Pengendalian Persedian Produk Prioritas dengan Metode EOQ

Tabel 10 menunjukkan hasil peramalan permintaan PT. Alam Sumbervita Jakarta untuk semester 1 tahun 2007 yang didapat dari 35 persen keseluruhan hasil peramalan permintaan PT. Alam Sumbervita. Hasil peramalan permintaan PT. Alam Sumbervita Jakarta untuk semester 2 tahun 2007 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil peramalan permintaan produk prioritas untuk semester 2 tahun 2007 Juli – Desember PT. Alam Sumbervita Jakarta Permintaan Tahun 2007 karton No Jenis Produk JULI AGUST SEPT OKT NOV DES 1 SKM CES 8,094 8,303 8,470 8,663 8,839 9,026 2 SCI C200ml 4,180 4,209 4,238 4,267 4,296 4,325 3 SKM CE 2,858 2,870 2,864 2,867 2,866 2,866 4 SKM IMP’S 3,737 3,867 3,995 4,124 4,252 4,381 5 SKM CRIMA 2,810 2,713 2,840 2,828 2,774 2,839 6 SKM IMP 5,231 5,591 5,529 5,771 5,795 5,975 7 UHT C125ml 1,980 2,233 2,242 2,147 2,347 2,289 8 SKM KKM 2,054 2,094 2,134 2,173 2,213 2,252 9 UHT FC 1000ml 1,437 1,435 1,433 1,431 1,429 1,427 10 SKM IMC 1,745 1,777 1,809 1,842 1,874 1,906 11 UHT TS C 200ml 1,403 1,434 1,464 1,495 1,526 1,556 12 SCI S200ml 951 996 1,009 965 1,007 993

4.7. Pengendalian Persedian Produk-Produk Prioritas

Seperti yang pernah dijelaskan di atas bahwa produk-produk prioritas merupakan produk-produk yang memiliki volume rata-rata penjualan tertinggi, sehingga produk-produk tersebut patut untuk mendapatkan perhatian lebih dalam perencanaan dan pengendalian persediaan. Berikut akan dijelaskan pengendalian persediaan produk-produk prioritas dengan metode EOQ stokastik.

