yang dibuat oleh PT.
33
Sebagai badan hukum, PT menyandang hak dan kewajibannya tersendiri, terlepas dari hak dan kewajiban para pemegang saham,
anggota direksi dan komisaris PT sehingga PT dikatakan memiliki sifat tanggung jawab yang terbatas, yaitu terbatas bagi para pemegang saham, anggota direksi
dan komisaris perseroan.
34
Suatu PT secara hukum baru ada sebagai subjek hukum yaitu berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman. Hal ini berarti bahwa sebelum pengesahan itu PT tidak ada atau bukan sebagai subjek hukum.
35
Sebagai badan hukum, orientasi pendirian PT adalah melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan labakeuntungan.
Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan perseroan adalah dalam bidang ekonomi baik industri, perdagangan
maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntunganlaba. Pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki objek tertentu. Objek tersebut
dicerminkan dalam bentuk pendirian perseroan dengan tujuan untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu yang “halal”. Perseroan tidak dapat didirikan dan
dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.
36
B. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas
Sebagai suatu badan hukum, pada prinsipnya PT dapat memiliki segala hak dan kewajiban yang dapat dimiliki oleh setiap orang-perorangan, dengan
pengecualian hal-hal yang bersifat pribadi, yang hanya mungkin dilaksanakan
33
Ibid.
34
Gunawan Widjaja II, Op.Cit., hlm. 1.
35
Hardijan Rusli, Op.Cit., hlm. 25.
36
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 12-13.
Universitas Sumatera Utara
oleh orang-perorangan, seperti yang diatur dalam buku pertama Kitab Undang- Undang Hukum Perdata dan sebagian dari buku kedua Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata tentang kewarisan. Pelaksanaan segala hak dan kewajiban tersebut dilaksanakan oleh organ perseroan dimana ilmu hukum telah
merumuskan fungsi dan tugas dari masing-masing organ perseroan tersebut, yang berbeda satu dengan yang lainnya. Organ-organ tersebut antara lain adalah Rapat
Umum Pemegang Saham, Direksi dan Komisaris.
37
1. Rapat Umum Pemegang Saham RUPS
Sebagaimana diketahui, UU PT tidak lagi mengenal RUPS sebagai organ perseroan yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam perseroan.
38
Pada Pasal 1 angka 4 UU PT dinyatakan pengertian Rapat Umum Pemegang Saham yaitu:
“Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada
Direksi atau Dewan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang- undang ini danatau anggaran dasar.”
Adapun wewenang RUPS yang diberikan oleh UU PT adalah sebagai berikut :
39
a. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan calon pendiri untuk
kepentingan perseroan yang belum didirikan sehingga perbuatan hukum calon pendiri tersebut mengikat perseroan setelah perseroan menjadi badan
hukum Pasal 13 ayat 1 UU PT;
37
Ibid ., hlm. 77.
38
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Organ Perseroan Terbatas Jakarta : Sinar Grafika, 2009, hlm. 3.
39
Ibid ., hlm. 4.
Universitas Sumatera Utara
b. Menyetujui perbuatan hukum yang dilakukan pendiri setelah pendirian PT
namun sebelum PT memperoleh status badan hukum Pasal 14 UU PT; c.
Menyetujui usulan perubahan anggaran dasar perseroan Pasal 19-28 UU PT;
d. Menyetujui penyetoran saham dalam bentuk benda tidak bergerak Pasal
34 ayat 3 UU PT; e.
Menyetujui hak tagih pemegang saham atau kreditor terhadap perseroan sebagai kompensasi penyetoran saham dalam permodalan perseroan Pasal
35 UU PT; f.
Menyetujui maksud perseroan untuk membeli kembali saham buy back yang telah dikeluarkan Pasal 38 UU PT;
g. Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan atas maksud
perseroan untuk membeli kembali saham buy back yang telah dikeluarkan kepada dewan komisaris Pasal 39 UU PT;
h. Menyetujui penambahan modal perseroan yaitu modal dasar, modal
ditempatkan dan modal disetor Pasal 41 ayat 1 UU PT; i.
