untuk masa atau kurun waktu 6 enam bulan saja. Jika masa enam bulan lewat dan pemegang saham tetap kurang dari 2 dua orang, maka satu-satunya
pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan dan atas permohonan dari pihak yang berkepentingan,
pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut.
E. Prinsip-Prinsip Umum Terkait Kepemilikan Saham
1. Penembusan Atas Tanggung Jawab Terbatas Pemegang Saham Piercing the
Corporate Veil Salah satu prinsip dari PT adalah terbatasnya tanggung jawab para
pemegang saham sebatas besarnya saham yang dimilikinya, dan prinsip ini yang dapat membedakan PT dari bentuk-bentuk usaha yang lainnya, hal ini
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 1 UU PT, yaitu : 1
Pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertangggung jawab
atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimiliki. Namun, dalam keadaan tertentu prinsip tersebut tidak berlaku mutlak,
yaitu jika dapat dibuktikan bahwa ada hal-hal tertentu yang menyebabkan para pemegang saham harus bertanggung jawab sampai kepada harta pribadi. Hal ini
dikenal dengan prinsip Piercing the Corporate Veil atau Doorbraak Van Aansprakelijkheid
atau Penembusan Atas Tanggungjawab Terbatas Pemegang Saham.
71
71
Habib Adjie, Status Badan hukum, Prinsip-prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas
Bandung : Mandar Maju, 2008, hlm. 31.
Universitas Sumatera Utara
2. Keterbukaan Disclousuretransparancy
Setiap pemegang saham suatu PT mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang benar tentang perseroan. Harus ada kejelasan tentang hal apa saja
yang telah dan akan dilakukan perseroan, karena ada kemungkinan jalannya perseroan tidak sebagaimana yang dikehendaki oleh para pemegang saham, oleh
karena itu dalam pengelolaan perseroan harus ada keterbukaan, pengurus perseroan harus dapat informasi yang diminta atau dibutuhkan oleh para
pemegang saham, jika tidak mau menerima, dalam keadaan tertentu dapat meminta bantuan kepada pengadilan negeri setempat.
72
72
Ibid ., hlm. 51.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN YAYASAN DALAM PENYERTAAN MODAL PADA
PERSEROAN TERBATAS A.
Yayasan sebagai Badan Hukum Nirlaba
Yayasan merupakan badan usaha dengan status badan hukum yang memiliki tujuan kemanusiaan, keagamaan, dan sosial sehingga segala kegiatan
usaha yang dilaksanakan oleh yayasan semata-mata hanya untuk tujuan kemanusiaan, keagamaan, dan sosial. Hal ini bukan berarti yayasan tidak dapat
melakukan kegiatan usaha yang memiliki sifat komersial dengan mendapatkan keuntungan, hanya saja segala keuntungan yang didapatkan oleh yayasan hanya
ditujukan untuk maksud kemanusiaan, keagamaan, dan sosial, selain untuk mengembangkan lembaga yayasan itu sendiri.
73
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Yayasan, yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Pada lalu lintas sehari-hari yayasan diperlakukan sebagai
legal entity .
74
Scholten menjelaskan bahwa yayasan merupakan suatu badan hukum yang memiliki unsur-unsur badan hukum, seperti memiliki harta kekayaan
sendiri, yang berasal dari suatu perbuatan pemisahan, tujuan tertentu, dan alat perlengkapan. Hal ini selaras dengan unsur-unsur yayasan sebagai berikut :
75
1. Yayasan memiliki harta kekayaan yang dipisahkan dari pemiliknya semula.
2. Yayasan memiliki tujuan tertentu, baik tujuan yang bersifat keagamaan,
sosial maupun tujuan kemanusiaan.
73
Dijan Widijowati, Hukum Dagang Yogyakarta : Andi, 2012, hlm. 89.
74
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 17.
75
Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 91.
Universitas Sumatera Utara
3. Yayasan memiliki organisasi untuk menyelenggarakan lembaga yang
didirikan. Ada berbagai teori tentang badan hukum, salah satunya adalah teori Brinz
tentang teori harta kekayaan bertujuan. Pada teori harta kekayaan Brinz dikemukakan bahwa di samping manusia sebagai subjek hukum, ada hak-hak atas
suatu kekayaan yang tidak dapat dibebankan kepada manusia, melainkan kepada badan hukum dan harta kekayaan itu terikat oleh suatu tujuan atau mempunyai
tujuan.
