6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT ATAU PALM OIL MILL EFFLUENT POME
Limbah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai
ekonomi [20]. Palm oil mill effluent POME atau limbah cair pabrik kelapa sawit merupakan salah satu limbah agroindustri yang paling sering menyebabkan polusi
dan merupakan limbah terbesar dari proses pengolahan kelapa sawit [3]. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa sawit berasal dari air kondensat pada
proses sterilisasi, air dari proses klarifikasi, air hydrocyclone claybath dan air pencucian pabrik [1, 21, 22], yang terdiri dari suspensi koloid yang mengandung 95-
96 air, minyak 0,6-0,7 dan 4-5 total padatan termasuk 2-4 padatan tersuspensi [14, 23, 24]. POME merupakan cairan kental berwarna kecoklatan,
bersuhu tinggi, bersifat asam dan padatan terlarut dan tersuspensi berupa koloid dan residu minyak dengan kandungan COD yang tinggi [6, 24, 25]. Berikut karakteristik
POME disajikan pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Karakteristik POME [9]
Parameter Konsentarasi Rata-rata
Temperatur pH
Minyak BOD
COD Total Solid
Suspended Solid Total Volatile Solid
Total Kjeldan Nitrogen TKN Amonia Nitrate
80-90 3,8-4,8
6000 25000
50000 40500
18000 34000
750 35
Seluruh Parameter dalam mgL kecuali Temperatur dan pH
Minyak dan lemak adalah satu dari polutan organik utama yang terdapat dalam POME [3, 26]. Tinggi nya komposisi dan konsentrasi dari protein, karbohidrat
8QLYHUVLWDV6 XPDWHUD8WDUD
7 dan senyawa nitrogen, lemak, dan mineral ditemukan dalam Palm Mill Oil Effluent
POME yang dapat di konversi menjadi bahan yang bermanfaat melibatkan proses mikroba [1]. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan karena adanya potensi dari
POME untuk diubah menjadi salah satu energi alternatif yaitu biogas [6].
2.2 DIGESTASI ANAEROB
Proses anaerob merupakan proses yang kompleks dengan melibatkan berbagai kelompok bakteri. Keterlibatan antara kelompok ini saling menguntungkan
satu sama lainnya karena tidak terjadi saling kompetisi antara kelompok dalam rangka pemanfaatan nutrien atau substrat [21]. Proses digestasi anaerobik merupakan
proses fermentasi bahan organik oleh aktivitas bakteri anaerob pada kondisi tanpa oksigen bebas dan merubahnya dari bentuk tersuspensi menjadi terlarut dan biogas
[10, 27, 28]. Digestasi anaerobik dianggap efektif untuk proses pengolahan limbah pabrik kelapa sawit POME karena melibatkan mikroorganisme dengan serangkaian
reaksi biokimia kompleks dari bahan organik menghasilkan metana dan karbondioksida [9]. Secara umum digestasi anaerobik memiliki 4 tahapan yaitu :
hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis dan metanogenesis [10-15] dan dilakukan pada kondisi mesofilik 30
– 37
o
C dan termofilik 50 - 60
o
C [9, 17, 19] dan terjadi dalam berbagai variasi reaktor seperti reaktor terus menerus tangki berpengaduk
CSTR , reaktor batch, semi-kontinyu, sequencing batch reaktor [3, 13]. Dalam rangka meningkatkan kinerja digestasi anaerobik, metode baru seperti metode dua
tahap yang melekat dengan tingginya tingkat pertumbuhan [13].
2.3 TAHAPAN DIGESTASI ANAEROBIK