena interpretasi subjektif dibandingkan metode kuantitatif 5. Individu yang banyak bicara dapat mendominasi diskusi. Pandangan dari peserta yang asertif kadang sulit diperoleh. 6. Kualitas diskusi dan manfaat informasi yang diperoleh sangat bergantung pada kemampuan moderator. Untuk menghindari munculnya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan FGD tersebut di atas, maka peran moderator sangat penting dalam menentukan arah dan jalannya diskusi sehingga tujuan FGD dapat tercapai dengan baik. Seorang moderator harus menguasai topik yang dikaji, dapat mengarahkan jalannya diskusi jika diskusi yang sedang berlangsung keluar dari rambu-rambu atau tujuan diskusi, dan mampu menggali dan menggugah perasaan peserta diskusi sehingga peserta dapat mengeluarkan pendapatnya sesuai dengan yang diketahui dan diinginkan tanpa rasa takut dan pengaruh dari argumen peserta lainnya. Menurut Budiharsono et al., 2006 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan FGD, yaitu: 1. Saat mendesain FGD, perlu mempertegas bahwa diskusi tersebut untuk menemukan solusi. Abaikan aspek keberpihakan. 2. Saat mendesain FGD, perhatikan : siapa peserta; bagaimana melibatkan 37 mereka; pertanyaan apa yang akan ditanyakan; bagaimana mengumpulkan data; dan bagaimana menganalisis dan melaporkan hasil. 3. Buat pertanyaan umum dan spesifik. Jika semuanya hanya pertanyaan umum, akan sulit untuk memperoleh respon detail dari peserta. Sebaliknya jika semuanya pertanyaan khusus, akan diperileh informasi yang “bigger picture” 4. Pilih moderator yang mengetahui cara bekerja dengan kelompok sehingga tercipta partisipasi dan interaksi diantara peserta. 5. Pilih anggota kelompok yang mewakili populasi. Kelompok yang homogen akan membantu menciptakan rasa nyaman dan kompatibilitas diantara peserta. 6. Batasi jumlah peserta antara 10 – 20 orang. Jumlah ini memungkinkan setiap orang untuk berpartisipasi, namun cukup untuk memberikan keragaman opini. Perhatikan kelompok kecil ketika membutuhkan pandangan yang lebih mendalam dan detail, atau jika peserta menguasai perosalan upayakan dia memberikan kontribusi yang besar. 7. Observer atau recorder harus merekam semua komentar yang dikemukakan oleh setiap kelompok disarankan menggunakan audio tipe atau vidio recorder dan mencatat semua isyarat atau perilaku yang signifikan. 8. Audio atau vidio tapes seringkali merupakan sumber utama untuk memperoleh data FGD, dimana alat ini lebih efisien dan efektif dalam membantu pelaksanaan FGD. Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan FGD meliputi rencana seluruh kegiatan FGD, menentukan tipe-tipe kelompok groups yang dibutuhkan, seleksi moderator dan tim lapangan, membuat panduan untuk moderator dan format untuk mencatat tanggapan, melatih tim lapangan, persiapan untuk peserta FGD, melaksanakan FGD, dan melakukan analisis dan interpretasi hasil-hasil FGD Budiharsono, et al., 2006. Tahap 1: Membuat rencana seluruh kegiatan FGD. Dalam tahap ini, kegiatan yang direncanakan menyangkut bagaimana membangun kemitraan antar perusahaan komponen alat berat dalam pengelolaan limbah padat bernilai ekonomi, selanjutnya dibuat rencana bentuk-bentuk kemitraan. Dalam tahap ini juga dipertimbangkan apakah dalam pelaksanaan FGD 38 diperlukan staf pendamping atau staf lapangan. Tahap 2: Menentukan tipe-tipe kelompok groups yang dibutuhkan. Dalam tahap ini, tipe kelompok ditentukan melalui metode sampling seleksi kriteria dimana peserta dalam kelompok ditentukan berdasarkan bagian atau divisi yang khusus menangani limbah dan mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan berhubungan dengan pengelolaan limbah. Tahap 3: Menyeleksi moderator dan tim lapangan. Dalam tahap ini, dilakukan seleksi moderator yang didasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya serta menguasai topik yang akan didiskusikan. Tahap 4: Membuat panduan untuk moderator dan format untuk mencatat tanggapan. Dalam tahap ini, dibuat panduan pelaksanaan FGD terutama untuk moderator dalam mengarahkan jalannya FGD, selain itu juga dibuat format untuk mencatat tanggapan-tanggapan dari peserta FGD. Panduan FGD yang dibuat berdasarkan tujuan FGD untuk mencari bentuk-bentuk kemitraan pengelolaan limbah padat berniali ekonomi pada perusahaan komponan alat berat Tahap 5: Melatih tim lapangan. Dalam tahap ini, tim lapangan diberikan pengarahan-pengarahan terkait dengan tugasnya pada saat kegiatan FGD dilaksanakan. Terutama dalam mencatat tanggapan-tanggapan dari peserta FGD. Selain itu, dalam tahap ini juga dilakukan penyempurnaan panduan FGD. Tahap 6: Membuat persiapan untuk peserta FGD. Dalam tahap ini, ditetapkan waktu pelaksanaan FGD yang dilaksanakan pada tanggal 28 April 2008 pukul 09.00 WIB sampai selesai. Karena tempat domisili setiap peserta saling berjauhan maka beberapa peserta tidak sempat datang tepat pada waktu yang ditentukan sehingga pelaksanaan FGD mundur sekitar 1 jaum dari waktu yang telah ditentukan dan selesai pada pukul 13.30 WIB. Tahap 7 : Melaksanakan FGD. Pada tahap in, FGD dilaksanakan tepat pada jadwal yang telah ditntukan yaitu pada tanggal 28 April 2008. Sebelum dilaksanakan diskusi, terlebih dahulu diadakan perkenalan dimana setiap peserta memperkenalkan 39 identitas dirinya masing-masing yang didahului oleh moderator. Selanjutnya pengarahan dari penggagas kegiatan FGD dalam hal ini Budi Setyo Utomo selaku Mahasiswa Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan PSL Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor IPB yang sedang melaksanakan penelitian terkait sistem manajemen lingkungan dalam pengelolaan limbah oleh Industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat, dimana salah satu tujuannya adalah mengkaji bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah. Diskusi dilaksanakan dengan proses sebagai berikut: • Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian, serta menjelaskan hasil studi pustaka dan hasil temuan awal di lapangan, baik hasil survei awal, maupun pengamatan langsung di lingkungan industri komponen alat berat. • Peneliti menjelaskan rancangan awal model kebijakan pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. • Peserta secara bergantian memberikan masukan secara umum tentang hasil kajian awal peneliti untuk membangun asumsi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. • Peneliti memberikan tanggapan balik secara umum tentang asumsi- asumsi yang dikemukakan peserta. Selain itu peneliti memberikan fokus pembahasan aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat secara sistematis. • Pemandu mengarahkan fokus pembahasan secara sistematis sesuai arahan peneliti dan ketertarikan peserta. • Peserta memberikan masukan tentang aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat secara sistematis. 40 • Seluruh peserta dan peneliti mendiskusikan satu persatu aspek-aspek yang terkait pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat, sehingga diperoleh masukan yang aktual dan komprehensif bagi penyusunan kebijakannya. • Hasil diskusi kemudian dibacakan pada akhir diskusi. Tahap 8: Analisis dan interpretasi hasil-hasil FGD Pada tahap ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil pelaksanan FGD. Hasil analisis ini secara khusus disajikan dalam bab yang sedang dibahas dalam disertasi ini Hal-hal yang dibicarakan dalam FGD difokuskan pada upaya untuk membentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh tiga 3 perusahaan besar yang bergerak pada komponen alat berat. Selanjutnya membahas