76
Seperti yang telah dijelaskan bahwa menurut ketentuan UU Yayasan, yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang telah
dipisahkan dari kekayaan pendiri dan pengurusnya dimana harta ini digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Ketentuan ini sejalan dengan teori
Brinz yang menyatakan bahwa harta kekayaan suatu badan hukum terikat oleh suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan Pasal 9 ayat 1 UU Yayasan, yayasan dapat didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya
sebagai kekayaan awal. Pada ketentuan Pasal 9 ayat 1 dan ayat 5 UU Yayasan dijelaskan bahwa orang adalah orang perseorangan dan badan hukum, baik
sebagai orang asing maupun bersama-sama orang asing, sehingga yayasan sebagai badan hukum dapat didirikan oleh beberapa unsur-unsur yang dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
77
1. Yayasan dapat didirikan oleh 1 satu atau lebih dari 1 satu orang, baik
warga negara Indonesia maupun warga negara asing.
76
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 17.
77
Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 94.
Universitas Sumatera Utara
2. Yayasan dapat didirikan oleh 1 satu atau lebih dari 1 satu badan hukum,
baik badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing. Berkaitan dengan tujuan yayasan, di Indonesia terdapat yurisprudensi
Mahkamah Agung dimana sebelum berlakunya UU Yayasan menjadi acuan bagi yayasan untuk penentuan tujuan yayasan. Berdasarkan yurisprudensi Mahkamah
Agung Republik Indonesia tanggal 8 Juli 1975 No. 476KSip1975, pertimbangan pengadilan negeri yang dibenarkan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung,
bahwa perubahan wakaf Al Is Af menjadi Yayasan Al Is Af dapat saja karena dalam hal ini tujuan dan maksudnya tetap, ialah untuk membantu keluarga
terutama keturunan alamarhum Almuhsin bin Abubakar Alatas. Melalui putusan Mahkamah Agung tersebut jelas bahwa yayasan mempunyai tujuan untuk
“membantu”. Perkataan “membantu” ini diinterpretasikan sebagai suatu kegiatan sosial. Adapun bantuan yang diberikan tersebut dapat hanya ditujukan kepada
pihak tertentu saja, yakni dalam hal ini terutama kepada keturunan alamarhum Almuhsin bin Abubakar Alatas.
78
Pada UU Yayasan ditentukan bahwa yayasan dapat didirikan dan disahkan sebagai badan hukum apabila maksud dan tujuan didirikannya yayasan adalah
dalam kegiatan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat 2 huruf b UU Yayasan, maksud dan tujuan pendirian
yayasan wajib dicantumkan dalam anggaran dasar yayasan tersebut. Yayasan yang telah didirikan dan bergerak dalam kegiatan yang berada di luar dari maksud
dan tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan harus menyesuaikan
78
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 16.
Universitas Sumatera Utara
diri dengan merubah anggaran dasar yang telah ada sesuai dengan maksud dan tujuan yang diperbolehkan oleh UU Yayasan.
Pada asasnya, UU Yayasan memiliki asas nirlaba, dalam arti yayasan yang didirikan tidak ditujukan untuk mencari laba atau keuntungan. Modal yang ada
tidak diolah untuk mendapat keuntungan, tetapi untuk melakukan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat.
79
Menurut Soemitro, bahwa yayasan lebih tepat disebut sebagai organisasi tanpa tujuan laba OTTL sebagi terjemahan dari
Non-Profit Organization. Menurut Soemitro istilah OTTL lebih tepat dari pada
nirlaba, karena kata “Nir” yang berasal dari bahasa Jawa berarti tanpa, sehingga nirlaba berarti tanpa laba, sedangkan yayasan adakalanya memperoleh laba atau
keuntungan, tetapi hal ini tidak menjadi tujuan yang utama. Lebih jauh dijelaskan bahwa istilah OTTL ini lebih luas dari pada istilah yayasan. Yayasan adalah
OTTL, tetapi sebaliknya OTTL tidak selalu merupakan yayasan. Jadi yayasan merupakan salah satu organisasi tanpa tujuan laba.
80
Pengertian “nirlaba” not-for-profit sering disalahartikan bahwa yayasan tidak boleh mencari keuntungan, tidak boleh menjalankan usaha dan tidak boleh
bersifat komersial. Makna sebenarnya dari “nirlaba” adalah bahwa yayasan tidak membagikan laba atau keuntungan yang diperolehnya baik dalam bentuk dividen,
bagian laba dan sejenisnya, karena yayasan tidak mempunyai pemilik maupun anggota. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan untuk mencapai maksud dan tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Apabila dalam kegiatannya yayasan menghasilkan
surplus karena pendapatan dari suatu kegiatan melebihi pengeluaranbiaya, maka
79
Dijan Widijowati, Op.Cit., hlm. 99.
80
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 89.
Universitas Sumatera Utara
surplus tersebut akan menambah kekayaan yayasan yang selanjutnya akan digunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, dan sama sekali bukan
untuk dibagikan kepada pendiri, pengurus maupun pengawas yayasan.
