1
Undang –Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 ayat 1
BAB I PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia  adalah  Negara  kesatuan  yang  berbentuk  Republik.
1
Ini  berarti bahwa  negara  yang  bersusunan  negara  Kesatuan,  maka  segenap  kekuasaan
kewenangan  serta  tanggung  jawab  pelaksanaan  pemerintahan  guna  mewujudkan kesejahteraan  dan  kelangsungan  hidup  bangsa  berada  dibawah  kendali  satu
pemegang  kekuasaan  terpusat  yang  terdapat  pada  pemerintah  pusat.  Dengan demikian  corak  pemerintahan  cenderung  bersifat  sentralisasi.  Namun  karena
wilayah  negara  Republik  Indonesia  yang  sedemikian  luasnya  dan  terdiri  dari beribu
– ribu pulau serta merupakan Negara yang terbagi atas beberapa provinsi yang  setiap  provinsi  terdiri  atas  daerah-daerah  kabupaten    kota  dan  juga  setiap
kabupaten    kota  memiliki  pemerintah  daerah,  serta  didiami  berbagai  jenis  suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam maka menyebabkan corak pemerintahan
sentralisasi  bukanlah  merupakan  tipe  ideal  sistem  pemerintahan  yang  cocok  dan banyaknya  daerah  di  Indonesia  membuat  pemerintah  pusat  sulit  mengkoordinasi
pemerintahan yang ada di daerah-daerah  untuk  mengatur wilayah dan penduduk Indonesia yang dapat mengakibatkan terhambatnya  pembangunan nasional.
Untuk  memudahkan  pelayanan  dan  penataan  pemerintahan  Negara Indonesia  dengan  tipe  seperti  di  atas,  maka  pemerintah  Indonesia  mengubah
kebijakan  yang  tadinya  berasas  sentralisasi  menjadi  desentralisasi  yaitu  dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
disempurnakan  dalam  Undang  -  Undang  Nomor  32  tahun  2004  tentang
Universitas Sumatera Utara
2
Faisal akbar Nasution, Pemerintah Daerah dan Sumber – sumber  Pendapatan Asli Daerah,  Jakarta :
PT.Sofmedia , 2009 , hlm 10
Pemerintah Daerah kemudian dirubah dengan Perpu Nomor 3 tahun 2005 tentang Perubahan  Atas  Undang  -  Undang  Nomor  32  Tahun  2004  tentang  Pemerintah
Daerah  yang  kemudian  ditetapkan  dengan  Undang  -  Undang  Nomor  8  Tahun 2005 tentang Penetapan Perpu Atas Perubahan Undang - Undang Nmor 32 tahun
2004  tentang  Pemerintah  Daerah  menjadi  Undang –  Undang,  dan  diperbaharui
lagi  dengan Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua
Undang - Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Wujud dari kebijakan desentralisasi tersebut adalah lahirnya otonomi daerah.
Secara  Ketatanegaraan  pengertian  desentralisasi  adalah  dimaksudkan untuk  menggambarkan  usaha  dalam  melepaskan  diri  dari  pusat  pemerintahan
dengan  jalan  penyerahan  kekuasaan  pemerintahan  dari  pemerintah  pusat  atau pemerintah  daerah  tingkat  atasan  kepada  daerah-daerah  untuk  dapat  mengurus
kepentingan  rumah  tangga  daerah  itu  sendiri.  Dalam  hal  ini  sudah  tentu  usaha untuk  melepaskan  diri  dari  pusat  bukanlah  berarti  lepas  sama  sekali  dari  ikatan
negara    apalagi  dalam  negara  Indonesia  ,  melainkan  dengan  diserahkannya beberapa  kekuasaan  dari  pemerintah  pusat  kepada  daerah  -  daerah  dimaksudkan
agar  tidak  terlalu  bergantung  sama  sekali  kepada  pusat.  Beberapa  urusan  yang telah  dapat  dan  lebih  tepat  diurus  sendiri  oleh  daerah  dan  bersifat  khas  daerah,
sudah  tentu  akan  lebih  efektif  dan  memberikan  hasil  guna  yang  lebih  baik  bila dipercayakan  kepada  masing-masing  daerah  untuk  mengurusnya,  dibandingkan
jika urusan tersebut masih ditangani oleh pemerintah pusat.
