pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 Ghozali, 2012 : 95. Model regresi yang baik adalah regresi yang
bebas dari autokorelasi. Pendeteksian ada atau tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson DW. Pengambilan keputusan dapat
dilihat melalui tabel autokorelasi berikut ini.
Tabel 3.2 Tabel Standar Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan
Jika Tidak ada autokorelasi positif
Tolak 0 d dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision
dl ≤ d ≤ dlu
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak
3 – dl d 3 Tidak ada autokorelasi negatif
No decision 3 – du
≤ d ≤ - dl Tidak ada korelasi, positif atau negatif
Tidak ditolak du d 3-du
3.7.2 Analisis Regresi Berganda
Model yang digunakan dalam penelitian adalah model regresi linier berganda. Hal ini disebabkan penelitian dirancang untuk
mengetahui arah, pengaruh dan kekuatan hubungan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun model dasarnya dapat
dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
1
X
1
+ b
3
X
3
e Keterangan:
Y = Rasio Return On Equity
a = Konstanta persamaan regresi
b1, b2,b3 = Koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X
1
= Ukuran dewan komisaris X
2
= Frekuensi rapat
Universitas Sumatera Utara
X
3
= Ukuran komite audit e
= Variabel Residual Besarnya konstanta tercermin dalam “a” dan besarnya koefisien
regresi dari masing-masing variabel independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3. Pada model persamaan di atas dapat diketahui tanda positif atau
negatif dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Agar model tersebut memberikan hasil estimasi yang terbaik,
maka model harus memenuhi asumsi regresi linier klasik, yaitu tidak terjadi gejala multikolonieritas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan
berdistribusi normal ataupun mendekati normal.
3.7.3 Pengujian Hipotesis
3.7.3.1 Uji t t-tes
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan
variasi variabel dependen dengan hipotesa sebagai berikut Ghozali, 2012 : 84:
a. Hipotesis nol atau Ho : bi = 0 artinya variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
b. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen
merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen
secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakukan dengan memperbandingkan t hitung
Universitas Sumatera Utara
dengan t tabel Sulaiman, 2004 : 87. Dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05, maka menolak Ho dan menerima Ha.
b. Bila t hitung t tabel atau probabilitas tingkat signifikansi Sig 0,05 maka menerima Ho dan menolak Ha.
3.7.3.2 Uji F F-tes
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen atau terikat Ghozali, 2012 : 84. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji dua arah dengan hipotesis sebagai berikut:
a. Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel bebas secara bersama-sama.
b. Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan
dari variabel bebas secara bersama-sama. Uji F dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F
tabel dan melihat nilai signifikansi F pada output hasil regresi menggunakan SPSS dengan nilai signifikansi 0,05.
Dengan cara sebagai berikut: a. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig
≤ 0,05, maka hipotesis tidak dapat ditolak, ini berarti bahwa secara simultan
variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
b. Bila F hitung F tabel atau probabilitas nilai signifikan Sig ≥ 0,05,
maka hipotesis tidak dapat diterima, ini berarti bahwa secara simultan variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
3.7.3.3 Koefisien Determinasi R²
Koefisien determinasi R² mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen Ghozali, 2012 : 83.
Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 0 ≤ R² ≤ 1. Semakin
besar R² mendekati 1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan
tidak dapat menjelaskan variabel dependen Sulaiman, 2004 : 86. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen Ghozali, 2012: 83
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan pulp kertas di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling dan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 7 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan
diamati selama periode 2009-2012. Daftar perusahaan yang dijadikan sebagai sampel dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1 Daftar sampel perusahaan pulp kertas
No Kode
Nama perusahaan Tgl berdiri
1 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
12 Juli 2011 2
INKP Indah Kiat Pulp paper Tbk
16 Juli 1990 3
INRU Toba Pulp Lestari Tbk
18 Juni 1990 4
KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Tbk 11 Juli 2008
5 SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp Kertas Tbk
14 Mei 2009 6
SPMA Suparma Tbk 16 Nov 1994
7 TKIM
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 03 April
1990 Sumber : Data diolah penulis, 2014
Universitas Sumatera Utara
4.2
Mekanisme
Corporate Governance
4.2.1 Ukuran Dewan Komisaris
Ukuran dewan komisaris adalah jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang dari internal maupun eksternal perusahaan sampel.
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari
manajemen untuk melakukan earnings management yang berdampak
pada berkurangnya kepercayaan investor. Fungsi dewan komisaris yang lain adalah memastikan bahwa perusahaan telah melakukan tanggung
jawab sosial dan mempertimbangkan kepentingan berbagai stakeholder
perusahaan sebaik memonitor efektifitas pelaksanaan corporate
governance. Tabel 4.2
Ukuran Dewan Komisaris tahun 2009-2012
No Nama Perusahaan
Kode Ukuran Dewan Komisaris
X
1
2009 2010 2011 2012 1
Fajar Surya Wisesa Tbk FASW
3 3
3 3
2 Indah Kiat Pulp paper Tbk
INKP 5
6 10
10 3
Toba Pulp Lestari Tbk INRU
2 3
4 4
4 Kertas Basuki Rachmat
Indonesia Tbk KBRI
3 4
4 3
5 Surabaya Agung Industri Pulp
Kertas Tbk SAIP
4 3
3 3
6 Suparma Tbk
SPMA 8
13 8
13 7
Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk TKIM 7
7 7
7 Sumber : Data diolah penulis, 2014
Satu perusahaan PT Fajar Surya Wisesa Tbk dengan jumlah dewan komisaris X
1
yang terendah dengan perusahaan lain selama
Universitas Sumatera Utara
periode 2009-2012. Hal ini mengindikasikan bahwaan ukuran dewan komisaris dengan kondisi financial distress pada perusahaan. Jumlah
komisaris akan memberikan dampak jangka pendek dan jangka panjang terhadap kondisi keuangan perusahaan. Semakin banyak jumlah dewan
komisaris maka fungsi monitoring terhadap kebijakan direksi dapat dijalankan dengan lebih baik sehingga kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress akan semakin menurun.
4.2.2 Frekuensi rapat