ketentuan Pasal 3 ayat 2 UU PT, dimana perbuatan tersebut dapat dibuktikan oleh pengurus yayasan bukan atas namanya pribadi, maka yang bertanggung
jawab pribadi adalah yayasan sebagai badan hukum.
C. Akibat Hukum Pertanggungjawaban Pribadi Yayasan Terhadap Kekayaan Yayasan
Penerapan prinsip piercing the corporate veil terhadap pemegang saham menyebabkan perlindungan terhadap tanggung jawab terbatas pemegang saham
seperti yang tersurat pada Pasal 3 ayat 1 UU PT menjadi hilang, sehingga pemegang saham ikut memikul resiko bersama-sama dengan perseroan membayar
utang perseroan dari harta pribadi pemegang saham yang bersangkutan. Yayasan, sebagai badan hukum yang melakukan penyertaan modal pada
sebuah PT, berkedudukan sebagai pemegang saham. Sebagai pemegang saham, yayasan memiliki hak-hak dan tanggung jawab terbatas nilai saham yang
dimilkinya. Namun, tanggung jawab terbatas yayasan sebagai pemegang saham dalam PT dapat hapus apabila diterapkan prinsip piercing the corporate veil.
Sebagai akibat dari penerapan prinsip piercing the corporate veil, maka yayasan sebagai pemegang saham ikut memikul bersama-sama dengan perseroan
membayar utang perseroan secara pribadi. Melalui UU Yayasan, dapat diketahui bahwa yayasan telah diakui sebagai
badan hukum privat, yang berarti diakui sebagai subyek hukum mandiri yang terlepas dari kedudukan subyek hukum para pendiri atau pengurusnya. Sebagai
subyek hukum mandiri berarti yayasan dapat menyandang hak dan kewajiban,
Universitas Sumatera Utara
dapat menjadi debitur maupun kreditur, dengan kata lain yayasan dapat melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak ketiga.
152
Prinsip piercing the corporate veil membawa konsekuensi bahwa tanggung jawab terbatas pemegang saham PT menjadi hapus dan pemegang
saham bertanggung jawab sampai kepada harta pribadinya atas kerugian yang dibuat oleh PT. Jika dikaitkan prinsip piercing the corporate veil, yayasan sebagai
badan hukum yang diwakilkan oleh pengurusnya, yang berkedudukan sebagai pemegang saham, akan bertanggung jawab sampai ke harta kekayaannya.
Makna pertanggungjawaban terbatas limited liabilty dalam PT menurut Rudhi Prasetya, bila terjadi hutang atau kerugian-kerugian, maka hutang itu akan
semata-mata dibayar secukupnya dari harta kekayaan yang tersedia dalam PT. Sebaliknya mereka yang menanamkan modalnya dalam PT secara pasti tidak akan
memikul kerugian hutang itu lebih dari bagian harta kekayaannya yang tertanam dalam PT.
153
Melalui pengertian tersebut diketahui bahwa pertanggungjawaban pribadi pemegang saham berupa penyerahan harta benda maupun harta berupa
uang untuk menanggung hutang maupun kerugian terhadap pihak ketiga apabila harta PT tidak mencukupi mengingat prinsip piercing the corporate veil.
Pada UU Yayasan telah dirumuskan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas harta kekayaan yang dipisahkan, maksudnya yaitu yayasan
sebagai badan hukum memiliki kekayaan yang dipisahkan dari kekayaan pengurusnya, dengan kata lain yayasan memiliki harta kekayaan sendiri. Harta
152
Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 5.
153
Liza Marina, Loc.Cit.
Universitas Sumatera Utara
kekayaan ini digunakan untuk kepentingan tujuan yayasan. Hal ini sejalan dengan teori Brinz, bahwa harta kekayaan badan hukum terikat oleh suatu tujuan.
154
Pada ketentuan Pasal 5 jo Pasal 26 ayat 2 UU Yayasan dinyatakan bahwa kekayaan yayasan merupakan kekayaan yang dipisahkan yang dapat berupa uang,
barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan UU Yayasan, yaitu kekayaan yang diperoleh dari sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat,
wakaf, hibah, hibah wasiat legaat dan perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan danatau peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kekayaan yayasan bukan merupakan kekayaan para pendiri yayasan dan juga bukan merupakan kekayaan organ yayasan.