2
Dengan dilaksanakannya
desentralisasi sebagai
suatu asas
penyelenggaraan pemerintah daerah dalam susunan negara Indonesia maka akan
Universitas Sumatera Utara
melahirkan  wewenang  atau  kekuasaan  dan  hak  kepada  masyarakat  di  daerah- daerah  untuk  mengurus  sendiri-sendiri  urusan  yang  bersifat  khas    spesifik
sebagai urusan   kekuasaan  yang menjadi urusan rumah tangga daerahnya tanpa perlu  diatur  lagi  oleh  Pemerintah  Pusat  yang  pada  perkembangan  selanjutnya
menurunkan pengertian otonomi daerah. Untuk  menyelenggarakan  otonomi  daerah  ini  pemerintah  pusat
menyerahkan  kepada  masyarakat  daerah    pemerintah  daerahnya    sejumlah urusan  yang  kelak  akan  menjadi  urusan  rumah  tangganya  sendiri  dengan
mengingat kondisi dan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik,  kependudukan,  luas  daerah,  pertahanan  dan  keamanan    hankam  ,  serta
faktor-faktor  lain  yang  memungkinkan  terselenggaranya  otonomi  daerah.  Dari daerah  yang  bersangkutan  dalam  rangka  meningkatkan  pelayanan  terhadap
masyarakat dan pelaksana pembangunan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan  Republik  Indonesia.  Dengan  diserahkannya  sesuatu  urusan  menjadi
urusan  rumah  tangga  daerah,  mengandung  arti  bahwa  segala  sesuatu  yang berkaitan  dengan  daerah  adalah  menjadi  urusan  pemerintah  daerah  kecuali  yang
telah ditetapkan oleh Undang-Undang sebagai wewenang pemerintah pusat. Sesuai  isi  pasal  10  ayat  3  Undang-Undang  Nomor  32  Tahun  2004
tentang Pemerintahan Daerah yang diperbaharui dengan Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2005 dan Undang
– Undang  Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Pertama  dan  Kedua  Atas  Undnag
–  Undang    Nomor  32  Tahun  2004  tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintah yang tidak menjadi urusan pemerintahan
daerah adalah:
Universitas Sumatera Utara
3
Pasal 5 ayat 4 UU No 22 tahun 1999 yang dirubah menjadi UU No 32 tahun 2004 dan dirubah dengan UU No 8 tahun 2005 dan  dirubah menjadi UU No 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
4
Adrian Sutedi, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah  Bogor :Ghalia Indonesia, 2008  hlm 5
a. Pertahanan; b. Keamanan;
c. Politik luar negeri; d. Yustisi;
e. Moneter dan fiskal nasional;dan f. Agama
3
Dari  hal  tersebut  dapat  dilihat    bahwa  sesuai  ketentuan  peraturan perundang
– undangan tersebut bahwa bidang-bidang lain diluar 6  enam  di atas menjadi urusan pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi luas dan
nyata. Sebagaimana  daerah  lain,  kebijakan  otonomi  daerah  juga  mendorong
pemerintah,  dunia  usaha,  dan  masyarakat  di  daerah  untuk  berbenah  dalam  hal –
hal sebagai berikut  : 1.
Reorganisasi birokrasi 2.
Semangat meningkatkan pendapatan asli daerah  PAD 3.
Semangat membuat regulasi 4.
Redifinisi sektor usaha 5.
Semangat membentuk organisasi di tingkat lokal Wajar  bila  peningkatan  PAD  dijadikan  salah  satu  indikator  kesiapan
daerah dalam menjalankan kebijakan otonomi karena ciri penting bagi badan atau organ  yang  didesentralisasikan  ialah  mempunyai  sumber
–  sumber  keuangan sendiri untuk membiayai pelaksanaan tugasnya.
4
Universitas Sumatera Utara
Pembiayaan  pemerintah  daerah  dalam  melaksanakan  tugas  pemerintahan dan  pembangunan  senantiasa  memerlukan  sumber  penerimaan  yang  dapat
diandalkan,  sumber  keuangan  tersebut  salah  satunya  berasal  dari  Pendapatan Daerah  PAD . Jika PAD meningkat  maka dana  yang dimiliki oleh pemerintah
daerah  akan  lebih  tinggi  dan  tingkat  kemandirian  daerah  akan  meningkat  pula, sehingga  mampu  mendorong  perekonomian  dan  pembangunan  daerah  tersebut,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara umum. PAD  merupakan  semua  penerimaan  daerah  yang  berasal  dari  sumber
ekonomi  asli  daerah,  dan  salah  satu  sumber  PAD  yang  memiliki  kontribusi terbesar  berasal  dari  Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah.  Pajak  daerah  dan
retribusi  daerah  merupakan  salah  satu  bentuk  peran  serta  masyarakat  dalam penyelenggaraan  otonomi  daerah.  Pajak  daerah  dan  retribusi  daerah  merupakan