81
B.
Kekayaan Yayasan
Istilah yang digunakan dalam PT maupun koperasi, agar usahanya dapat berjalan dengan baik ketika kedua badan hukum itu berdiri adalah “modal”,
sedangkan untuk yayasan, UU Yayasan tidak menggunakan istilah modal tetapi “kekayaan”. Hal ini disebabkan kedua badan hukum tersebut, kedudukannya
sebagai badan usaha atau perusahaan yang tujuannya memperoleh keuntungan. Kedudukan yayasan bukan sebagai perusahaan, dan tujuannya bukan
mengutamakan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Yayasan dalam aktivitasnya lebih berperan sebagai pelaku sosial. Yayasan pada awalnya memang
memiliki harta benda yang pada umumnya disebut sebagai “modal” dan karena kedudukan dan perannya seperti itu, sehingga tidak tepat jika diberi istilah modal,
tetapi lebih tepat disebut kekayaan, walaupun maksudnya sama.
82
Sebagai badan hukum, yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan. Harta yayasan merupakan
harta yang terpisahkan. Yayasan dianggap sebagai entitas hukum tersendiri, tidak mengenal pemilik seperti lazimnya perusahaan sehingga harta kekayaan yayasan
harus dikelola secara profesional.
83
81
H.P. Panggabean, Praktek Peradilan Menangani Kasus Aset Yayasan dan Upaya Penanganan Sengketa melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 2002, hlm. 160.
82
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 66.
83
Budi Untung dkk, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen Yogyakarta : Andi, 2002, hlm. 123.
Universitas Sumatera Utara
Menurut ketentuan Pasal 9 ayat 1 UU Yayasan, yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan memisahkan sebagian harta kekayaan pendirinya,
sebagai kekayaan awal. Ini berarti kekayaan awal yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang.
84
Jumlah minimum harta kekayaan awal yayasan yang dipisahkan dari kekayaan pribadi harus
dicantumkan dalam anggaran dasar yayasan. Jumlah minimum kekayaan ini diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Yayasan Pasal 6 yang ditentukan bahwa kekayaan awal yang didirikan oleh orang Indonesia paling sedikit senilai Rp 10.000.000,00 sepuluh
juta rupiah, sedangkan jumlah kekayaan awal yayasan yang didirikan oleh orang asing atau orang asing bersama orang Indonesia paling sedikit senilai Rp
100.000.000,00 seratus juta rupiah. Kondisi seperti ini menjadi syarat materiil dari suatu yayasan. Anggota organ yayasan pun bukanlah pemilik dari yayasan
sehingga wajib mempertanggungjawabkan penggunaan harta tersebut untuk mencapai tujuan yayasan.
85
Pemisahan kekayaan yayasan dari kekayaan pendiri serta pihak lain yang menyerahkan sebagian kekayaannya kepada yayasan merupakan bukti adanya
kemandirian yayasan. Pendiri serta pihak lain yang menyerahkan sebagian kekayaannya kepada yayasan tersebut tidak lagi mempunyai hak atas harta yang
telah diserahkan kepada yayasan. Namun, mereka dapat melakukan kontrol terhadap yayasan berdasarkan prinsip akuntabilitas dan prinsip keterbukaan
yayasan.
86
84
Gunawan Widjaja I, Op.Cit., hlm. 21.
85
Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 126.
86
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 43.
Universitas Sumatera Utara
Pada ketentuan Pasal 5 ayat 1 dan ayat 2 UU Yayasan dinyatakan bahwa kekayaan dilarang dialihkan atau dibagikan baik langsung maupun tidak
kepada organ yayasan. Pada penjelasan Pasal 5 ayat 1 UU Yayasan yang telah diperbaharui, ditegaskan bahwa kekayaan yayasan, termasuk hasil kegiatan usaha
dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Pemberian gaji, upah, atau honorarium dapat diberikan kepada orang yang melakukan pengurusan secara
langsung dan penuh serta bukan pendiri yayasan dan tidak memiliki hubungan keluarga dengan organ yayasan.
Harta kekayaan yang dimiliki oleh yayasan terutama digunakan untuk menjalankan kegiatan operasional yayasan. Harta aset yayasan digunakan untuk
membayar berbagai macam biaya operasional yang terjadi, tidak termasuk biaya- biaya yang harus dibayar untuk keperluan pembina, pengurus dan pengawas.
Selain itu, biaya pembuatan akta notaris, biaya pengumuman pendirian yayasan, biaya publikasi ikhtiar laporan keuangan di surat kabar juga termasuk sebagai
pengeluaran yayasan.
