tidak dibolehkan pindah ke tangan lain tanpa persetujuan PT. Kewajiban umum pemegang PT adalah mengurus harta kekayaan perseorangan, mengemudi usaha-
usaha perseroan dan mewakili PT di dalam dan di luar hukum.
63
Sebagai pemegang saham, maka ada tanggung jawab terbatas yang melekat pada saham yang dimiliki pemegang saham. Salah satu prinsip dari PT
adalah terbatasnya tanggung jawab para pemegang saham sebatas besarnya saham yang dimilikinya dan prinsip ini yang dapat membedakan PT dari bentuk-bentuk
usaha yang lainnya, hal ini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 UU PT yaitu pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertangggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki. Ini mempertegas ciri perseroan
bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar setoran atas seluruh saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya.
D. Jenis-Jenis Kepemilikan Saham dalam Perseroan Terbatas
1. Kepemilikian Melalui “Holding Company”
64
Di dalam struktur kepemilikan saham PT dimungkinkan terjadinya pemilikan saham oleh satu induk perusahaan ke dalam lebih dari satu anak
perusahaan dan selanjutnya, sehingga membentuk suatu kepemilikan bertingkat yang pada akhirnya bermuara pada suatu “Holding company” dengan anak
perusahaan, cucu perusahaan dan seterusnya. 2.
Kepemilikan Piramid oleh Perseroan
65
63
Farida Hasyim, Hukum Dagang Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm.155.
64
Gunawan Widjaja II, Op.Cit., hlm. 41.
65
Ibid., hlm. 42.
Universitas Sumatera Utara
Di samping kepemilikan melalui holding company, seringkali dalam kepemilikan saham perseroan, terjadi kepemilikan piramid. Kepemilikan piramid
adalah pengendalian suatu perseroan oleh pemegang saham minoritas dalam suatu perusahaan, sekaligus yang juga merupakan pemegang saham pengendali pada
pemegang saham mayoritas perseroan tersebut. 3.
Kepemilikan Sendiri oleh Perusahaan
66
Larangan kepemilikan sendiri adalah larangan yang ditujukan kepada suatu PT untuk menjadi pemilik dan atau menguasai sahamnya sendiri secara
langsung. Dikatakan langsung karena perseroan memiliki dan atau menguasai sahamnya sendiri tanpa melalui perseroan perantara. Kepemilikan langsung atau
penguasaan langsung oleh perseroan atas saham-saham miliknya sendiri jelas dapat menciptakan kesewenang-wenangan dalam PT, oleh karena PT tersebut
menjadi tidak dapat lagi dikontrol dan diawasi. Bersatunya pemilikan dan pengurusan perseroan di bawah satu kendali, yaitu direksi sebagai wakil perseroan
sebagai pemilik dan direksi sekaligus sebagai organ yang melaksanakan fungsi pengurusan dan perwakilan jelas sangat bertentangan dengan prinsip Good
Corporate Governance sehingga kepemilikan jenis ini pada umumnya dilarang.
4. Kepemilikan Oleh Anak Perusahaan
67
Larangan kepemilikan jenis ini seringkali disebut juga dengan larangan kepemilikan saham sendiri secara tidak langsung. Disebut tidak langsung adalah
karena perseroan memiliki dan atau menguasai sahamnya sendiri melalui perseroan perantara. Kepemilikan tidak langsung atau penguasaan langsung
perseroan oleh anak perusahaannya jelas dapat mengurangi efektifitas kontrol dan
66
Ibid. , hlm. 44.
67
Ibid ., hlm. 46.
Universitas Sumatera Utara
pengawasan serta dikhawatirkan dapat menciptakan kesewenang-wenangan dalam PT, oleh karena PT tersebut tidak lagi dapat saling mengontrol dan dikontrol serta
dilaksanakan fungsi pengawasan dengan baik. Akibat terjadinya pemilikan dan pengurusan secara silang antara dua perseroan. Larangan kepemilikan sendiri
diatur pada Pasal 36 dan Pasal 37 UU PT. 5.
Kepemilikan Silang
68
Penyebutan istilah kepemilikan silang cross holding ditemukan dalam Penjelasan Pasal 36 ayat 1 UU PT. Kepemilikan silang menurut penjelasan Pasal
36 ayat 1 UU PT adalah : “Kepemilikan silang cross holding yang terjadi apabila Perseroan
memiliki saham yang dikeluarkan oleh Perseroan lain yang memiliki saham Perseroan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengertian kepemilikan silang secara langsung adalah apabila Perseroan pertama memiliki saham pada Perseroan kedua tanpa melalui kepemilikan
pada satu “Perseroan antara” atau lebih dan sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama.
Pengertian kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan Perseroan pertama atas saham pada Perseroan kedua melalui kepemilikan
pada satu “Perseroan antara” atau lbih dan sebaliknya Perseroan kedua memiliki saham pada Perseroan pertama.”
Pengertian larangan kepemilikan silang dari pengertian di atas adalah
larangan kepemilikan yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru untuk dimiliki anak perusahaan dan atau cucu perusahaan dan seterusnya. Hanya
kepemilikan saham yang timbul sebagai akibat pengeluaran saham baru saja yang dilarang dengan tegas dari tiga jenis kepemilikan saham PT oleh anak perusahaan.
6. Kepemilikan oleh Nominee
69
Keberadaan pemegang saham nominee bukanlah hal yang baru, khususnya bagi negara-negara dengan tradisi hukum Anglo Saxon. Penunjukan nominee
68
Ibid ., hlm. 49.
69
Ibid ., hlm. 51.
Universitas Sumatera Utara
shareholders diperkenankan untuk dilakukan secara resmi, selama dan sepanjang
terdapat dan atau didukung oleh dokumen formal legal yang menunjukkan keberadaan struktur nominee ini, serta tentunya tidak menyebabkan terjadinya
penyelundupan hukum atau mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap suatu ketentuan memaksa, termasuk di dalamnya kesusilaan dan ketertiban umum.
Keberadaan dari dokumen penunjukan nominee tersebut sangat penting artinya, oleh karena melalui dokumen itulah dapat ditentukan secara tepat dan pasti hak-
hak dan keajiban-kewajiban yang melekat pada para pihak yang terkait, yaitu pihak yang menunjuk nominee shareholders dan nominee shareholders yang
ditunjuk. Kepemilikan saham yang dinamakan dengan nominee shareholders hingga
saat ini belum dapat diakui di Indonesia. 7.
Kepemilikan Tunggal
70
Jika perseroan sudah berstatus sebagai badan hukum, maka pada rumusan Pasal 7 ayat 5 UU PT ditentukan bahwa :
“Setelah Perseroan memperoleh status sebagai badan hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari 2 dua orang, dalam jangka waktu
paling lama 6 enam bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang ebrsangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada
orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain.”
Rumusan tersebut menunjukkan bahwa perseroan masih dimungkinkan bagi perseroan untuk hanya memiliki satu pemegang saham, tanpa kekurangan
satu apapun, termasuk sifat pertanggungjawabannya yang terbatas, tetapi hanya
70
Ibid ., hlm. 61.
Universitas Sumatera Utara
untuk masa atau kurun waktu 6 enam bulan saja. Jika masa enam bulan lewat dan pemegang saham tetap kurang dari 2 dua orang, maka satu-satunya
pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan dan atas permohonan dari pihak yang berkepentingan,
pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.
E. Prinsip-Prinsip Umum Terkait Kepemilikan Saham