Ramayana Landasan Teori .1 Pembelajaran

Istilah yang digunakan untuk menyebut genre baru ini ialah sendratari, yang secara harfiah berarti “seni drama tari”. Istilah ini diusulkan oleh seorang seniman bernama Anjar Asmara. Nama sendratari inilah yang sampai sekarang digunakan untuk menyemut dramatari Jawa tanpa dialog verbal. Bahkan kemudian daerah-daerah lain di Indonesia mengadopsi istiah ini untuk menyebut nama dramatari daerah mereka yang tidak menggunakan dialog verbal. Istilah sendratari memunculkan pada tahun 1961, ketika dramatari Jawa tanpa dialog verbal digarap bagi wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara Soedarsono 2011:260-261.

2.2.15 Ramayana

Ramayana adalah sebuah cerita tentang riwayat perjalanan Sri Rama di dunia. Sri Rama sebagai pemeran utama dalam cerita ini sebagai penyelamat dunia dari ancaman adharma yang diperankan Rahwana. Sri Rama dikenal dalam purana sebagai ” Awatara Wisnu yang ke-7 ”. Awatara adalah wujud turunnya Dewa Wisnu untuk menyelamatkan dunia. Ramayana karya sastra yang ditulis oleh Maharsi Walmiki, terdiri dari 24.000 stansasloka, terbagi menjadi 7 tujuh bagian dengan istilah ” Sapta Kanda”. Di India dalam bahasa Sanskerta, Ramayana dibagi menjadi tujuh kitab atau kanda antara lain 1Balakanda, 2Ayodhyakanda, 3Aranyakanda, 4Kiskindhakanda, 5Sundarakanda, 6 Yuddhakanda, dan 7 Uttarakanda http:id.wikipedia.orgwikiRamayana. Wiracarita Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna dalam bentuk puisi Jawa Kuna yang lazim disebut kekawin telah diterjemahkan oleh Soewito Santosa berjudul Indonesia Ramayana tiga jilid, 1980. Ramayana yang masuk ke Indonesia dari India yang berbahasa Sanskrit memang berasal dari berbagai versi, dan setelah sampai di Indonesia juga mengalami “resepsi” atau pemahaman yang disesuaikan dengan budaya setempat. Maka tak heran bila Ramayana yang semula berbahasa Sanskrit itu setelah sampai di Indonesia dan disesuaikan dengan budaya Indonesia juga menjadi beberapa versi. Versi tertua yang telah disesuaikan dengan selera penulis Indonesia adalah versi dalam bentuk puisi Jawa Kuna kekawin yang telah dikerjakan oleh seorang pujangga Jawa pada abad ke-10. Beberapa pakar mengatakan, bahwa versi kekawin Ramayana adalah karya Empu Yogiswara. Ramayana di Indonesia telah ditulis dengan sangat cermat oleh dua orang sarjana India, Malini Saran dan Vinot C. Khana dengan judul The Ramayana in Indonesia 2004. Versi Ramayana tertua di Jawa sering diperkirakan dikarang dalam bentuk kekawin oleh seorang pujangga bernama Yogiswara pada abad ke-10. Versi dalam bentuk kekawin ini disusun dengan metrum Sanskrit, tetapi bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Kuna atau Kawi. Versi ini merupakan bukti, bahwa sang pujangga tidak mengikuti versi Walmiki dari India yang berbahasa Sanskrit. Ia menggunakan model sebagai pijakan untuk mengerjakan kekawinnya ke-7 yang dikarang oleh Bhatti Soedarsono, 2011:15-16.

2.2.16 Mahabharata