Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik.
2.4 Kerangka berpikir
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok dan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Belajar secara psikologis
merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Jomes O. Whittaker Darsono, 2001: 4 belajar dapat
didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku melalui latihan atau pengalaman.
Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan tercermin dalam peningkatan prestasi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk itu perlu adanya
peran aktif seluruh komponen unsur pendidikan terutama siswa yang berfungsi sebagai input sekaligus calon output, dan juga guru sebagai fasilitator.
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan anak didik di kelas. Salah satu
kegiatan yang harus guru lakukan adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran. Guru mempunyai tugas untuk
mendorong, membimbing dan memberikan pengajaran dengan baik bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru senantiasa menimbulkan, memelihara, dan
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar Uno, 2008: 22. Kegiatan guru dalam belajar mengajar perlu diperhatikan. Kegiatan guru yang dimaksud
adalah berkaitan dengan model pembelajaran yang digunakan sehingga mampu membangkitkan motivasi siswa.
Joyce 1992 dalam Trianto, 2007: 5 mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran. Dalam mengajarkan pokok bahasan tertentu harus dipilih model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai Trianto, 2007: 9. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat dijadikan
sebagai alat motivasi ekstrensik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Model pembelajaran yang sering diterapkan oleh guru mata pelajaran
ekonomi adalah pembelajaran konvensional yaitu modifikasi antara metode ceramah, metode tanya jawab dan metode tugas. Pembelajaran ekonomi yang
menggunakan model pembelajaran konvensional terdapat beberapa kelemahan. Siswa cenderung hanya mendengarkan dan menerima penjelasan dari guru
sehingga siswa kesulitan memahami materi. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar masih kurang, karena model pembelajaran ini merupakan kegiatan
mengajar yang berpusat pada guru dan siswa malas untuk bekerja sama dengan temannya.
Mata pelajaran ekonomi pokok bahasan konsumsi dan tabungan merupakan pokok bahasan yang menuntut siswa untuk menggunakan konsep-konsep dengan
angka dan perhitungan. Dalam memahami materi konsumsi dan tabungan siswa dituntut untuk dapat menganalisa data, merencanakan dan mengorganisasikan
kegiatan untuk kecakapan akademiknya, sehinnga hal ini dapat dikembangkan
dengan cara saling ketergantungan yang positif antar siswa untuk saling bekerja sama dengan baik. Apabila materi tersebut disajikan dengan metode konvensional
yang berpusat pada guru maka siswa akan kesulitan dalam memahami materi. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk untuk meningkatkan
keaktifan siswa dan menumbuhkan kerjasama dalam suatu kelompok adalah model pembelajaran STAD.
Model pembelajaran STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang berpusat pada peserta didik. Guru bukan member informasi tetapi peserta didik
yang mencari informasi dan membangun pengetahuannya sendiri melalui bantuan guru. Pembelajaran kooperatif ini cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran
yang dirumuskan secara tajam dengan satu tujuan yang benar seperti perhitungan dan penerapan bercirikan matematika Slavin, 2010: 143, sehingga lebih efektif
dan siswa dapat berperan secara kritis. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengajak siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajarannya. Siswa dalam kelas
dibentuk kelompok kecil yang memungkinkan setiap anggotanya untuk saling berinteraksi. Dengan adanya interaksi tersebut dapat memungkinkan siswa
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan
konsumsi dan tabungan dapat menjadikan siswa berpikir secar kritis dengan menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang muncul selama
pembelajaran. Siswa juga dapat menggali pengetahuan mengenai materi-materi tersebut dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Model pembelajaran
STAD juga dapat meningkatkan keaktifan siswa dengan indikator-indikator
lainnya, seperti menumbuhkan keterampilan siswa bekerja sama dalam suatu kelompok, meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan suatu materi,
pendapat dan ide serta memandang suatu masalah dari segi perspektif dan menimbulkan pemikiran rasional pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, jalannya pemikiran dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir Guru
a. Pembelajaran masih
didominasi oleh guru b.
Metode pembelajaran yang digunakan masih
konvensional
Siswa
a. Siswa kesulitan
memahami materi b.
Siswa pasif dan kurang antusias
c. Hasil belajar
rendah
Materi konsumsi dan tabungan
Materi ini menggunakan konsep-konsep dengan angka
dan perhitungan sehingga membutuhkan pemahaman
dan penerapan
Tercapai ketuntasan belajar a.
Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran b.
Meningkatnya kemampuan akademik siswa a.
Siswa belajar bersama dalam suatu kelompok b.
Siswa bekerja sama dalam suatu kelompok untuk menuntaskan hasil belajar
c. Siswa berlatih untuk menyampaikan suatu materi,
pendapat dan ide d.
Siswa berlatih untuk mengajukan pertanyaan maupun menjawab suatu pertanyaan
Model pembelajaran STAD
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa kelas XA SMA Negeri 1Kaliwungu Kabupaten Kendal. Siswa berjumlah 43 orang yang terdiri dari siswa
putri 25 dan 18 siswa putra. Peneliti memilih kelas XA sebagai subjek penelitian dikarenakan rata-rata nilai ulangan siswa paling rendah dibandingkan kelas X
yang lain pada kompetensi sebelumnya yaitu ekonomi mikro dan makro serta pendapatan nasional. Selain itu, dari observasi yang dilakukan peneliti
menunjukkan bahwa kelas tersebut paling tidak aktif dalam proses pembelajaran.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya terdiri dari lima siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
dengan materi yang berbeda pada tiap siklusnya. Masing-masing kegiatan tatap muka adalah 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 1 jam pelajaran sama dengan
45 menit. Dalam penelitian ini tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
Pada tahap perencanaan dilakukan penyusunan silabus dan rencana pembelajaran untuk kompetensi konsumsi dan tabungan, menyiapkan buku-buku
penunjang proses pembelajaran, daftar pembagian kelompok, lembar diskusi siswa LDS dan lembar kerja individu, serta lembar observasi guru dan siswa.