87
Undang-Undang Yayasan banyak mengatur mengenai kekayaan yayasan, namun tidak ada satupun ketentuan dalam UU Yayasan yang membatasi jenis-
jenis kekayaan yang dapat dimiliki oleh yayasan. Hal ini berarti bahwa tidak ada larangan bagi yayasan untuk mempunyai kekayaan dalam berbagai jenis. Yayasan
dapat mempunyai kekayaan yang berbentuk benda bergerak maupun tidak bergerak, atau kekayaan berupa benda-benda sebagaimana dimaksud dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia.
88
87
Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 130.
88
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 62.
Universitas Sumatera Utara
Selain uang dan barang sebagai kekayaan yang telah dipisahkan oleh pendiri, kekayaan yayasan dapat diperoleh dari:
89
1. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat
Menurut penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf a UU Yayasan sumbangan atau bantuan sukarela yang tidak mengikat yang diterima yayasan adalah bantuan
baik dari Negara, masyarakat maupun dari pihak lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Wakaf
Menurut penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf b UU Yayasan yang dimaksud dengan wakaf adalah wakaf dari orang atau dari badan hukum. Pada
ketentuan pasal 26 ayat 3 dinyatakan bahwa yayasan yang kekayaannya berasal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum tentang perwakafan.
3. Hibah
Menurut penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf c UU Yayasan hibah adalah hibah dari orang atau dari badan hukum.
4. Hibah wasiat
Sesuai dengan penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf d UU Yayasan, pemberian hibah wasiat adalah tidak boleh bertentangan dengan hukum waris.
5. Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar yayasan
danatau perundang-undangan yang berlaku. Menurut penjelasan Pasal 26 ayat 2 huruf e UU Yayasan, yang dimaksud
dengan perolehan lain misalnya deviden, bunga tabungan bank, sewa gedung, atau perolehan dari hasil usaha yayasan. Adanya dividen sebagai perolehan
89
Pasal 26 Ayat 1 Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
lain yang disebutkan dalam UU Yayasan sebagai bagian kekayaan yayasan menunjukkan bahwa yayasan diperkenankan untuk mendirikan danatau ikut
serta memiliki penyertaan pada perusahaan lain dalam batas-batas yang ditentukan dalam UU Yayasan tersebut.
90
Demikian pula jika kekayaan yayasan yang berupa uang disimpan pada bank sebagai tabungan, tiap bulannya akan mendapat bunga sekian persen.
Kemudian kekayaan yayasan yang berupa harta tidak bergerak seperti tanah dan bangunan, jika harta ini tidak digunakan dan disewakan kepada pihak lain, biaya
sewanya merupakan pemasukan bagi yayasan.
91
Perolehan dari hasil usaha yayasan, misalnya yayasan mendirikan badan usaha seperti toko buku, percetakan,
bordir pakaian, jasa telekomunikasi, dan sebagainya, akan mendapat bagian dari keuntungan. Bagian dari keuntungan ini juga sebagai kekayaan yayasan.
92
C.
Organ-Organ Yayasan
Yayasan sebagai badan hukum merupakan “artificial person” orang ciptaan hukum yang hanya dapat melakukan perbuatan hukum dengan
perantaraan manusia selaku wakilnya. Yayasan sangat tergantung pada wakil- wakilnya dalam melakukan perbuatan hukum, karena agar yayasan dapat dengan
mudah melakukan perbuatan hukum tersebut yayasan harus mempunyai organ. Tidak adanya organ menyebabkan yayasan tidak dapat berfungsi dan mencapai
maksud dan tujuan pendiriannya.
93
90
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit.,hlm. 53.
91
Gatot Supramono, Op,cit., hlm. 73.
92
Ibid.
93
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 93.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yayasan mempunyai organ yang terdiri atas
pembina, pengurus, dan pengawas. Pemisahan yang tegas antara fungsi, wewenang, dan tugas masing-masing organ tersebut serta pengaturan mengenai
hubungan antara ketiga organ yayasan yang tidak hanya dapat merugikan kepentingan yayasan, tetapi juga pihak lain.
94
Antara yayasan dengan masing-masing organ terdapat fiduciary relationship
hubungan kepercayaan yang melahirkan fiduciary duty bagi organ tersebut. Undang-Undang Yayasan mengatur mengenai adanya larangan
perangkapan jabatan dan larangan menerima gaji, upah, atau honor tetapuntuk menjaga fiduciary relationship dan fiduciary duties antara yayasan dengan organ
yayasan sehingga conflict of interest antara kepentingan yayasan dengan kepentingan pribadi organ yayasan dapat terhindar.
95
1. Pembina
Menurut Pasal 28 ayat 1 UU Yayasan, pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau
pengawas oleh undang-undang ini atau anggaran dasar. Adapun kewenangan pembina menurut Pasal 28 ayat 2 UU Yayasan adalah sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai perubahan anggaran dasar;
b. Pengangkatan dan pemberhentian anggota pengurus dan anggota
pengawas; c.
Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan anggaran dasar yayasan; d.
Pengesahan program kerja dan rancangan anggaran tahunan yayasan; dan
94
Chatamarrasjid Ais I,Op.Cit., hlm. 66.
95
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 94.
Universitas Sumatera Utara
e. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.
Memperhatikan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh pembina yayasan, kita dapat mengetahui bahwa pembina yayasan merupakan organ
yayasan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam yayasan. Selain itu, ia juga mempunyai tugas utama memonitor usaha pencapaian maksud dan tujuan yayasan
dengan mengadakan rapat tahunan untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban yayasan selama tahun yang lampau, serta pemeriksaan dan
pengesahan laporan tahunan yang disusun oleh pengurus dan ditandatangani oleh pengurus dan pengawas.
96
Pembina tidak harus selalu pendiri yayasan, dengan kata lain tidak semua pembina adalah pendiri yayasan, sebab pembina dapat juga yang bukan pendiri,
tetapi mereka diangkat berdasarkan keputusan rapat anggota pembina, atau mereka yang diangkat berdasarkan rapat gabungan seluruh anggota pengurus,
anggota pengawas, jika yayasan tidak lagi mempunyai pembina, tetapi semua pendiri otomatis menjadi pembina yayasan. Anggota pembina dapat dicalonkan
oleh pengurus atau pengawas.
97
Menurut ketentuan Pasal 29 UU Yayasan, anggota pembina tidak boleh merangkap sebagai anggota pengurus danatau anggota pengawas. Hal ini diatur
untuk mencegah terjadinya kepentingan yang bertentangan dan mempertegas tanggung jawab masing-masing anggota.
2. Pengurus
Pengurus merupakan organ eksekutif dalam yayasan, karena pengurus yang melakukan pengurusan baik di dalam dan di luar yayasan. Pengurus
96
Ibid. , hlm. 95.
97
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 212.
Universitas Sumatera Utara
menjalankan roda yayasan untuk mencapai maksud dan tujuannya.
98
Pasal 31 ayat 2 UU Yayasan menyebutkan bahwa yang dapat diangkat menjadi pengurus
adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum. Menurut ketentuan Pasal 35 ayat 1 UU Yayasan, pengurus yayasan
bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan serta berhak mewakili yayasan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Setiap pengurus harus menjalankan tugasnya dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan, sehingga apabila
pengurus dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dan mengakibatkan kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga, maka setiap
pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi. Pengurus dalam melakukan tugasnya berdasarkan kepercayaan yang
diberikan oleh pembinapendiri, jadi harus berbuat bonafide, untuk kepentingan yayasan secara keseluruhan dan bukanlah untuk kepentingan pribadi organ
yayasan, serta harus sesuai dengan tujuan dan maksud yayasan. Apabila pengurus berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri, atau pihak ketiga, atau
merugikan yayasan, perbuatan tersebut memperlihatkan tidak adanya iktikad baik dari pengurus tersebut.
99
Anggota pengurus bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian akibat kepailitan yang terjadi karena kesalahan atau
kelalaian pengurus, kecuali pengurus dapat membuktikannya. Ini dikenal dengan prinsip duty of skill and care.
98
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 82.
99
Chatamarrasjid Ais I,Op.Cit., hlm. 108.
Universitas Sumatera Utara
Adapun prinsip-prinsip dalam doktrin fiduciary duty adalah sebagai berikut:
100
a. Pengurus di dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya untuk
kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan yayasan the confilct rule.
b. Pengurus tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai pengurus
untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan yayasan the profit rule.
c. Pengurus tidak boleh mempergunakan atau menyalahgunakan milik
yayasan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga misappropriation rule.
Namun, anggota pengurus berdasarkan ketentuan Pasal 36 UU Yayasan tidak berwenang mewakili yayasan apabila terjadi perkara di depan pengadilan
antara yayasan dengan anggota pengurus yang bersangkutan atau anggota pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan yayasan, sehingga yang berhak mewakili yayasan ditetapkan dalam anggaran dasar.
Pengurus tidak berwenang untuk mengikat yayasan sebagai penjamin hutang, mengalihkan kekayaan yayasan kecuali dengan persetujuan pembina dan
membebani kekayaan yayasan untuk kepentingan pihak lain. Pada anggaran dasar dapat dibatasi kewenangan pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk
dan atas nama yayasan. Selain itu, berdasarkan Pasal 38 UU Yayasan, yayasan dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan
100
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yayasan, pembina, pengurus, danatau pengawas yayasan, atau seseorang yang bekerja pada yayasan kecuali perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya
maksud dan tujuan yayasan. 3.
