ANALISIS DATA METODE PENELITIAN

46 Pengambilan sampel air untuk pemeriksaan bakteri dilakukan secara khusus dengan menggunakan botol steril berukuran 250 ml. Setelah pengambilan sampel air, mulut botol segera disterilkan dan ditutup dengan tutup steril untuk kemudian segera dikirim ke laboratorium. Analisis kualitas air untuk parameter yang diawetkan dilakukan di laboratorium Teknik dan Manajemen Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

3. Penetapan Parameter dan Cara Pemeriksaan Sampel Air

Fair, et al. 1966 menyatakan bahwa pada suatu penelitian terhadap kualitas air, tidak semua parameter dan sifat-sifat air harus diteliti. Hal ini sangat bergantung dari tujuan penelitian tersebut. Tetapi lebih ditekankan terhadap parameter yang berhubungan dengan keamanan, penerimaan dan fungsi perairan tersebut. Untuk analisis kualitas air dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung di lokasi in situ dan cara pengawetan yang dilakukan di Laboratorium, terutama untuk sifat- sifat air yang dapat bertahan lama dalam kondisi yang sudah diawetkan. Parameter pengukuran secara in situ dan laboratorium ditentukan sesuai pada Tabel 6. Sementara untuk pengumpulan data sekunder yaitu data yang dapat menunjang dan melengkapi penelitian antara lain : jumlah sampah kumulatif, luas areal TPA yang dipakai, lama penggunaan TPA, semuanya diperoleh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan DLHK Kota Bogor.

D. ANALISIS DATA

Untuk menetapkan kelayakan air sumur sebagai bahan baku air minum, maka hasil analisis di laboratorium dan secara in situ dapat ditetapkan berdasarkan PP Republik Indonesia Nomor 822001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Ketetapan tersebut mengacu pada kadar maksimum parameter kualitas air yang diperbolehkan. 47 Mutu lingkungan khususnya lingkungan perairan, secara umum dapat ditentukan dengan Indeks Kualitas Air IKA. Indeks ini secara umum ditentukan berdasarkan Metode Delphi yang dikembangkan oleh US National Sanitation Foundation - Water Quality Index NSF – WQI Suprihatin, 1992 Menurut Suprihatin 1992, IKA didasarkan atas bobot wi dan sub indeks Ii dari 9 parameter penting kualitas air, yaitu : oksigen terlarut DO, koliform tinja E. coli, pH, BOD 5 , NO 3 - , PO 4 3- , suhu, kekeruhan dan padatan total. Selain itu terdapat dua kelompok parameter yang digunakan untuk penentuan status kualitas air yaitu kelompok senyawa-senyawa toksik dan pestisida. Pembobotan untuk setiap parameter tersebut dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 2. Dua kelompok parameter kualitas air yaitu kelompok senyawa-senyawa toksik dan kelompok pestisida tidak diberi nilai bobot, tetapi ditetapkan secara khusus yaitu jika konsentrasi pestisida untuk semua jenis pestisida yang melebihi 0,1 mgl maka nilai indeks kualitas perairan adalah nol. Demikian juga apabila di dalam suatu air terdapat salah satu jenis senyawa toksik dengan konsentrasi melampaui nilai ambang batas nilai baku nilai standar maka nilai indeks kualitas air adalah nol Suprihatin, 1992. Untuk penelitian ini diasumsikan bahwa lingkungan perairan yang diteliti tidak memiliki kandungan senyawa toksik dan pestisida yang melebihi nilai ambang batas. Tata cara penghitungan nilai indeks kualitas air, IKA adalah sebagai berikut : 1. Penentuan nilai sub indeks Ii dari kurva parameter ke-i. Nilai sub indeks Ii tergantung pada nilai parameter ke-I Lampiran 3 2. Pengalian nilai sub indeks Ii dengan nilai bobot parameter ke-I wi 3. Penjumlahan nilai hasil perkalian untuk semua parameter. Hasil penjumlahan ini merupakan Indeks Kualitas Air. 48 Indeks Kualitas Air ditentukan berdasarkan rumus : Keterangan : n : jumlah parameter =9 IKA : indeks kualitas air, berskala 0 – 100 wi : nilai bobot untuk parameter ke-i, untuk skala 0 – 1,0 Ii : nilai dari kurva baku sub indeks untuk parameter ke-i, pada skala 0 – 100 Lampiran 4 - 12 Hasil yang diperoleh dari perhitungan IKA, kemudian dibandingkan dengan kriteria mutu lingkungan perairan menurut NSF-WQI Suprihatin, 1992 seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Kriteria Mutu Lingkungan Perairan NSF-WQI; Suprihatin 1992 Indeks Kualitas Air Keterangan 0 - 25 26 - 50 51 - 70 71 - 90 91 - 100 Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik n IKA = ∑ wi x Ii i:1 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS AIR SUMUR GALI WILAYAH SEKITAR TPA GALUGA Kualitas air khususnya untuk air minum dan keperluan rumah tangga lainnya mandi, cuci dan kakus, secara ideal harus memenuhi standar, baik sifat fisik, kimia maupun mikrobiologinya. Jika kualitas air melampaui ambang batas maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan maupun Keputusan Pemerintah, maka kualitas air tersebut menurun sesuai peruntukkannya, sehingga digolongkan sebagai air tercemar Fardiaz, 1992. Wilayah Desa Galuga sebagai Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah, terletak di Kabupaten Bogor bagian barat. Sekitar wilayah ini merupakan pemukiman dengan penduduknya sebagian besar memanfaatkan air sumur gali untuk keperluan minum, masak, mandi, cuci, kakus MCK dan juga keperluan rumah tangga lainnya. Oleh karena itu kualitas airnya ditetapkan berdasarkan Baku Mutu Lingkungan air minum. Baku Mutu air minum ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001. Limpasan air hujan run off yang masuk ke TPA sampah dapat melarutkan zat organik dan anorganik dengan konsentrasi tinggi yang disebut sebagai lindi leachate. Lindi tersebut timbul akibat adanya perombakan sampah oleh mikroorganisme secara aerob. Lindi akan mudah terangkut bersama-sama limpasan air hujan dan dapat merembes masuk ke sumur-sumur penduduk yang di sekitarnya. Perembesan lindi yang bersifat toksik, mengakibatkan menurunnya kualitas air sumur sesuai dengan peruntukannya. Hasil penelitian kualitas air sumur gali di wilayah sekitar TPA Galuga baik sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.