155
Kekayaan yayasan digunakan untuk mencapai tujuan dan maksud didirikannya yayasan yang bergerak di dalam
bidang sosial, keagaamaan maupun kemanusiaan dan juga biaya operasional yayasan.
Jika dikaitkan dengan prinsip piercing the corporate veil, maka pertanggungjawaban pribadi yayasan sebagai badan hukum untuk melunasi
hutang maupun kerugian terhadap pihak ketiga dimana harta PT tidak cukup untuk menutupinya, maka kekayaan yayasan digunakan sebagai konsekuensi
hapusnya tanggung jawab terbatas yayasan sebagai pemegang saham. Ini merupakan konsekuensi yang ditanggung yayasan dalam berbisnis dan menjadi
pemegang saham dalam PT. Ketika perusahaan maju dalam berbisnis tetapi kekurangan modal, perusahaan akan meminta bantuan kepada pendirinya.
156
Salah satu contoh yang berkaitan dengan laporan keuangan yayasan dimana adanya konsolidasian laporan keuangan suatu yayasan dengan PT yang
154
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 18.
155
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 44.
156
Anwar Borahima,Op.Cit.., hlm. 115.
Universitas Sumatera Utara
dapat menjadi gambaran akibat pertanggungjawaban pribadi yayasan terhadap kekayaan yayasan adalah sebagai berikut:
“Yayasan ABC sebagai induk perusahaan dari satu atau beberapa perusahaan yang pendapatan terbesarnya berasal dari hasil usaha dividen
PT XYZ, salah satu anak perusahaannya, laporan keuangannya dikonsolisadikan dengan PT XYZ oleh karena penyertaan Yayasan ABC
pada PT XYZ lebih dari 50 dari jumlah saham yang telah dikeluarkan dalam PT XYZ. Dalam perkembangannya PT XYZ dipailitkan, dan
Yayasan ABC selaku majority shareholder wajib untuk bertanggung jawab terhadap utang-utang PT XYZ tersebut.
Keadaan demikian tentu saja sangat mengganggu kinerja serta pencapaian maksu dan tujuan Yayasan ABC disamping juga sangat berpengaruh
terhadap aset-aset, maupun oleh karena sebagian atau seluruh aset-aset Yayasan ABC terpaksa digunakan untuk menutup utang-utang PT XYZ.
Lagipula akan terjadi masalah dalam hal pertanggungjawaban. Yayasan ABC oleh karena laporan keuangannya terkonsolidasi dengan PT XYZ
tentu saja ikut menanggung kerugian yang dialami PT XYZ dan terpaksa pengurus
Yayasan ABC
harus ikut
memberikan pertanggungjawabannya.
”
157
Melalui contoh di atas, dapat diketahui bahwa jika yayasan bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian maupun utang-utang PT dikarenakan prinsip
piercing the corporate veil , maka tentunya hal tersebut akan sangat mengganggu
kinerja serta pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Hal tersebut juga akan mempengaruhi aset-aset yayasan dimana akan terjadi penurunan nilai aset bahkan
aset yayasan digunakan untuk menutup utang dan kerugian. Pertanggungjawaban yayasan dikaitkan dengan prinsip piercing the
corporate veil akan dikenakan terhadap kekayaan yayasan sebagai badan hukum
yang berkewajiban untuk membayar kerugian perseroan dan utang terhadap pihak ketiga. Hal ini sebenarnya tidak sejalan dengan tujuan yayasan, dimana kekayaan
yayasan digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan di bidang sosial, keagaamaan dan kemanusiaan. Penggunaan kekayaan yayasan untuk mengganti
157
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm.65-66.
Universitas Sumatera Utara
kerugian atas perbuatan PT juga dapat menyebabkan yayasan dinyatakan pailit sebagai akibat kegagalan kegiatan usaha dimana hal ini sebenarnya bukan
kegiatan utama yayasan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan