relevan dan dapat digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam menyusun skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dari penulisan skripsi ini dilakukan melalui teknik studi pustaka yaitu mengumpulkan, mempelajari, menganalisa dan membandingkan
buku-buku yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Selain itu, pengumpulan data dilakukan juga melalui media elektronikinternet.
4. Analisis data
Metode analis data yang digunakan penulis adalah metode kualitatif dimana data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelesan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Penggungaan metode
kualitatif akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif analistik.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab untuk mempermudah penulisan dan penjabaran dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan,
tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan spesifikasi penelitian yang berkaitan dengan pembahasan tanggung jawab yayasan
sebagai pemegang saham melalui penyertaan modal dalam PT dikaitkan dengan prinsip piercing the corporate veil.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM PADA PERSEROAN
TERBATAS
Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah pengertian perseroan terbatas sebagai badan hukum, organ-organ dalam
perseroan terbatas, saham sebagai bukti kepemilikan, jenis-jenis kepemilikan saham dalam perseroan terbatas dan prinsip-prinsip
umum terkait kepemilikan saham. BAB III
KEDUDUKAN YAYASAN DALAM PENYERTAAN MODAL PADA PERSEROAN TERBATAS
Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah pengertian yayasan sebagai badan hukum nirlaba, kekayaan yayasan, organ-organ
yayasan, landasan hukum penyertaan modal oleh yayasan pada perseroan terbatas, kedudukan yayasan dalam penyertaan modal
pada perseroan terbatas. BAB IV
TANGGUNG JAWAB YAYASAN SEBAGAI PEMEGANG SAHAM TERKAIT PRINSIP PIERCING THE CORPORATE
VEIL
Pada bab ini yang menjadi pembahasan adalah prinsip piercing the corporate veil
terhadap tindakan pemegang saham menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, tanggung jawab yayasan sebagai pemegang saham terkait prinsip
piercing the
corporate veil
, akibat
hukum pertanggungjawaban pribadi yayasan terhadap kekayaan yayasan.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran menyangkut permasalahan yang ada dalam penulisan ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II PENGATURAN KEPEMILIKAN SAHAM PADA
PERSEROAN TERBATAS A. Perseroan Terbatas sebagai Badan Hukum
Pada ketetuan Pasal 1 UU PT disebutkan apa yang dimaksud dengan Perseroan Terbatas, yaitu :
“Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya.”
Melalui batasan yang diberikan tersebut di atas ada lima hal pokok yang dapat kita kemukakan di sini :
27
1. Perseroan terbatas merupakan suatu badan hukum;
2. Didirikan berdasarkan perjanjian;
3. Menjalankan usaha tertentu;
4. Memiliki modal yang terbagi dalam saham-saham;
5. Memenuhi persyaratan undang-undang.
Ilmu hukum mengenal dua macam subjek hukum, yaitu subjek hukum pribadi orang perorangan dan subjek hukum berupa badan hukum. Terhadap
masing-masing subjek hukum tersebut berlaku ketentuan hukum yang berbeda satu dengan yang lainnya, meskipun dalam hal-hal tertentu terhadap keduanya
dapat diterapkan suatu aturan yang berlaku umum.
28
27
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas Jakarta : Rajagrafindo Persada, 2000, hlm. 7.
28
Ibid ., hlm. 8.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu ciri khas yang membedakan subjek hukum pribadi dengan subjek hukum berupa badan hukum adalah saat lahirnya subjek hukum tersebut,
yang pada akhirnya akan menentukan saat lahirnya hak-hak dan kewajiban bagi masing-masing subjek hukum tersebut. Pada subjek hukum pribadi, status subjek
hukum dianggap telah ada bahkan pada saat pribadi orang perseorangan tersebut berada dalam kandungan Pasal 1 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata. Keberadaan status badan hukum baru diperoleh setelah adanya pengesahan dari pejabat yang berwenang, yang memberikan hak-hak, kewajiban
dan harta kekayaan sendiri bagi badan hukum tersebut, terlepas dari hak-hak, kewajiban dan harta kekayaan para pendiri, pemegang saham, maupun para
pengurusnya.
29
Pada UU PT ditegaskan bahwa perseroan merupakan badan hukum yang hidup karena undang-undang menghendaki. Sejalan dengan hal tersebut, Yahya
Harahap menyebutkan bahwa PT sebagai badan hukum adalah makhluk hukum a creature of law
. Hal ini berbeda dengan KUHD yang tidak tegas menyebutkan suatu perseroan merupakan badan hukum.