4.7.1. Pengendalian Persedian Produk Prioritas dengan Metode EOQ

Stokastik Pengendalian persediaan yang dilakukan oleh PT. Alam Sumbervita dilakukan oleh Bagian Gudang dan Bagian Pengadaan. Perusahaan melakukan pemesanan kembali ketika tingkat persediaan tiap-tiap produk sudah mencapai persediaan penyangganya. Kuantitas produk yang dipesan terbatas sesuai dengan kapasitas maksimum tiap- tiap produk tersebut. Waktu antara pemesanan pertama dan pemesanan selanjutnya tidak tetap tergantung fluktuasi permintaan hariannya, namun lead time pemesanan selalu tetap yaitu satu hari untuk kedua pemasok produk Dry. Ada dua variabel pada perusahaan yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak konstan, yaitu tingkat permintaan tahunan dan tingkat permintaan selama lead time. Metode yang digunakan perusahaan selama ini menyerupai metode EOQ tradisional yang besar kuantitas per pesannya disesuaikan dengan kapasitas maksimum perusahaan dan pemesanannya dilakukan saat level persediaan mencapai persediaan penyangga. Berdasarkan gambaran keadaan pada PT. Alam Sumbervita, maka metode pengendalian persediaan yang sesuai dengan perusahaan adalah metode EOQ stokastik. Karena metode ini dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan yang di dalamnya terdapat variabel-variabel yang tidak diketahui dengan pasti dan tidak konstan, seperti tingkat permintaan tahunan dan tingkat permintaan selama lead time yang fluktuatif pada PT. Alam Sumbervita. Metode ini juga memperhitungkan adanya kemungkinan terjadi kehabisan persediaan Stock Out yang dilihat berdasarkan standar deviasi rata-rata permintaan harian tiap produk. Standar deviasi rata-rata permintaan harian produk prioritas untuk tahun 2006 dan tahun 2007 dapat dilihat pada Lampiran 9. Metode ini dapat memberikan solusi kuantitas pemesanan yang optimal yang dapat meminimumkan keseluruhan biaya persediaan, namun tetap mempertimbangkan adanya kemungkinan terjadinya kehabisan persediaan. Karena salah satu tujuan metode ini adalah menentukan besarnya persediaan penyangga safetybuffer stock untuk meminimumkan biaya kehabisan persediaan shortage cost dan tambahan biaya penyimpanan dari persediaan penyangga tersebut. Hasil pengolahan dengan menggunakan metode EOQ stokastik untuk masing-masing produk prioritas tahun 2006 adalah seperti terlihat pada Tabel 12. Tabel 12 menunjukkan seberapa besar persediaan penyangga yang harus dipersiapkan perusahaan agar total biaya persediaan dapat diminimumkan. Berdasarkan hasil pengolahan dengan metode EOQ stokastik didapat bahwa total biaya persediaan SKM CE’S untuk tahun 2006 seperti terlihat pada Tabel 12 adalah sebesar Rp 20.168.364,-. Kuantitas persediaan yang dapat meminimumkan keseluruhan biaya persediaan total adalah sebesar 388,82 kartonpesan, dengan rata-rata permintaan harian sebesar 267,06 karton, lead time 1 hari dan standar deviasi dari rata-rata permintaan harian sebesar 46,15 karton didapatlah tingkat pelayan optimal yang dapat meminimumkan total biaya tambahan akibat adanya kemungkinan kehabisan persediaan adalah dengan tingkat pelayanan 95 persen. Tabel 12. Biaya persediaan total produk prioritas tahun 2006 dengan Metode EOQ stokastik Jenis Produk Q karton d karton ROP karton Persediaan Penyangga karton Tingkat Pelayanan Biaya Kehabisan Rp Total Biaya Rp SKM CES 388,82 267,06 342,97 75,91 95 3.958.408 20.168.364 SCI C200ml 361,88 157,77 181 23,23 80 990.056 11.279.102 SKM CE 258,27 128,45 210,78 82,32 95 4.515.482 16.253.267 SKM IMP’S 249,43 112,28 158,73 46,44 90 2.966.036 13.590.105 SKM CRIMA 251,75 109,09 153,68 44,59 90 2.621.847 12.848.884 SKM IMP 227,05 106,75 203,53 96,78 95 5.734.813 16.830.782 UHT C125ml 242,67 72,83 86,24 13,41 80 551.965 7.635.437 SKM KKM 201,1 71,36 104,5 33,14 90 1.906.082 10.281.330 UHT FC 1000ml 220,93 67,81 74,54 6,72 80 374.622 7.618.610 SKM IMC 159,05 49,59 79,08 29,49 90 1.889.819 9.248.116 UHT TS C 200ml 197,13 48,60 66,73 18,13 80 727.475 6.545.787 SCI S200ml 188,60 42,85 49,37 6,52 80 225.931 5.588.166 T O T A L 26.462.536 137.887.950 Tingkat pelayanan sebesar 95 persen adalah adanya kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5 persen dari total permintaan selama masa lead time. Tingkat pelayanan sebesar 95 persen ini menghasilkan persediaan penyangga selama masa lead time sebesar 75,91 karton, sehingga reorder point titik pemesanan kembali didapat sebesar jumlah rata-rata permintaan harian d dikali dengan lead time ditambah dengan persediaan penyangga selama lead time adalah sebesar 342,97 karton. Total tambahan biaya kehabisan produk shortage cost dengan tingkat pelayanan ini untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp 3.958.408,-. Total biaya persediaan SCI C 200ml untuk tahun 2006 seperti terlihat pada Tabel 12 adalah sebesar Rp 11.279.102,-. Kuantitas persediaan yang dapat meminimumkan keseluruhan biaya persediaan total adalah sebesar 361,88 kartonpesan, dengan rata-rata permintaan harian sebesar 157,77 karton, lead time 1 hari dan standar deviasi dari rata-rata permintaan harian sebesar 27,6 karton didapatlah tingkat pelayan optimal yang dapat meminimumkan total biaya tambahan akibat adanya kemungkinan kehabisan persediaan adalah dengan tingkat pelayanan 80 persen. Tingkat pelayanan sebesar 80 persen adalah adanya kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 20 persen dari total permintaan selama masa lead time. Tingkat pelayanan sebesar 80 persen ini menghasilkan persediaan penyangga selama masa lead time sebesar 23,23 karton, sehingga reorder point titik pemesanan kembali didapat sebesar jumlah rata-rata permintaan harian d dikali dengan lead time ditambah dengan persediaan penyangga selama lead time adalah sebesar 181 karton. Total tambahan biaya kehabisan produk shortage cost dengan tingkat pelayanan ini untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp 990.056,-. Jenis produk SKM CE’S merupakan jenis produk prioritas yang mengeluarkan total biaya persediaan terbesar pada tahun 2006 berdasarkan metode EOQ stokastik, yaitu sebesar Rp 20.168.364,-. Biaya sebesar ini terjadi karena rata-rata permintaan harian untuk jenis produk ini adalah yang terbesar, yaitu 267,06 karton per hari. Rata-rata permintaan harian yang tinggi dan kuantitas persediaan yang optimal sebesar 388,82 karton membuat perusahaan harus sering melakukan pemesanan, perusahaan pada tahun 2006 dengan menggunakan metode EOQ stokastik harus melakukan pemesanan sebanyak 181,33 kali setahun. Jenis produk prioritas yang memiliki total biaya persediaan terkecil dengan mengunakan metode EOQ stokastik adalah jenis produk SCI S 200ml, yaitu sebesar Rp 5.588.166,-. Karena rata-rata permintaan harian untuk jenis produk ini adalah yang terkecil diantara jenis produk prioritas yang lain, yaitu sebanyak 42,85 karton per hari. Jenis produk SKM IMP meerupakan jenis produk prioritas yang memiliki total biaya kehabisan terbesar pada tahun 2006 dengan menggunakan metode EOQ stokastik, yaitu sebesar Rp 5.734.813,-. Biaya ini terjadi karena dengan tingkat pelayan sebesar 95 persen, maka total persediaan penyangga yang harus disiapkan adalah sebanyak 96,78 karton sehingga biaya penyimpanan tambahan dari adanya persediaan penyangga ini semakin besar. SKM IMP memiliki jumlah persedian penyangga terbesar diantara jenis produk prioritas yang lain, sedangkan jenis produk prioritas yang memiliki jumlah persediaan penyangga terkecil adalah SCI S 200ml, sehingga total biaya kehabisan untuk jenis produk ini adalah yang terendah yaitu sebesar Rp 225.931,-. Perhitungan secara lengkap dengan metode EOQ stokastik untuk produk-produk prioritas dapat dilihat pada Lampiran 10.

4.7.2. Pengendalian Persedian Produk Prioritas dengan Metode EOQ