Pengawas Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas melakukan pengawasan
serta memberi nasihat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Yayasan memiliki pengawas sekurang-kurangnya 1 satu orang pengawas yang
wewenang, tugas, dan tanggung jawabnya diatur dalam anggaran dasar. Larangan rangkap jabatan juga diberlakukan bagi pengawas, dimana berdasarkan ketentuan
Pasal 40 ayat 4 UU Yayasan bahwa pengawas dilarang merangkap jabatan sebagai pembina atau pengurus.
Seperti juga pengurus, maka pengawas pun harus melakukan tugasnya sesuai dengan “fiduciary duty”.
101
Pengawas berdasarkan ketentuan Pasal 42 UU Yayasan, wajib dengan iktikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas
untuk kepentingan yayasan. Pengawas di dalam melakukan tugasnya haruslah berdasarakan “duty of skill and care”, yaitu harus berdasarkan kecakapan dan
kehati-hatian yang seharusnya dimiliki oleh seorang Pengawas.
102
Pada ketentuan Pasal 47 disebutkan bahwa dalam hal kepailitan pengawas oleh karena kesalahan
dan kelalaiannya, maka anggota pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Namun, apabila dapat membuktikannya, maka
anggota pengawas tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng terhadap kerugian tersebut.
101
Ibid ., hlm. 19.
102
Ibid. , hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
D.
Landasan Hukum Penyertaan Modal oleh Yayasan pada Perseroan Terbatas
Yayasan dalam menjalankan fungsinya sehingga dapat mencapai tujuannya yang filantropis membutuhkan dana yang cukup. Pada akhirnya di
dalam UU Yayasan, dimungkinkan bagi yayasan untuk melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan
badan usaha danatau ikut serta dalam suatu badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan. Kegiatan usaha yayasan ini tidak boleh
bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, danatau peraturan perundang- undangan di Indonesia. Jadi penekanannya bukan pada keuntungan profit
melainkan pada kemanfaatan benefit.
103
Berdasarkan Pasal 3 Ayat 1 UU Yayasan, yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang maksud dan tujuan yayasan. Pada penjelasan
Pasal 3 Ayat 1 UU Yayasan ditegaskan bahwa yayasan tidak digunakan sebagai wadah usaha dan yayasan tidak dapat melakukan kegiatan usaha secara langsung
tetapi harus melalui badan usaha yang didirikannya atau melalui badan usaha lain dimana yayasan menyertakan kekayaannya.
Sejalan dengan ketentuan Pasal 3 Ayat 1 UU Yayasan, maka pada Pasal 7 Ayat 1 dan Ayat 2 serta Pasal 8 ditegaskan lebih lanjut mengenai kegiatan
usaha yang dapat dilakukan yayasan secara tidak langsung. Pada ketentuan Pasal 7 Ayat 1 dan Ayat 2 UU Yayasan dapat diketahui bahwa kegiatan usaha yang
dapat dilakukan yayasan sebagai berikut: 1.
Mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan;
103
Anwar Borahima, Op.Cit., hlm. 105.
Universitas Sumatera Utara
2. Melakukan penyertaan modal dalam berbagai bentuk usaha yang bersifat
prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen dari seluruh nilai kekayaan yayasan.
Pada penjelasan Pasal 8 UU Yayasan ditegaskan bahwa kegiatan usaha dari badan usaha yayasan mempunyai cakupan yang luas, termasuk antara lain
hak asasi manusia, kesenian, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan, dan ilmu pengetahuan. Mendirikan badan usaha
artinya mendirikan perusahaan. Yayasan mendirikan perusahaan, dengan maksud perusahaan itu yang mencari keuntungan. Yayasan mencari keuntungan melalui
perusahaan yang didirikan. Yayasan berkedudukan sebagai pendiri perusahaan. Yayasan tidak mengurus atau mengelola langsung perusahaan. Perusahaan diurus
pihak lain dalam menjalankan usahanya. Perusahaan yang didirikan dapat berbentuk perusahaan perseorangan seperti membuka toko atau usaha dagang,
firma, CV, atau PT.
104
Usaha tersebut tentu saja tidak dikelola langsung oleh yayasan karena hal itu bertentangan dengan fungsinya sebagai badan hukum yang bertujuan sosial,
kemanusiaan dan keagamaan. Badan usaha tersebut harus dikelola secara profesional oleh tenaga-tenaga profesional dengan manajemennya sendiri
sebagaimana halnya badan usaha komersial pada umumnya.
105
Jika yayasan mendirikan perusahaan, maka setidaknya terdapat dua lembaga, yaitu lembaga yayasan dan lembaga perusahaan. Kedua lembaga ini
dilihat dari segi yuridis adalah terpisah karena masing-masing berdiri sendiri- sendiri. Kedudukan yayasan tidak lebih dari pihak pendiri perusahaan saja.
104
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 114.
105
Diambil dari
http:yosafatigulo.blogspot.com201303menggali-dana-yayasan- dengan-mendirikan.html, Diakses Pada Tanggal 23 Maret 2014.
Universitas Sumatera Utara
Namun, dilihat dari segi ekonomi, kedua lembaga tersebut merupakan satu kesatuan yang erat kaitannya. Yayasan selaku pendiri akan terus memperhatikan
kehidupan perusahaannya karena keuntungan yang diperoleh perusahaan sebagian menjadi kekayaan yayasan yang digunakan untuk membiayai kegiatan yayasan.
Sebaliknya perusahaan juga demikian, ketika perusahaan maju dalam berbisnis tetapi kekurangan modal, perusahaan akan meminta bantuan kepada pendirinya.
106
Jika dikaitkan dengan menjalankan kegiatan komersial, yayasan juga diperkenankan untuk melakukan penyertaan investasi di perusahaan atau badan
usaha lain yang bersifat prospektif. Salah satu bentuk penyertaan modal yayasan adalah dalam perseroan terbatas. Jumlah investasi yayasan ini maksimum 25
dari jumlah seluruh kekayaan yayasan. Misalnya, yayasan Cipta Mandiri yang bergerak di bidang pendidikan manajemen memiliki harta kekayaan senilai Rp 16
Milyar. Yayasan tersebut kemudian menanamkan sebagian hartanya dalam perusahaan pompa bensin. Menurut ketentuan UU Yayasan, Yayasan Cipta
Mandiri diperkenankan melakukan penyertaan maksimum 25 dari total kekayaannya. Maka, jumlah maksimum investasi yang diperkenankan adalah Rp
4 Milyar 25 X Rp 16 Milyar. Ketentuan ini dimaksudkan agar kegiatan pokok yang bersifat sosial yayasan tidak terganggu oleh kegiatan komersialnya atau
yayasan tersebut tidak dikatakan sebagai semata-mata berorientasi pada laba.
107
Pembatasan tersebut dimaksudkan agar kekayaan yayasan jangan sampai dipakai untuk kepada kepentingan penyertaan modal usaha tersebut, sedangkan
pencapaian tujuan yayasan akan menjadi kurang diperhatikan. Pembatasan yang
106
Ibid ., hlm. 115.
107
Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 131.
Universitas Sumatera Utara
diberikan oleh UU Yayasan lebih rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, oleh karena :
108
a. Pembatasan yang diberikan dalam UU Yayasan;
b. Pembatasan yang diberikan dalam UU Yayasan dibuat dengan
memperhatikan nilai kekayaan yayasan secara keseluruhan; c.
Pembatasan yang diberikan memungkinkan yayasan berkembang secara pesat untuk mencapai maksud dan tujuannya;
d. Pembatasan yang diberikan mencegah penyimpangan jalannya kegiatan
yayasan di luar maksud dan tujuan yayasan. Filosofi modern dari yayasan menekankan bahwa dana yang dimilikinya
merupakan modal ventura dari filantropi, terbaik bila ditanamkan dalam perusahaan yang menghasilkan keuntungan dan sebaiknya tidak lagi hidup dari
sokongan pemerintah atau sumbangan masyarakat.
109
Sebuah yayasan selaku badan hukum yang memiliki sejumlah saham pada perseroan terbatas, maka setiap
tahunnya jika perseroan itu memperoleh keuntungan, sebagai pemegang saham akan memperoleh deviden. Deviden yang diterima itu merupakan pemasukan
yayasan sebagai kekayaan yayasan.
110
Ketentuan di dalam pasal-pasal di atas menghapuskan kontroversi apakah yayasan boleh melakukan kegiatan usaha atau mendirikan suatu badan usaha.
Yayasan boleh memperoleh laba dengan melakukan berbagai kegiatan usaha, sejauh laba yang diperoleh dipergunakan untuk tujuan idealistis, sosial, dan
kemanusiaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar yayasan tidak bergantung selamanya pada bantuan dan sumbangan. Seandainya yayasan
108
Gunawan Widjaja I,Op.Cit. hlm. 26.
109
Chatamarrasjid Ais I, Op.Cit., hlm. 94.
110
Gatot Supramono, Op.Cit., hlm. 73.
Universitas Sumatera Utara
memiliki cukup dana untuk mencapai tujuan sosial dan kemanusiaannya, dengan sendirinya yayasan tersebut tidak perlu melakukan kegiatan usaha.