Menyerahkan kewenangan untuk memberikan persetujuan pelaksanaan keputusan RUPS tentang penambahan modal perseroan kepada dewan
komisaris Pasal 41 ayat 2 UU PT; j.
Menyetujui pengurangan modal perseroan, yaitu modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor Pasal 44 UU PT;
k. Menyetujui pemindahan hak atas saham apabila disyaratkan oleh anggaran
dasar perseroan Pasal 57 ayat 1 huruf b UU PT
Universitas Sumatera Utara
l. Menolak untuk mengesahkan laporan keuangan perseroan yang termasuk
dalam kualifikasi perseroan yang bergerak di bidang pengerahan dana masyarakat atau perseroan yang mengeluarkan surat pengakuan utang atau
perseroan yang merupakan perseroan terbuka atau perseroan merupakan persero atau perseroan yang mempunyai aset danatau jumlah peredaran
usaha paling sedikit Rp 50.000.000.000,00 lima puluh miliar rupiah atau perseroan yang laporan keuangannya wajib diaudit Akuntan Publik
sebagaimana disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, yang mana direksi perseroan tersebut ternyata tidak menyerahkan laporan keuangan
perseroan tersebut kepada akuntan publik untuk diaudit Pasal 68 ayat 1 dan 2 UU PT;
m. Menyetujui laporan tahunan perseroan dan mengesahkan perhitungan
tahunan perseroan Pasal 69 ayat 1 UU PT; n.
Menyetujui penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan Pasal 71 ayat 1 UU PT;
o. Mengatur tata cara pengambilan dividen yang telah dimasukkan ke dalam
cadangan khusus Pasal 73 ayat 2 UU PT; p.
Menyetujui penggabungan merger, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan, pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan pailit,
perpanjangan jangka waktu berdirinya dan pembubaran perseroan Pasal 89 ayat 1 UU PT;
q. Mengangkat anggota direksi Pasal 94 ayat 1 UU PT dan anggota dewan
komisaris Pasal 111 ayat 1 UU PT;
Universitas Sumatera Utara
r. Memberhentikan anggota direksi Pasal 94 ayat 5 jo Pasal 105 ayat 1
UU PT dan anggota dewan komisaris Pasal 115 ayat 5 dan Pasal 119 UU PT;
s. Menetapkan pembatasan atau persyaratan kewenangan direksi Pasal 98
ayat 3 UU PT; t.
Menunjuk pihak di luar anggota direksi dan dewan komisaris Perseroan untuk mewakili perseroan dalam hlm terdapat seluruh anggota direksi dan
dewan komisaris mempunyai benturan kepentingan conflict of interest dengan perseroan Pasal 99 ayat 2 huruf c UU PT;
u. Menyetujui maksud direksi untuk mengalihkan kekayaan atau menjadikan
jaminan utang kekayaan perseroan yang merupakan lebih dari 50 lima puluh persen dari kekayaan bersih perseroan Pasal 102 ayat 1 UU PT;
v. Menyetujui atau menolak rencanamaksud direksi untuk mengajukan
permohonan pailit atas perseroan Pasal 104 ayat 1 UU PT; w.
Mencabut atau menguatkan keputusan dewan komisaris yang memberhentikan sementara anggota direksi Pasal 106 ayat 6 UU PT;
x. Mengangkat komisaris independen Pasal 120 ayat 2 UU PT;
y. Menyetujui rancangan penggabungan yang disusun direksi dan
sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dewan komisaris perseroan Pasal 123 ayat 3 UU PT;
z. Menunjuk likuidator Pasal 142 ayat 3 jo Pasal 145 ayat 2 UU PT;
2. Direksi
Salah satu organ yang cukup penting dalam menjalankan kegiatan PT adalah direksi. Direksi disebut cukup penting karena direksilah yang
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan perusahaan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak berlebihan jika masyarakat berpandangan posisi direksi dalam suatu perusahaan identik dengan
pemilik perusahaan. Pandangan yang demikian tidaklah sepenuhnya dapat disalahkan, terlebih lagi dalam PT Tertutup dimana pemegang sahamnya
didominasi oleh kalangan keluarga, hampir dapat dipastikan yang duduk di posisi direksi pun adalah dari kalangan pemilik perusahaan sendiri.
