Umur Riwayat Penyakit Kebiasaan Merokok

20 Pada obstruksi saluran nafas yang serius, yang sering terjadi pada asma akut, kapasitas ini dapat berkurang menjadi kurang dari 20. Budiono, 2007.

2.7. Karakteristik Pekerja

2.7.1. Umur

Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru, ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru yang lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik maksimal pada usia dewasa muda. Kekuatan otot maksimal pada umur 20-40 tahun dan akan berkurang sebanyak 20 setelah usia 40 tahun Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik Prasetyo, 2010. Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar 30 kali permenit. Walaupun orang dewasa penurunan frekuensi pernapasan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi akan tetapi kapasitas vital paru pada orang dewasa lebih besar dibandingkan dengan anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan Universitas Sumatera Utara 21 bisa bertambah cepat dan sebaliknya Syaifuddin, 1996. Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.

2.7.2. Riwayat Penyakit

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit Prasetyo, 2010. Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan menyebabkan pneumonokiosis dan salah satu pencegahan yang dapat dilakukan dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja Suma’mur, 2009.

2.7.3. Kebiasaan Merokok

Menurut Hood Alsagaff 1992, merokok dapat menimbulkan kelainan paru antara lain, bronkitis kronis, kanker paru dan sebagainya. Penyakit paru obstruktif menahun PPOM sering kali tidak dapat didiagnosis hanya dengan pemeriksaan jasmani dan foto toraks. Sedangkan anamnesa juga sering kali tidak informatif. Oleh karena itu faal paru di sini memegang peranan yang penting sebelum terjadinya emfisemma yang irreversibel. Dalam satu penelitian dikatakan bahwa 5-10 tahun sebelum terjadinya hiperinflasi, sudah didapatkan gangguan faal paru. Pada perokok yang berumur lebih dari 40 tahun, apabila pada pemeriksaan pertama telah diketahui adanya faal paru yang abnormal, maka sebaiknya diulang secara rutin setiap tahun. Apabila pemeriksaan pertama masih normal, pemeriksaan ulang dapat 3 tahun sekali dilakukan. Menurut Amin 1996, rokok merupakan faktor risiko PPOM yang utama. Asap rokok dapat mengganggu aktivitas bulu getar saluran pernapasan, fungsi Universitas Sumatera Utara 22 makrofag dan mengakibatkan hipertrofi kelenjar mukosa. Pengidap PPOM yang merokok mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi 6,9-25 kali dibandingkan dengan bukan perokok. Risiko PPOM yang diakibatkan oleh rokok empat kali lebih besar daripada bukan perokok. Adapun untuk mengukur derajat berat merokok biasanya dilakukan dengan menghitung indeks Brinkman, yaitu perkalian antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap setiap hari kemudian dikalikan dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang dihasilkan dalam perhitungan tersebut akan dimasukkan dalam tiga katergori, yaitu: Ringan : 0-200 Sedang : 200-600 Berat : 600 Karabella, 2011.

2.7.4. Penggunaan Alat Pelindung diri

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Pengolahan Batu Split PT. Indonesia Putra Pratama Cilegon Tahun 2015

2 10 133

Faktor – faktor yang berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) pada pekerja di industri percetakan Mega Mall Ciputat tahun 2013

4 23 154

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU DAN KAPASITAS VITAL PAKSA ANTARA QORI’ DAN NON QORI’ DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Perbedaan Kapasitas Vital Paru Dan Kapasitas Vital Paksa Antara Qori’ Dan Non Qori’ Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

1 3 13

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU DAN KAPASITAS VITAL PAKSA ANTARA QORI’ DAN NON QORI’ DI UNIVERSITAS Perbedaan Kapasitas Vital Paru Dan Kapasitas Vital Paksa Antara Qori’ Dan Non Qori’ Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 19

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN BUKAN PEKERJA PABRIK Perbedaan Nilai Kapasitas Vital Paksa pada Laki-Laki antara Pekerja Pabrik dan Bukan Pekerja Pabrik Di Sukoharjo.

0 4 15

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VITAL PAKSA PADA LAKI-LAKI ANTARA PEKERJA PABRIK DAN BUKAN PEKERJA PABRIK Perbedaan Nilai Kapasitas Vital Paksa pada Laki-Laki antara Pekerja Pabrik dan Bukan Pekerja Pabrik Di Sukoharjo.

0 2 13

HUBUNGAN ANTARA KAPASITAS VITAL PAKSA DENGAN Hubungan Antara Kapasitas Vital Paksa dengan Kualitas Hidup Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis.

0 3 10

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PEKERJA GARMENT PT. VINSA Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Garment PT. Vinsa Mandira Utama Sukoharjo.

0 0 13

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN KAPASITAS VITAL PAKSA PARU PADA PEKERJA GARMENT PT. VINSA Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kapasitas Vital Paksa Paru pada Pekerja Garment PT. Vinsa Mandira Utama Sukoharjo.

0 2 22

Hubungan Paparan Debu dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bagian Produksi Kawasan Industri Peleburan Logam Pesarean Tegal.

0 0 1