struktur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan komponen alat berat yang diantaranya menyangkut bentuk kemitraan. Struktur hierarki sistem pengembangan sistem manajemen lingkungan komponen alat berat disusun atas lima 5 level yaitu : 1 fokus yaitu pengembangan sistem manajemen lingkungan industri komponen alat berat berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat; 2 faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengembangan sistem manajemen lingkungan yang meliputi faktor sumberdaya manusia SDM, teknologi, permodalan, pemasaran, dan kebijakan perusahaan; 3 aktor yang berperan yaitu Jababeka infrastruktur, perusahaan PT. Katsushiro Indonesia , PT. Hanken Indonesia, dan PT. United Tractors Pandu Engineering, lembaga keuangan, dan masyarakat yaitu karyawan perusahaan; 4 tujuan yang ingin dicapai yaitu kualitas lingkungan yang terjaga dan terkendali, peningkatan pendapatan masyarakat karyawan, peningkatan daya saing, dan minimalisasi konflik; dan 5 alternatif kebijakan sebagai bentuk kemitraan dalam pengelolaan limbah. Adapun strukur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan Industri komponen alat berat dalam pengelolaan limbah berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat seperti disajikan pada Gambar 7. 41 Gambar 7. Struktur hierarki pengembangan sistem manajemen lingkungan industri komponen alat berat. Gambar 8. Tahap-tahap analisis AHP. MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN INDUSTRI KOMPONEN ALAT BERAT BERBASIS PARTISIPASI DAN KEMITRAAN MASYARAKAT KUALITAS LINGKUNGAN TERJAGA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT PENINGKATAN DAYA SAING MINIMISASI KONFLIK FA K TO R F O KUS AKT O R T UJ UA N PERUSAHAAN KOPERASI MASYARAKAT Karyawan JABABEKA INFRASTRUKTUR A LTE R N A TI F BERMITRA DENGAN MEMBENTUK BADAN USAHA SHARING SAHAM SAMA RATA BERMITRA DENGAN MEMBENTUK BADAN USAHA SHARING SAHAM TERBESAR DARI PERUSAHAAN YANG MENGHASILKAN LIMBAH TERBESAR SDM TEKNOLOGI MODAL PEMASARAN KEBIJAKAN PERUSAHAAN Mulai Penentuan Tujuan dan Alternatif Penyusunan Pohon Hierarki Pembobotan Kriteria Hierarki Perbandingan Berpasangan Perhitungan inkonsistensi Pembobotan Kriteria Hierarki I nkonsistensi 0,1 Entri Nilai Kriteria untuk masing-masing Alternatif Sintesis Hierarki Bobot priorit as masing- masing alternat if Selesai 42 Struktur hirarki yang dihasilkan dalam FGD, dianalisis dengan metode AHP melalui lima tahap Gambar 8, sebagai berikut : 1. Penentuan tujuan pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya secara optimal. 2. Penyusunan pohon hirarki dari kriteria-kriteria penilaian alternatif keputusan Gambar 8; 3. Pembobotan tingkat kepentingan masing-masing kriteria melalui tiga tahap, yaitu: tahap penentuan tingkat kepentingan kriteria terhadap penentuan nilai indikator pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya melalui metode perbandingan berpasangan, tahap penilaian bobot masing-masing kriteria, dan penilaian konsistensi penentuan tingkat kepentingan kriteria. Skala kepentingan relatif ditentukan berdasarkan urutan tingkat kepentingan kriteria penilaian tujuan Tabel 1. 4. Entri data survei lapangan ke dalam parameter hirarki; 5. Sintesis hirarki untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan. Tabel 1. Skala penilaian kepentingan relatif Nilai dalam Angka Skala Kepentingan Keterangan 1 Sama penting Kedua faktor mempunyai dukungan yang sama pentingnya terhadap tujuan 3 Agak penting Terlihat nyata pentingnya faktor tersebut dibanding faktor lainnya, tetapi tidak meyakinkan 5 Lebih penting Jelas dan nyata faktor tersebut lebih penting dari yang lainnya 7 Sangat penting Jelas, nyata dan terbukti faktor tersebut jauh lebih penting dari yang lain 9 Sangat penting sekali Jelas, nyata dan terbukti secara meyakinkan faktor tersebut sangat penting dalam permufakatan 2,4, 6, 8 Nilai tengah antara dua skala kepentingan yang berurutan Jika diperlukan nilai kompromistis

