Latar Belakang Implementasi Perda Nomor 05 Tahun 2010 Tentang Retribusi Jasa Usaha Angkutan Umum Ditinjau dari Hukum Administrasi Negara (Studi Kota Padang Sidempuan)

1 Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik. 1 Ini berarti bahwa negara yang bersusunan negara Kesatuan, maka segenap kekuasaan kewenangan serta tanggung jawab pelaksanaan pemerintahan guna mewujudkan kesejahteraan dan kelangsungan hidup bangsa berada dibawah kendali satu pemegang kekuasaan terpusat yang terdapat pada pemerintah pusat. Dengan demikian corak pemerintahan cenderung bersifat sentralisasi. Namun karena wilayah negara Republik Indonesia yang sedemikian luasnya dan terdiri dari beribu – ribu pulau serta merupakan Negara yang terbagi atas beberapa provinsi yang setiap provinsi terdiri atas daerah-daerah kabupaten kota dan juga setiap kabupaten kota memiliki pemerintah daerah, serta didiami berbagai jenis suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam maka menyebabkan corak pemerintahan sentralisasi bukanlah merupakan tipe ideal sistem pemerintahan yang cocok dan banyaknya daerah di Indonesia membuat pemerintah pusat sulit mengkoordinasi pemerintahan yang ada di daerah-daerah untuk mengatur wilayah dan penduduk Indonesia yang dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan nasional. Untuk memudahkan pelayanan dan penataan pemerintahan Negara Indonesia dengan tipe seperti di atas, maka pemerintah Indonesia mengubah kebijakan yang tadinya berasas sentralisasi menjadi desentralisasi yaitu dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan disempurnakan dalam Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Universitas Sumatera Utara 2 Faisal akbar Nasution, Pemerintah Daerah dan Sumber – sumber Pendapatan Asli Daerah, Jakarta : PT.Sofmedia , 2009 , hlm 10 Pemerintah Daerah kemudian dirubah dengan Perpu Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang kemudian ditetapkan dengan Undang - Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu Atas Perubahan Undang - Undang Nmor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang – Undang, dan diperbaharui lagi dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Wujud dari kebijakan desentralisasi tersebut adalah lahirnya otonomi daerah. Secara Ketatanegaraan pengertian desentralisasi adalah dimaksudkan untuk menggambarkan usaha dalam melepaskan diri dari pusat pemerintahan dengan jalan penyerahan kekuasaan pemerintahan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah tingkat atasan kepada daerah-daerah untuk dapat mengurus kepentingan rumah tangga daerah itu sendiri. Dalam hal ini sudah tentu usaha untuk melepaskan diri dari pusat bukanlah berarti lepas sama sekali dari ikatan negara apalagi dalam negara Indonesia , melainkan dengan diserahkannya beberapa kekuasaan dari pemerintah pusat kepada daerah - daerah dimaksudkan agar tidak terlalu bergantung sama sekali kepada pusat. Beberapa urusan yang telah dapat dan lebih tepat diurus sendiri oleh daerah dan bersifat khas daerah, sudah tentu akan lebih efektif dan memberikan hasil guna yang lebih baik bila dipercayakan kepada masing-masing daerah untuk mengurusnya, dibandingkan jika urusan tersebut masih ditangani oleh pemerintah pusat. 2 Dengan dilaksanakannya desentralisasi sebagai suatu asas penyelenggaraan pemerintah daerah dalam susunan negara Indonesia maka akan Universitas Sumatera Utara melahirkan wewenang atau kekuasaan dan hak kepada masyarakat di daerah- daerah untuk mengurus sendiri-sendiri urusan yang bersifat khas spesifik sebagai urusan kekuasaan yang menjadi urusan rumah tangga daerahnya tanpa perlu diatur lagi oleh Pemerintah Pusat yang pada perkembangan selanjutnya menurunkan pengertian otonomi daerah. Untuk menyelenggarakan otonomi daerah ini pemerintah pusat menyerahkan kepada masyarakat daerah pemerintah daerahnya sejumlah urusan yang kelak akan menjadi urusan rumah tangganya sendiri dengan mengingat kondisi dan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan dan keamanan hankam , serta faktor-faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Dari daerah yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksana pembangunan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan diserahkannya sesuatu urusan menjadi urusan rumah tangga daerah, mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan daerah adalah menjadi urusan pemerintah daerah kecuali yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang sebagai wewenang pemerintah pusat. Sesuai isi pasal 10 ayat 3 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Pertama dan Kedua Atas Undnag – Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintah yang tidak menjadi urusan pemerintahan daerah adalah: Universitas Sumatera Utara 3 Pasal 5 ayat 4 UU No 22 tahun 1999 yang dirubah menjadi UU No 32 tahun 2004 dan dirubah dengan UU No 8 tahun 2005 dan dirubah menjadi UU No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah 4 Adrian Sutedi, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah Bogor :Ghalia Indonesia, 2008 hlm 5 a. Pertahanan; b. Keamanan; c. Politik