31
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. SAMPAH, PENGELOLAAN, DAN PERMASALAHANNYA
Kerusakan lingkungan dan sumber daya alam yang terjadi selama ini berkaitan erat dengan tingkat pertambahan penduduk dan pola penyebarannya
yang kurang seimbang dengan penyebaran sumber daya alam dan daya dukung lingkungan hidup yang ada. Kerusakan ini diperparah dengan tidak adanya
dukungan dari pemerintah berupa penerapan kebijakan yang kurang tepat dalam pengaturan penggunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kerusakan
lingkungan yang dimaksud berupa meningkatnya biaya sosial karena terjadinya kemacetan, kebisingan, ketidakteraturan, kerawanan ekonomi dan keamanan, serta
kekumuhan. Sampah merupakan segala bentuk buangan padat yang sebagian besar
berasal dari aktivitas manusia domestik. Sampah domestik lebih banyak didominasi oleh bahan organik, meskipun tipe dan komposisinya bervariasi dari
satu kota ke kota lainnya, bahkan dari hari ke hari Hadiwiyoto, 1983. Sampah merupakan penyebab terjadinya pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran
karena sampah dapat membawa akibat-akibat negatif, baik terhadap kehidupan di sekitarnya, maupun terhadap kehidupan manusia. Pencemaran tersebut mungkin
dapat berbentuk rusaknya tanah-tanah pertanian, perikanan, gangguan kehidupan mikroorganisme dan organisme-organisme lainnya di sekitar lokasi sampah.
Limbah domestik merupakan campuran yang rumit dari zat-zat bahan mineral dan organik dalam banyak bentuk, termasuk partikel-partikel besar dan
kecil benda padat, sisa bahan-bahan larutan dalam keadaan terapung dan dalam bentuk koloid dan setengah koloid. Sampah mengandung zat-zat hidup,
khususnya bakteri, virus, dan protozoa, dan dengan demikian merupakan wadah yang baik sekali untuk pembiakan jasad-jasad renik. Kebanyakan daripada bakteri
itu secara relatif tidak berbahaya namun sebagian dari mereka secara positif berbahaya karena pathogenik Mahida, 1997.
Kadar air sampah adalah sangat tinggi. Benda-benda padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat organik dalam sampah terdiri dari
bahan-bahan nitrogen, karbohidrat, lemak, dan sabun. Mereka bersifat tidak tetap
32 dan menjadi busuk, mengeluarkan bau tidak sedap. Sifat-sifat khas sampah inilah
yang membuat perlunya pembenahan sampah dan menyebabkan kesulitan- kesulitan yang maha besar dalam pembuangannya. Benda-benda padat anorganik
biasanya tidak merugikan Mahida, 1997. Peningkatan penggunaan bahan-bahan kimia dalam kegiatan rumah
tangga, seperti bahan pembersih, obat-obatan dan deterjen, sangat mempengaruhi proses-proses yang terjadi pada sampah. Peningkatan berbagai jenis plastik telah
meningkatkan berbagai bahan padat yang tidak dapat terurai dalam sampah Torrey, 1979.
Jumlah sampah yang dihasilkan oleh Kota Bogor tahun 2004 mencapai 2.208 m
3
hari. Sampah tersebut bersumber dari pemukiman sampah rumah tangga, pasar, pertokoanrestoranhotel, fasilitas umum dan sosial, sapuan jalan,
dan kawasan industri DLHK, 2005. Jumlah dan sumber sampah Kota Bogor dapat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Timbulan Sampah Kota Bogor Berdasarkan Sumber Sampahnya Tahun 2004
Sumber Sampah Timbulan
m
3
timbulan per sumber sampah
Pemukiman 1.418
64,2 Pasar 276
12,5 Pertokoan, restoran, dan hotel
157 7,1
Fasilitas umum dan sosial 93
4,2 Sapuan jalan
161 7,3
Kawasan industri 104
4,7 J u m l a h
2.208 100,0
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor
Apriadji 2004 menjelaskan bahwa untuk melakukan penanganan masalah sampah dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya penimbunan tanah
33 landfill, penimbunan tanah secara cepat sanitary landfill, pembakaran
inceneration, penghancuran pulverisation, pengomposan composting, untuk makanan ternak hogfeeding, pemanfaatan ulang recycling, dan pembuatan
briket arang sampah. Ini menjadi alternatif untuk mengatasi masalah sampah dan keterbatasan lahan untuk TPA Tabel 2.
Tabel 2. Penanganan Timbulan Sampah
No. Cara Penanganan
Persentase
1. Diangkut ke TPA
40,09 2. Dibakar
35,49 3. Ditimbun
7,54 4. Diolah
1,61 5.
Lainnya dibuang ke sungai, jalan, taman, dsb
15,27
Sumber : Tan 2005
Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk mengubah sampah menjadi bentuk yang tidak mengganggu, dan menekan volume sehingga mudah diatur.
Menurut Clark 1977 banyak cara dapat ditempuh dalam pengelolaan sampah diantaranya yang dianggap terbaik hingga sekarang adalah sistem penimbunan
dan pemadatan secara berlapis Sanitary Landfill, sehingga sampah tidak terbuka lebih dari 24 jam. Apabila air permukaan terserap ke dalam lapisan tanah, melalui
lapisan sampah akan terbentuk cairan, yang disebut lindi leachate, yang mengandung padatan terlarut dan zat lain sebagai hasil perombakan bahan organik
oleh mikroba tanah. Lindi tersebut mengalir bersama-sama air hujan meresap ke lapisan tanah atas dan akhirnya masuk ke dalam air tanah.
Lindi yang bersifat toksik perlu dikendalikan secara baik, untuk menghindari kontaminasi air tanah serta efeknya terhadap menurunnya kualitaas
air sumur gali di sekitarnya. Kontaminasi sering terjadi lebih cepat jika TPA sampah terletak di atas kantong air, porositas tanah tinggi dan teksturnya berpasir,
maka hal ini baik kontaminasi kimia maupun biologi akan cepat terjadi terhadap
34 kantong air tersebut. Bahan pencemar kimia umumnya mengalami proses
perpindahan lebih cepat daripada pencemar-pencemar lainnya. Dept. of Public Health USA, 1972. Hasil analisis lindi dapat dilihat pada Tabel 3 dan hasil
analisis karakteristik lindi dari TPA Galuga dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 3. Hasil Analisis Lindi Sistem Sanitary Landfill ppm
Parameter Umur Lindi
2 Tahun 6 Tahun
17 Tahun
BOD5 COD
Jumlah padatan Klor
Natrium Besi
Sulfat Kesadahan
Logam-logam berat 3968.0
54610.0 9144.0
1697.0 900.0
5500.0 680.0
7830.0 15.8
8000.0 14080.0
6795.0 1330.0
810.0 6.3
2.0 2200.0
1.6 40.0
225.0 1198.0
135.0 74.0
0.6 2.0
540.0 5.4
Sumber : Department of Public Health USA 1972
Tabel 4. Hasil Analisis Karakteristik Lindi TPA Sampah Galuga
Parameter Satuan
Nilai
pH Kekeruhan
TSS COD
BOD
5
NH
3
–N NO
3
–N NO
2
–N PO
4 3-
Zn Cu
- NTU
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl mgl
mgl 8.05
730.00 343.00
2,373.00 293.00
297.00 21.17
0.17 0.39
0.07 0.01
Sumber : Romli 2004
35 Handojo 1993 dalam Supardi 2001 menyatakan bahwa jumlah dan
komposisi sampah yang dihasilkan suatu kota ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
1. Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya 2. Tingkat pendapatan dan pola konsumsi masyarakat
3. Pola penyediaan kebutuhan hidup penduduknya 4. Iklim dan musim
Komposisi umum sampah kota dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi sampah kota Bogor 1999
No Komposisi Sampah
Nilai
1. Organik 82.6
2. Kertas 5.2
3. Kayu 2.4
4. Tekstil 0.9
5. Plastik 6.5
6. Logam 1.1
7. Kaca 1.2
8. Batu 1
9. Lain-lain 0.1
10. Jumlah 1-9
100.0 11.
Fraksi yang dapat difermentasi 1 82.6
12. Fraksi yang dapat dikomposkan 1 + 2 + 3
90.1 13.
Bahan Daur Ulang 4 + 5 + 6 + 7 9.6
14. Densitas tm
3
0.25 tm
3
Sumber : Indrasti 2003
Pembuangan sampah secara rutin setiap hari ke TPA merupakan bentuk pengisian kembali recharge, baik secara infiltrasi maupun perlokasi, sehingga
peluang untuk terjadi kontaminasi air, terutama air tanah dangkal maupun air sumur gali menjadi gejala yang wajar. Penambahan sampah ke TPA secara
kontinyu, mengakibatkan proses degradasi juga berlangsung secara kumulatif. Hal tersebut mengakibatkan berbagai tingkat degradasi sampah dapat terjadi secara
36 bersamaan. Menurut Mason 1981 dalam Sundra 1997, umur sampah akan
menentukan tingkat penguraian yang terjadi hingga tercapai kestabilan. Pada penguraian sampah organik dapat menghasilkan zat-zat hara, zat-zat kimia
bersifat toksik dan bahan-bahan organik terlarut. Semua zat tersebut akan mempengaruhi kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah, dan perubahan
tersebut berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan mikrobiologinya. Pengaruh sampah terhadap kesehatan lingkungan dapat terjadi melalui
pengaruh langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung terjadi akibat kontak langsung dengan sampah, dimana sampah tersebut ada yang bersifat racun
sampah B3, korosif terhadap tubuh, karsinogenik, teratogenik dan ada juga yang mengandung kuman patogen yang langsung dapat menularkan penyakit. Pengaruh
tidak langsung dapat dirasakan oleh manusia terutama akibat pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah. Dekomposisi sampah biasanya terjadi
secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, bahkan terjadi secara anaerobik jika kehabisan O
2
. Dekomposisi secara aerobik menghasilkan lindi dan gas. Lindi merupakan cairan yang mengandung zat padat terlarut sangat halus terdiri atas
Ca
2+
, Mg
2+
, Na
+
, K
+
, Fe
2+
, Cl
-
, SO
4 2-
, PO
4 3-
terlarut, Zn, Ni, dan gas H
2
S yang berbau busuk. Semua unsur, senyawa dan gas tersebut secara tidak langsung
terakumulasi dan tercampur dengan air hujan dan masuk ke lapisan tanah, sehingga dapat mencemari air permukaan maupun air tanah di sekitarnya Slamet,
1994.
B. PENCEMARAN AIR