30
Sebagai badan hukum, perseroan memenuhi unsur-unsur badan hukum seperti yang ditentukan dalam UU PT. Unsur-unsur tersebut adalah :
31
1. Organisasi yang teratur
Organisasi yang teratur ini dapat diketahui dari adanya organ perusahaan yang terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, direksi, dan
komisaris Pasal 1 angka 2 UU PT. Keteraturan organisasi perseroan dapat
29
Ibid.
30
Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi
Bogor : Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 14.
31
Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
diketahui melalui ketentuan UU PT, anggaran dasar perseroan, keputusan Rapat Umum Pemegang Saham, keputusan dewan komisaris, keputusan
direksi dan peraturan-peraturan perusahaan lainnya yang dikeluarkan dari waktu ke waktu.
2. Harta kekayaan sendiri
Memiliki harta kekayaan tersendiri yang dicatatkan atas namanya sendiri dan pertanggungjawaban sendiri atas setiap tindakan, perbuatan, termasuk
perjanjian yang dibuat. 3.
Melakukan hubungan hukum sendiri Sebagai badan hukum, perseroan melakukan sendiri hubungan hukum dengan
pihak ketiga yang diwakili oleh pengurus yang disebut direksi dan komisaris. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Direksi berada dalam pengawasan dewan
komisaris di dalam melaksanakan kegiatannya, yang dalam hal-hal tertentu “membantu” direksi dalam menjalankan tugasnya tersebut.
4. Mempunyai tujuan sendiri
Tujuan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar perseroan. Tujuan utama perusahaan
adalah memperoleh
keuntunganlaba karena
perseroan menjalankan perusahaan.
Perseroan terbatas dapat dipersamakan dengan Limited Liability Company yang oleh Bainbridge memiliki ciri-ciri:
32
32
Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Op.Cit., hlm. 15-16.
Universitas Sumatera Utara
1. Associates; pendirian Limited Liability Company LLC, didasarkan pada
berkumpulnya subjek hukum dan berkumpulnya modal; 2.
A business purpose; pendirian dari LLC, harus ditujukan untuk kepentingan mencari keuntungan;
3. Continuity of life; hidupnya LLC terpisah dari hidupnya para pengurus
management, pergantian manajemen tidak mengakibatkan kematian dari LLC;
4. Centralization of management; pendiri LLC terpisah dari LLC sebagai legal
entity , dalam penyelenggaraan kegiatan LLC, pendiri tidak dapat mencampuri
manajemen dari perseroan; 5.
Limited liability; LLC secagai legal entity, memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari pendirinya dan bersifat mandiri, oleh karena itu pendiri sebagai
pemegang saham terbatas tanggung jawabnya pada saham yang dimilikinya; 6.
Free transferability of ownership; kepemilikan atas saham suatu LLC adalah tidak diam, tetapi dapat diperdagangkan dan dialihkan kepada pihak lain,
sehingga kepemilikan atas saham suatu LLC tidak selalu dimiliki oleh pendiri.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui ciri pokok dari PT, yaitu mempunyai kekayaan sendiri, ada para pemegang saham yang bertindak
sebagai pemasok modal, tanggung jawabnya tidak melebihi modal yang disetor, harus ada pengurusan yang terorganisir guna mewakili perseroan dalam
menjalankan aktivitasnya dalam lalu lintas hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan serta tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan-perikatan
Universitas Sumatera Utara
yang dibuat oleh PT.
33
Sebagai badan hukum, PT menyandang hak dan kewajibannya tersendiri, terlepas dari hak dan kewajiban para pemegang saham,
anggota direksi dan komisaris PT sehingga PT dikatakan memiliki sifat tanggung jawab yang terbatas, yaitu terbatas bagi para pemegang saham, anggota direksi
dan komisaris perseroan.
34
Suatu PT secara hukum baru ada sebagai subjek hukum yaitu berstatus badan hukum setelah akta pendiriannya mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman. Hal ini berarti bahwa sebelum pengesahan itu PT tidak ada atau bukan sebagai subjek hukum.
35
Sebagai badan hukum, orientasi pendirian PT adalah melakukan kegiatan usaha yang menghasilkan labakeuntungan.
Melakukan kegiatan usaha artinya menjalankan perusahaan. Kegiatan usaha yang dilakukan perseroan adalah dalam bidang ekonomi baik industri, perdagangan
maupun jasa yang bertujuan memperoleh keuntunganlaba. Pendirian perseroan sebagai suatu bentuk perjanjian wajib memiliki objek tertentu. Objek tersebut
dicerminkan dalam bentuk pendirian perseroan dengan tujuan untuk menjalankan kegiatan usaha tertentu yang “halal”. Perseroan tidak dapat didirikan dan
dijalankan jika ia tidak memiliki tujuan dan kegiatan usaha yang jelas.
36
B. Organ-Organ dalam Perseroan Terbatas