47
berlokasi di Jl. Jababeka XI Blok H 30 – 40, Kawasan Industri Jababeka, Cikarang – Kabupaten Bekasi.
4.1.3. PT. Hanken Indonesia
PT. Hanken Indonesia juga merupakan PMA yang bergerak dalam industri komponen alat berat yang menjadi rekanan PT. Komatsu Indonesia. Perusahaan
yang memiliki kantor seluas 600 ㎡ dan pabrik seluas 10,560㎡ ini menempati lahan seluas 30.010 m
2
4.2. Kinerja Lingkungan Manajemen Perusahaan Komponen Alat Berat
di Kawasan Industri MM2100 Blok DD-8, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia.
Perusahaan ini selama 10 tahun terakhir lebih banyak memproduksi komponen alat berat untuk pasaran luar negeri ekspor. Sejak tahun 1996 PT.
Hanken memiliki kecenderungan mengekspor komponen alat berat secara meningkat dari jumlah di bawah 1.000.000 unit hingga mencapai angka di atas
8.000.000 unit pada tahun 2006. Sementara produksi untuk pasaran dalam negeri baru menembus angka di atas 2.000.000 unit pada tahun 2004, serta bertahan pada
angka tersebut hingga tahun 2006.
4.2.1. Parameter Fisik dan Kimia Lingkungan Industri
Limbah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan di industri komponen alat berat terdiri dari limbah padat, cair, gas dan debu. Limbah padat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu limbah padat pabrik dan limbah padat domestik. Limbah padat pabrik terdiri dari bermacam-macam jenis yaitu sisa potongan baja yang
berbentuk scrap yang dihasilkan dari proses cutting dan bersifat baja inert. Bentuk limbah padat pabrik yang lainnya adalah cone tembaga, gram, kerak cat, bekas
kaleng cat, bekas kaleng thiner, kain majun dan sarung tangan, debu blasting yang semua limbahnya berbentuk padat. Limbah padat pabrik yang dihasilkan ada
yang berbahaya dan ada yang tidak berbahaya.
A. PT. Katsushiro Indonesia
Limbah padat pabrik yang pertama adalah jenis limbah bekas kemasan non B-3 berbentuk pellet kayu dengan kapasitas 3,9 mbulan, karton, kardus dan
48
stripping plastik rusak dengan kapasitas 2,2 tonbulan yang semuanya berasal dari bekas kemasan bahan baku dan penolong. Disamping itu juga dihasilkan bekas
kemasan non B-3 berbentuk drum wire dan bobbin wire yang berasal dari kemasan wire. Limbah pabrik bekas kemasan non B-3 ini termasuk jenis limbah
yang tidak membahayakan dan di PT Katsushiro telah dikelola sejak bulan Maret 1997 dengan cara dikumpulkan lalu diambil pihak ketiga. Tidak banyak dampak
yang ditimbulkan dari limbah padat pabrik jenis ini, dampak yang ditimbulkan hanya sebatas menurunkan estetika.
Selanjutnya limbah padat pabrik yang kedua adalah jenis limbah bekas kemasan B-3 berupa drum, kalengjerigen yang berasal dari bekas kemasan bahan
penolong dengan kapasitas produksi limbah 46 drum 26 kaleng setiap bulan. Pengelolaan limbah telah dilakukan sejak bulan maret tahun 1997 dengan cara
dikumpulkan selanjutnya digunakan sebagai kemasan oli bekas atau dikembalikan ke supplier. Dampak yang ditimbulkan dari limbah ini adalah bisa menurunkan
kualitas air tanah. Jenis limbah padat pabrik lainnya adalah scrap besi berbentuk potongan
baja yang dihasilkan dari proses produksi tahap stamping dengan kapasitas limbah 41,9 tonbulan. Limbah yang pengelolaannya telah dilakukan sejak bulan maret
1997 ini tidak memberikan dampak yang membahayakan hanya saja menurunkan estetika. Setelah dikumpulkan limbah ini diambil oleh pengumpul besi bekas.
Limbah padat pabrik yang keempat adalah debu dari dust collector sand blasting berbentuk gumpalan hablur yang berasal dari proses produksi melting peleburan
logam, RCS dengan kapasitas produksi limbah 18,5 tonbulan. Walaupun tidak berbahaya, limbah ini bisa menurunkan kualitas air tanah. Pengelolaannya telah
dilakukan sejak bulan maret 1997 dengan cara dikumpulkan lalu dikirim ke pihak ketiga.
Selanjutnya jenis limbah padat pabrik lainnya yang berbahaya dan juga dapat menurunkan kualitas air tanah adalah sludge painting berbentuk gumpalan
cat yang dihasilkan dari proses produksi spray booth painting dan limbah padat pabrik APD bekas majun dan sarung tangan bekas yang juga dihasilkan dari
proses produksi. Berbeda dengan limbah APD yang pengelolaannya telah lama dilakukan sejak maret 1997, limbah padat sludge painting pengelolaannya baru
49
dilakukan sejak 2007 yang lalu. Kedua jenis limbah tersebut penanganannya dilakukan dengan cara dikumpulkan dan selanjutnya dikirim ke PPLI.