luar negeri; d. Yustisi; e. Moneter dan fiskal nasional;dan f. Agama 3 Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan tersebut bahwa bidang-bidang lain diluar 6 enam di atas menjadi urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi luas dan nyata. Sebagaimana daerah lain, kebijakan otonomi daerah juga mendorong pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat di daerah untuk berbenah dalam hal – hal sebagai berikut : 1. Reorganisasi birokrasi 2. Semangat meningkatkan pendapatan asli daerah PAD 3. Semangat membuat regulasi 4. Redifinisi sektor usaha 5. Semangat membentuk organisasi di tingkat lokal Wajar bila peningkatan PAD dijadikan salah satu indikator kesiapan daerah dalam menjalankan kebijakan otonomi karena ciri penting bagi badan atau organ yang didesentralisasikan ialah mempunyai sumber – sumber keuangan sendiri untuk membiayai pelaksanaan tugasnya. 4 Universitas Sumatera Utara Pembiayaan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang dapat diandalkan, sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan Daerah PAD . Jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga mampu mendorong perekonomian dan pembangunan daerah tersebut, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. PAD merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, dan salah satu sumber PAD yang memiliki kontribusi terbesar berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Selama ini, pungutan daerah yang berupa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana disempurnakan dengan Undang- Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang mana sesuai dengan Undang - Undang tersebut, daerah diberi kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak, yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7 jenis pajak kabupaten kota, dan diberi kewenangan untuk menetapkan jenis retribusi selain yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah, adapun peraturan pemerintah tersebut Universitas Sumatera Utara 5 Marihot P siahaan, Pajak Dearah dan Retribusi Daerah Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 , hlm2 6 Ibid menetapkan 27 jenis Retribusi yang dapat dipungut oleh daerah yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Berdasarkan keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan tertanggal 1 Januari 2010 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diganti menjadi Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Diberlakukannya Undang- Undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk mampu meningkatkan PAD- nya. Hal ini disebabkan dalam Undang-Undang tersebut menegaskan adanya penambahan 4 jenis pajak, diantaranya 3 jenis pajak kabupaten kota dan 4 jenis retribusi. Selain itu karena adanya otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia memungkinkan setiap daerah provinsi atau kabupaten kota mengatur daerahnya sendiri termasuk dalam bidang pajak atau retribusi daerah. 5 Pemberlakuan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada umumnya. 6 Di kota Padangsidimpuan angkutan umum masih menjadi suatu sarana transportasi yang populer bagi masyarakat baik dalam menjalankan aktifitas sehari – hari maupun dalam usaha dan peningkatan perekonomian sehingga retribusi angkutan umum merupakan salah satu sumber PAD dan mempunyai peranan penting terhadap pembangunan kota Padangsidimpuan. Universitas Sumatera Utara 7 Sarjono soekanto,Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, suatu Tinjauan singkat, ed 1, cet 6, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Hlm 13 Semakin tinggi PAD suatu daerah semakin besar dana yang dikeluarkan terhadap pembangunan daerah tersebut. Pengeloalaan retribusi di kota Padangsidimpuan juga merupakan masalah yang serius bagi pemerintah daerah, Hal ini dapat kita lihat dengan ditetapkannya PERDA Nomor 05 tahun 2010 tentang Retribusi Jasa Usaha. Dengan adanya perda tersebut tentu diharapkan mampu mengatasi masalah – masalah terhadap mengelolaan retribusi salah satunya retribusi bagi angkutan umum di kota Padangsidimpuan. Namun ternyata pengelolaan retribusi masih menemukan banyak kendala serta masih kurang optimal baik yang berasal dari kesadaran masyarakatnya atau sistem pengelolaan oleh pemerintah daerah. Sehingga retribusi angkutan umum belum memberikan konstribusi yang signifikan terhadap pemasukan bagi kas pemerintah daerah. Soerjono Soekanto melalui tulisannya mengatakan suatu masalah sebenarnya merupakan proses yang mengalami hubungan dalam mencapai tujuannya. Biasanya hubungan tersebut hendak diakhiri. 7 Dan dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan dan waktu penulis, oleh karena itu maka penulis tertarik dan memfokuskan terhadap judul tentang “IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA ANGKUTAN UMUM DITINJAU DARI HUKUM ADMIN ISTRASI NEGARA STUDI KOTA PADANGSIDIDIMPUAN “ yang diharapkan mampu menambah kontribusi terhadap kas daerah guna mendukung pembangunan dan peningkatan perekonomian serta kesahteraan masyarakat kota Padangsidimpuan. Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah