16
paru setiap tahun, pada mereka yang abnormal, jangka waktu pemeriksaan ulangan dapat diperpendek.
2.5. Inhalasi Zat Toksik Di Tempat Kerja
Penyakit paru kerja adalah penyakit atau kerusakan paru disebabkan oleh debu, asap, gas berbahaya yang terhirup oleh pekerja di tempat kerja.
Berbagai penyakit paru dapat terjadi tergantung jenis paparannya. Riwayat pekerjaan yang akurat dan terperinci merupakan kunci yang penting dalam
menegakkan diagnosis penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan. Bahan-bahan yang terhirup di tempat kerja dapat berupa gas, uap dan
debu. gas dan uap bila dihirup ke dalam paru akan menimbulkan efek iritasi dan efek toksik. Umunya zat yang mempunyai daya larut dalam air yang besar,
mempunyai efek iritasi di daerah saluran napas bagian atas sedangkan yang mempunyai daya larut dalam air yang rendah mempunyai efek yang besar di
daerah saluran pernapasan bagian bawah, apalagi yang tidak mempunyai bau sama sekali.
Efek toksik dan iritasi dapat terjadi secara akut dan kronik. Yang akut, efek iritasi disebabkan karena rangsangan pada reseptor saraf mukosa saluran
pernapasan yang menimbulkan rasa sakit sehingga timbul refleks penghambatan pernapasan yaitu penyempitan bronkus dan refleks batuk
Yunus, 1992
2.6. Alat-Alat Ukur Faal Paru
Universitas Sumatera Utara
17
Beberapa alat paru adalah sebagai be
1. Spirometer basah w Terdiri dari:
a. Spirometer collins, de b. Steads wells, dengan k
c. Goddart, dengan kap d. Krogh, dengan kapa
e. Tissot, dengan kapas 2. Spirometer kering w
Terdiri dari: a. Spirometer wedge, de
b. Spirometer piston r c. Auto spirometer Hood,
Sumber: Dorc
17
alat ukur yang dapat dipergunakan dalam pemeri gai berikut:
h water filled
ns, dengan kapasitas 9 dan 13,5 liter ngan kapasitas 10 liter
n kapasitas 9 liter pasitas 2,5 dan 10 liter
pasitas 12 liter waterless
dge, dengan kapasitas 10 liter. on rolling seal.
Hood, 1992.
Dorce Mengkidi, 2006. Gambar 2. 2 : Spirometer
17
eriksaan faal
Universitas Sumatera Utara
18
Menurut Amin 1996, ada beberapa interpretasi fungsi paru yang biasa dibuat di klinik, yaitu sebagai berikut:
a. Obstruktif kelainan pada ekspirasi Adalah hambatan aliran udara karena adanya sumbatan atau penyempitan
saluran nafas. Kelainan obstruktif akan mempengaruhi kemampuan ekspirasi yang ditandai dengan penurunan pada FEV1, vital capacity.
b. Kelainan restriktif kelainan pada inspirasi Adalah gangguan pada paru yang menyebabkan kekakuan paru sehingga
membatasi pengembangan paru-paru. Gangguan restriktif mempengaruhi kemampuan inspirasi yang ditandai dengan penurunan pada vital capacity,
residu volume. c. Mix Campuran
Gabungan antara obstruksi dan restriktif. Oleh karena itu untuk menetapkan lokasi dari kelainan ini beberapa tes
perlu dilakukan antara lain: a. Kapasitas Vital Vital Capacity
b. Aliran Udara Ekspirasi Expiratory Air Flow c. Fungsi Difusi
d. Analisis Gas Dasar pemeriksaan fungsi paru-paru, terbagi dua yaitu nilai restriktif
dan nilai obstruktif, kriterianya seperti pada tebel berikut:
Tabel 2.1 Nilai Restriktif
Universitas Sumatera Utara
19
No ‘FEVFVC
FVC Kesimpulan
1
80 Normal
2 75
60-79 Restriktif ringan
3 30-59
Reskriktif sedang
4 30
Reskriktif berat Sumber : Budiono, 2007
Tabel 2.2 Nilai Obstruktif No
FEVFVC FVC
Kesimpulan 1
75 Normal
2 75
60-74 Obstruktif
ringan
3 30-59
Obstruktif sedang
4
30 Obstruktif berat
Sumber :Budiono, 2007 Volume udara ini dalam keadaan normal nilainya kurang lebih sama
dengan kapasitas vital. Pada penderita obstruktif saluran nafas akan mengalami pengurangan yang jelas karena penutupan pengatur saluran nafas. Dalam
melakukan kapasitas vital paksa tekniknya mula-mula orang tersebut inspirasi maksimal sampai kapasitas paru total, kemudian ekspirasi ke dalam spirometer
dengan ekspirasi maksimal paksa secepatnya dan sesempurna mungkin. Kapasitas vital kuat hampir sama, hanya terdapat perbedaan pada volume dasar
paru antara orang normal dan penderita obstruktif. Sebaliknya terdapat pebedaan besar pada kecepatan aliran maksimal yang dapat dikeluarkan
seseorang terutama selama detik pertama. Oleh karena itu biasanya merekam volume ekspirasi paksa selama detik pertama FEV 1 dan membandingkan
antara yang normal dan abnormal. Pada orang normal persentase kapasitas vital kuat yang dikeluarkan pada detik pertama FEV1FVC adalah 80.
Universitas Sumatera Utara
20
Pada obstruksi saluran nafas yang serius, yang sering terjadi pada asma akut, kapasitas ini dapat berkurang menjadi kurang dari 20. Budiono, 2007.
2.7. Karakteristik Pekerja