Jenis limbah padat lainnya adalah limbah domestik yang berbentuk limbah organik; kertas plastik yang semuanya berasal dari kegiatan di kantor, kantin dan
pemeliharaan taman. Limbah yang dihasilkan sebesar 42 tonbulan. Penanganan limbah padat domestik ini telah dilakukan sejak bulan Maret 1997 dengan cara
dikumpulkan dan dibuang ke TPA oleh pengelola kawasan. Meskipun tidak berbahaya, tetapi keberadaan limbah ini bisa menurunkan estetika, menimbulkan
bau yang tidak sedap sehingga menyebabkan banyak lalat. Limbah berikutnya yang dihasilkan dari kegiatan pabrik adalah jenis limbah
cair. Sama halnya dengan limbah padat, limbah cair juga dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair pabrik dan limbah cair domestik. Ada tiga jenis
limbah cair pabrik, yaitu: 1 oli bekas 23 drumbulan yang berasal dari kegiatan maintenance compressor dan genset, pengelolaannya telah dilakukan sejak bulan
maret 1997. Meskipun limbah ini menimbulkan dampak dapat menurunkan kualitas air tanah, namun dengan penanganan yang baik limbah jenis ini masih
bisa dimanfaatkan lagi sebagai pelumas mesin yang lain atau dikumpulkan dan dikirim ke pengumpul oli bekas. 2 coolant 2,33 m³bulan yang berasal dari
proses produksi stamping. Limbah ini pengelolaannya baru saja dilakukan mulai tahun 2007 dengan cara dikirimkan ke PPLI. Dampak yang ditimbulkan adalah
bisa menurunkan kualitas air tanah. 3 jenis limbah cair yang berasal dari seluruh kegiatan produksi seperti pada proses pencucian, blown down cooling tower.
Pengelolaannya telah dilakukan sejak Maret 2007 dengan cara pemisahan kandungan minyak dengan oil trap, sedimentasi dan dialirkan ke WWTP
kawasan. Keberadaan limbah ini dapat menimbulkan dampak yaitu menambah beban WWTP kawasan.
Limbah cair domestik berasal dari kegiatan pabrik dan kantor, yaitu : berasal dari pencucian alat kantin dan sanitasi dengan kapasitas limbah yang dihasilkan
sebesar 100 m³hari. Penanganannya telah dilakukan sejak Maret 1997 dengan cara menambah beban WWTP kawasan. Hal yang penting dari semua jenis
limbah cair yang dihasilkan pabrik adalah sifatnya yang berbahaya sehingga penangananya perlu dilakukan dengan baik.
50
Jenis limbah terakhir yang dihasilkan pabrik adalah gas dan debu, yang dihasilkan dengan kapasitassatuan waktu adalah selama 24 jamhari, 6
hariminggu. Gas dihasilkan dari kegiatan proses produksi di pabrib, demikian juga dengan debu dihasilkan dari berbagai kegiatan proses produksi baik pada
wilayah ruang kerja plant I, ruang kerja plant II serta pada emisi painting. Gas dan debu yang dihasilkan sifatnya berbahaya sehingga diperlukan penanganan khusus
seperti dengan cara pemakaian masker, pemasangan exhaust fan, ventilasi yang cukup, scrubber, dust collector serta dengan mengalirkan buangan emisi lewat
cerobong yang dilengkapi bagian filter. Penanganan ini telah dilakukan oleh pabrik ini sejak bulan maret 1997. Dampak yang ditimbulkan dari gas dan debu
yang dihasilkan dapat menurunkan kualitas udara ruang kerja juga lingkungan pabrik, menyebabkan iritasi mata dan saluran pernafasan.
Selain menghasilkan limbah, kegiatan di pabrik juga menimbulkan kebisingan dan kebauan. Kebisingan ditimbulkan dari operasional mesin produksi.
Tentu saja kebisingan ini membahayakan karena mengganggu pendengaran apalagi kebisingan yang ditimbulkan berlangsung selama 24 jamhari, 6
hariminggu. Namun demikian pihak pengelola pabrik telah melakukan penanganan sejak bulan Maret 1997, dengan cara mengisolasi sumber bising dan
dengan pemakaian ear plug. Dampak yang ditimbulkan dari kebisingan adalah menimbulkan bising di ruang kerja dan mengganggu pendengaran karyawan.
Sementara itu kebauan yang dihasilkan berasal dari proses produksi painting dengan kapasitas kebauan selama 24 jamhari, 6 hariminggu. Kebauan ini
sifatnya berbahaya karena menimbulkan dampak dapat menurunkan kualitas udara ruang kerja, menyebabkan iritasi mata dan saluran pernafasan. Pengelolaan
terhadap kebauan telah dilakukan sejak bulan Maret 1997 dengan cara pemakaian masker, exhaust fan, ventilasi yang cukup, dan scrubber. Adapun komposisi
limbah yang dihasilkan dari operasional industri komponen alat berat pada PT. Katsushiro seperti terlihat pada Tabel 2.