3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan cara pengamatan langsung di lapangan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lokasi 43 penelitian. Pengumpulan data kinerja manajemen perusahaan yang terdiri dari data kualitas lingkungan industri komponen alat berat jenis dan kuantitas limbah padat dan cair, debu, kebisingan, kebauan, dan gas dilakukan melalui pengukuran langsung di lokasi penelitian dengan cara survei. Data kelembagaan jabatan, pemahaman tentang limbah, pendapatan, kegiatan koperasi; data kinerja perusahaan dalam pengelolaan limbah integritas, independensi, obyektivitas, dan profesionalisme, serta SOP penanganan limbah; data tingkat partisipasi stakeholder dalam pengelolaan limbah padat diperoleh dengan cara survei dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap karyawan dengan menggunakan kuisioner. Penentuan responden dilakukan secara purposive random sampling Walpole, 1995, dengan jumlah responden karyawan sebanyak 94 orang Purposive sampling untuk menentukan responden karyawan dari divisi produksi di perusahaan industri komponen alat berat dan random sampling untuk menentukan jumlah responden. Untuk analisis AHP, responden ditentukan berdasarkan keahlian dan pengetahuan mereka tentang pengelolaan limbah industri komponen alat berat, khususnya limbah padat. Pakar yang dipilih sebagai responden sebanyak 15 orang yang mewakili perusahaan Direksi PT. Katsushiro Indonesia, PT Hanken Indonesia, dan PT United Tractors Pandu Engineering, Ketua Bapedalda Bekasi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bekasi, Asosiasi Industri Alat Berat Indonesia HINABI, Dosen Teknik Industri Universitas Indonesia, dan Tokoh Masyarakat di sekitar lokasi industri. Pakar yang terpilih diharapkan dapat mewakili semua unsur birokrasi, akademisi perguruan tinggi, dan masyarakat. Data gambaran umum lokasi penelitian, daftar tingkat baku mutu lingkungan, dan kondisi lingkungan sosial ekonomi karyawan dikumpulkan dari sumber bahan dokumentasi dan hasil-hasil penelitian terdahulu serta sumber kepustakaan lainnya yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Model pengelolaan lingkungan industri komponen alat berat dirumurkan berbasis partisipasi dan kemitraan masyarakat. Menurut Manetsch and Park 1997 model adalah penggambaran abstrak dari sistem dunia nyata riil, sehingga untuk aspek-aspek tertentu, model akan bertindak seperti dunia nyata. 44 Oleh karena itu maka model yang baik akan memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Menurut Forrester 1968, model adalah pengganti dari suatu obyek atau sistem. Dalam model yang akan dibangun pertama-tama dirumuskan stakeholder yang paling berpengaruh dengan menggunakan analisis stakeholder, setelah itu dirumuskan bagaimana hubungan partisipasi dan kemitraan antara pihak-pihak yang terkait. Hal ini mendasari perumusan kebijakan pengelolaan industri komponen alat berat termasuk tahapan inventarisasi, penyusunan kebijakan, serta regulasi teknisnya. Selain itu disusun rumusan kinerja yang menyangkut teknologi dan sumberdaya manusianya. Rumusan kebijakan ini juga meliputi aspek pengembangan UKM lingkungan industri komponen alat berat terkait dengan pemberdayaan masyarakat, pemanfaatan limbah dan peningkatan nilai ekonomis. Pelestarian lingkungan dengan minimalisasi limbah dan minimalisasi pencemaran menjadi salah satu fokus dalam model tersebut. Hal terakhir dan sangat mempengaruhi kelangsungan industri komponen alat berat yang dirumuskan adalah stabilisasi sosial masyarakat dengan cara minimalisasi konflik.

3.4. Batasan Penelitian