111
Keuntungan dari kegiatan komersial ini akan menjadi sumber tambahan penerimaan kas bagi
yayasan, dan keuntungan ini tidak boleh dibagikan kepada pembina, pengurus dan pengawas.
112
Ini sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat 2 UU Yayasan.
E.
Kedudukan Yayasan dalam Penyertaan Modal pada Perseroan Terbatas
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat 2 UU Yayasan, yayasan dapat
melakukan penyertaan dalam bentuk usaha yang bersifat prospektif dengan ketentuan seluruh penyertaan tersebut paling banyak 25 dua puluh lima persen
dari seluruh nilali kekayaan yayasan. Salah satu bentuk penyertaan yang dapat dilakukan oleh yayasan adalah penyertaan modal pada sebuah PT.
Melalui investasi modal pada sebuah PT, maka yayasan berkedudukan sebagai pemilik perusahaan atau pemegang saham dan diberikan bukti
kepemilikan atas sejumlah modal berupa saham. Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu PT. Saham sebagai bagian dari modal
mempunyai konsekuensi bagi pemilik saham yaitu mempunyai hak-hak yang melekat kepada saham yang dimilikinya.
113
Pemegang saham bahasa Inggris: shareholder atau stockholder, adalah seseorang atau badan hukum yang secara sah memiliki satu atau lebih saham pada
perusahaan. Para pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan tersebut.
114
Pada prinsipnya setiap individu subjek hukum pribadi yang memiliki kecakapan
111
Chatamarrasjid Ais I, Op.Cit., hlm. 90.
112
Budi Untung, dkk, Op.Cit., hlm. 131.
113
Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 49.
114
Diambil dari http:id.wikipedia.orgwikiPemegang_saham, Diakses Pada Tanggal 08 Maret 2013.
Universitas Sumatera Utara
untuk bertindak dalam hukum dan atau badan hukum yang tidak dikecualikan berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu dapat menjadi pendiri dan
pemegang saham perseroan. Pendiri atau pemegang saham hanya akan menanggung kerugian yang tidak lebih dari bagian penyertaan modal yang telah
disetujuinya untuk diambil bagian, untuk penyelengaraan dan pengelolaan jalannya perseroan dengan baik.
115
Yayasan sebagai badan hukum yang telah menyertakan modal pada PT tanggung jawabnya terbatas pada modalnya.
Yayasan sebagai pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab atas
kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya.
116
Sebagai pemilik dari saham yang telah menyertakan modal dalam PT, maka UU PT telah mengatur hak-hak yang melekat pada yayasan oleh sebab
kepemilikan saham tersebut. Pada ketentuan Pasal 52 ayat 1 UU PT dinyatakan bahwa saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk :
1. Menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS;
2. Menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi;
3. Menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas
ini. Yayasan sebagai pemegang saham akan mendapatkan hak-hak indvidual
serta hak-hak derivatif seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Yayasan juga akan mendapatkan perlindungan hukum apabila kedudukan yayasan
dalam PT sebagai pemegang saham minoritas. UU PT telah mengatur perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas ini, antara lain :
115
Gunawan Widjaja II, Op.Cit., hlm. 65
116
Frans Satrio Wicaksono, Op.Cit., hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
1. Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke
pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi,
danatau dewan komisaris Pasal 61 ayat 1 UU PT 2.
Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui
tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa : a.
Perubahan anggaran dasar; b.
Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih perseroan;
c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. Pasal
62 ayat 1 UU PT. Terlihat dari pasal-pasal di atas pemegang saham minoritas memperoleh
perlindungan, baik kepentingan pribadi pemegang saham maupun kepentingan pemegang saham sebagai bagian dari perseroan, terhadap perbuatantindakan yang
dilakukan oleh organ perseroan. Perlindungan ini berdasarkan hak perseorangan personal rights dan kepentingannya sebagai bagian dari perseroan hak
derivatif.
117
Yayasan yang telah melakukan penyertaan modal pada PT memiliki hak- hak dan kewajiban, serta tanggung jawab terbatas pada PT. Yayasan merupakan
pemilik perusahaan yang juga mendapatkan perlindungan hukum ketika menjadi pemegang saham minoritas dalam sebuah PT.
117
Chatamarrasjid Ais selanjutnya disebut Chatamarrasjid Said II, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-Soal Aktual Hukum Perusahaan
Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 25.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV TANGGUNG JAWAB YAYASAN SEBAGAI PEMEGANG SAHAM
TERKAIT PRINSIP PIERCING THE CORPORATE VEIL
A. Prinsip Piercing the Corporate Veil terhadap Pemegang Saham Menurut