40
Menurut Pasal 1 angka 5 UU PT yang dimaksud dengan direksi adalah sebagai berikut:
“Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
dasar.” Defenisi di atas memperlihatkan bahwa istilah tugas, wewenang, dan
tanggung jawab direksi hampir memiliki arah dan maksud yang sama, yaitu melakukan pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan dalam
anggaran dasar perseroan dan mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Ada tiga macam tanggung jawab anggota direksi yang diatur dalam
Pasal 97 UU PT, yaitu seperti berikut : 1.
Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik. 2.
Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
40
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan Tentang Perseroan Terbatas Bandung : Nuansa Aulia, 2006, hlm. 43.
Universitas Sumatera Utara
3. Bertanggung jawab secara renteng dalam hal direksi terdiri atas dua orang
atau lebih atas kerugian yang sama seperti pada poin 2 di atas.
41
Ada beberapa kewajiban direksi yang ditetapkan oleh UU PT, antara lain sebagai berikut :
42
1. Direksi wajib :
a. Membuat daftar pemegang saham, daftar khusus, risalah RUPS dan
risalah rapat direksi. b.
Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan perseroan. c.
Memelihara seluruh daftar, risalah dan dokumen keuangan perseroan. 2.
Anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai saham yang dimiliki anggota anggota direksi yang bersangkutan dan atau keluarganya
dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar khusus. Anggota direksi yang tidak melaksanakan kewajiban dimaksud dan
menimbulkan kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan tersebut.
3. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk mengalihkan kekayaan
perseroan atau menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan, yang merupakan lebih dari lima puluh persen jumlah kekayaan bersih perseroan
dalam satu transaksi atau lebih, baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak.
4. Direksi wajib mendaftarkan dalam daftar perusahaan, seperti berikut :
a. Akta Pendirian beserta surat pengesahan menteri Hukum dan HAM.
41
Mulhadi, Op.Cit., hlm. 103.
42
Ibid ., hlm. 104.
Universitas Sumatera Utara
b. Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta surat persetujuan Menteri
Hukum dan HAM untuk perubahan yang bersifat mendasar. c.
Akta Perubahan Anggaran Dasar beserta pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan HAM untuk perubahan lainnya.
3. Dewan komisaris
Dewan komisaris menurut Pasal 1 angka 6 UU PT adalah sebagai berikut:
“Dewan komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta
memberi nasihat kepada direksi. ”
Dewan komisaris mempunyai tanggung jawab melakukan pengawasan dan memberi nasihat kepada direksi. Pengawasan tersebut ditujukan atas kebijakan
pengurusan perseroan, dan jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan. Pengawasan dan pemberian nasihat tersebut
dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Pengawasan dan pemberian nasihat yang dilakukan oleh dewan
komisaris tidak untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu, tetapi untuk kepentingan perseroan secara menyeluruh dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
43
Ada beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh dewan komisaris yaitu sebagai berikut :
44
a. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya.
Risalah rapat dewan komisaris memuat segala sesuatu yang dibicarakan
43
Ibid ., hlm. 106.
44
Ibid., hlm. 108.
Universitas Sumatera Utara
dan diputuskan dalam rapat tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan salinannya adalah salinan risalah rapat dewan komisaris karena risalah asli
tersebut dipelihara direksi. b.
Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan saham atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain. Demikian juga
dengan setiap perubahan dalam kepemilikan saham tersebut wajib juga dilaporkan.
c. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan
selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS. Laporan dewan komisaris mengenai hal ini dicatat dalam daftar khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 50 ayat 2 UU PT. Berdasarkan anggaran dasar atau keputusan RUPS, dewan komisaris
punya kewajiban dapat melakukan tindakan pengurusan perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu. Dewan komisaris yang dalam keadaan dan
waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 118 ayat 1 berlaku semua ketentuan, wewenang, dan kewajiban direksi terhadap
perseroan dan pihak ketiga.
45
C. Saham sebagai Bukti Kepemilikan