51
Tabel 2. .......... Komposisi Fisik-Kimia Limbah yang dihasilkan PT. Katsushiro
No Jenis Limbah
Bentuk Fisik Kapasitas per
satuan waktu Baku mutu yang
digunakan Sistem pengelolaan yang
dilakukan Kualitas Parameter
yang BML 1.
Padat a. Limbah Pabrik
• Bekas kemasan non B-3
• Bekas kemasan B-3 • Scrap besi
• Debu dari dust collector sand blasting
• Sludge painting • ADP bekas majun dan
sarung tangan bekas b. Limbah domestik
• Pellet kayu • Kartoon, kardus
stripping plastik rusak
• Drum wire Bobbin wire
• Drum • Kaleng Jerigen
Potongan baja Gumpalan hablur
Gumpalan cat Majun sarung tangan
bekas Limbah organik, kertas,
plastik 3,9 m bulan
2,2 ton bulan 46 drum bulan
20 kaleng bulan 41,9 ton bulan
18,5 ton bulan 42 ton bulan
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada PP No. 18 1999
PP No. 85 1999 Tidak ada
Tidak ada PP No. 18 1999
PP No. 85 1999 PP No. 18 1999
PP No. 85 1999 Tidak ada
Dikumpulkan dan diambil pihak ketiga
Dikumpulkan dan diambil pihak ketiga
Dikumpulkan dan diambil pihak ketiga
Dikumpulkan dan dipakai untuk kemasan oli bekas dikembalikan
ke supplier Dikumpulkan dan diambil
pengumpul besi bekas Dikumpulkan dan dikirim ke
pihak ketiga Dikumpulkan dan dikirim ke
PPLI Dikumpulkan dan dikirim ke
PPLI Dikumpulkan dan dibuang ke
TPA oleh pengelola kawasan Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
52
No Jenis Limbah
Bentuk Fisik Kapasitas per
satuan waktu Baku mutu yang
digunakan Sistem pengelolaan yang
dilakukan Kualitas Parameter
yang BML 2.
Cair a. Limbah Pabrik
b. Limbah domestik • Oli bekas
• Coolant • Limbah cair dari
seluruh kegiatan produksi
Limbah cair domestik dari pabrik dan kantor
23 drum bulan 2,33 m³ bulan
80 m³ hari 100 m³ hari
PP No. 18 1999 PP No. 85 1999
PP No. 18 1999 PP No. 85 1999
Estate Regulation pH : 6 – 9
TSS : 400 mg lt NO
2
: 2 mg lt NO
3
: 30 mg lt NH
3
: 10 mg lt F : 2 mg lt
CL
2
: 20 mg lt H
2
S : 0,1 mg lt BOD : 500 mg lt
COD : 800 mg lt Fe : 5 mg lt
Mn : 2 mg lt Pb : 0,1 mg lt
Cd : 0,05 mg lt Estate regulation
kawasan Jababeka Digunakan untuk pelumas mesin
lain dikumpulkan dan dikirim ke pengumpul oli bekas
Dikirim ke PPLI Pemisahan kandungan minyak
dengan oil trap, sedimentasi dan dialirkan ke WWTP kawasan
Dialirkan ke WWTP kawasan Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
53
No Jenis Limbah
Bentuk Fisik Kapasitas per
satuan waktu Baku mutu yang
digunakan Sistem pengelolaan yang
dilakukan Kualitas Parameter
yang BML 3.
Udara a. Kebisingan
b. Gas
c. Kebauan d. Debu
• Ruang kerja plant I
• Ruang kerja plant II • Emisi painting
Bising Gas
Gas Partikel debu
Partikel debu Partikel debu
Selama 24 jam hari, 6 hari
minggu Selama 24 jam
hari, 6 hari minggu
Selama 24 jam hari, 6 hari
minggu Selama 24 jam
hari, 6 hari minggu
Selama 24 jam hari, 6 hari
minggu Selama 24 jam
hari, 6 hari minggu
SK Menaker No. KEP-51MEN99
Bising : 85 dBA SE Menaker No. SE-
01Men97 NO
2
: 5600µgm³
SO
2
: 5200µgm³ CO: 10000 µgm³
SE Menaker No. SE- 01MEN97
Benzen: 32mgm³ Toluen:188mgm³
Xylen:434m gm³ SE Menaker No. SE-
01MEN97 Debu : 10 mg m³
Pb : 0,05 mg m³ SE Menaker No. SE-
01MEN97 Debu : 10 mg m³
Pb : 0,05 mg m³ SE Menaker No. SE-
01MEN97 Debu: 350 mg m³
Pb : 0,05 mg m³ • Isolasi sumber bising
• Pemakaian ear plug • Pemakaian masker
• Exhaust Van • Ventilasi yang cukup
• Scrubber • Pemakaian masker
• Exhaust fan • Ventilasi yang cukup
• Scrubber
• Pemasangan exhaust fan, dust collector
• Pemakaian masker • Pemasangan exhaust fan, dust
collector • Pemakaian masker
Mengalirkan buangan emisi lewat cerobong yang dilengkapi
bagian filter Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
54
B. PT. United Tractors Pandu Engineering