sumber  pendapatan  daerah  yang  penting  untuk  membiayai  penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
Selama  ini,  pungutan  daerah  yang  berupa  Pajak  Daerah  dan  Retribusi Daerah  diatur  dengan  Undang-Undang  Nomor  18  Tahun  1997  tentang  Pajak
Daerah  dan  Retribusi  Daerah  sebagaimana  disempurnakan  dengan  Undang- Undang  Nomor  34  Tahun  2000  tentang  Perubahan  Atas  Undang
–  Undang Nomor  18  Tahun  1997  tentang  Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah.  Yang  mana
sesuai  dengan  Undang  -  Undang  tersebut,  daerah  diberi  kewenangan  untuk memungut 11 jenis pajak, yaitu 4 jenis pajak provinsi dan 7 jenis pajak kabupaten
kota,  dan  diberi  kewenangan  untuk  menetapkan  jenis  retribusi  selain  yang ditetapkan  dalam  peraturan  pemerintah,  adapun  peraturan  pemerintah  tersebut
Universitas Sumatera Utara
5
Marihot P siahaan,  Pajak Dearah dan Retribusi Daerah  Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada, 2005 , hlm2
6
Ibid
menetapkan  27  jenis  Retribusi  yang  dapat  dipungut  oleh  daerah  yang dikelompokkan ke dalam 3 golongan retribusi yaitu retribusi jasa umum, retribusi
jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. Berdasarkan  keputusan  Menteri  Dalam  Negeri  dan  Menteri  Keuangan
tertanggal  1  Januari  2010  Undang-Undang  Nomor  34  Tahun  2000  tentang  Pajak Daerah  dan  Retribusi  Daerah  diganti  menjadi  Undang-Undang  Nomor  28  Tahun
2009  tentang  Pajak  Daerah  dan  Retribusi  Daerah.  Diberlakukannya  Undang- Undang ini memberikan peluang bagi  daerah untuk  mampu meningkatkan PAD-
nya.  Hal  ini  disebabkan  dalam  Undang-Undang  tersebut  menegaskan  adanya penambahan 4 jenis pajak, diantaranya 3 jenis pajak kabupaten  kota dan 4 jenis
retribusi. Selain itu karena adanya otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia memungkinkan  setiap  daerah  provinsi  atau  kabupaten  kota  mengatur  daerahnya
sendiri termasuk dalam bidang pajak atau retribusi daerah.
5
Pemberlakuan  pajak  dan  retribusi  daerah  sebagai  sumber  penerimaan daerah  pada  dasarnya  tidak  hanya  menjadi  urusan  pemerintah  daerah  sebagai
pihak  yang  menetapkan  dan  memungut  pajak  dan  retribusi  daerah,  tetapi  juga berkaitan dengan masyarakat pada umumnya.
6
Di  kota Padangsidimpuan  angkutan  umum  masih  menjadi  suatu  sarana
transportasi yang populer bagi masyarakat baik dalam menjalankan aktifitas sehari –  hari  maupun  dalam  usaha  dan  peningkatan  perekonomian  sehingga  retribusi
angkutan  umum  merupakan  salah  satu  sumber  PAD  dan  mempunyai  peranan penting terhadap pembangunan kota Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara
7
Sarjono soekanto,Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, suatu Tinjauan singkat, ed 1, cet 6,  Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, Hlm 13
Semakin  tinggi  PAD  suatu  daerah  semakin  besar  dana  yang  dikeluarkan terhadap  pembangunan  daerah  tersebut.  Pengeloalaan  retribusi  di  kota
Padangsidimpuan  juga  merupakan  masalah  yang  serius  bagi  pemerintah  daerah, Hal  ini  dapat  kita  lihat  dengan  ditetapkannya  PERDA  Nomor  05  tahun  2010
tentang Retribusi Jasa Usaha. Dengan  adanya  perda  tersebut  tentu  diharapkan  mampu  mengatasi
masalah –  masalah    terhadap  mengelolaan  retribusi  salah  satunya  retribusi  bagi
angkutan umum di kota  Padangsidimpuan. Namun ternyata pengelolaan retribusi masih menemukan banyak kendala serta masih kurang optimal baik  yang berasal
dari  kesadaran  masyarakatnya  atau  sistem  pengelolaan  oleh  pemerintah  daerah. Sehingga  retribusi  angkutan  umum  belum  memberikan  konstribusi  yang
signifikan terhadap pemasukan bagi kas pemerintah daerah. Soerjono  Soekanto  melalui  tulisannya  mengatakan  suatu  masalah
sebenarnya  merupakan  proses  yang  mengalami  hubungan  dalam  mencapai tujuannya.  Biasanya  hubungan  tersebut  hendak  diakhiri.
7
Dan  dengan mempertimbangkan keterbatasan kemampuan dan waktu  penulis, oleh karena itu
maka penulis
tertarik dan
memfokuskan terhadap
judul tentang
“IMPLEMENTASI PERDA NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI JASA
USAHA ANGKUTAN
UMUM DITINJAU
DARI HUKUM
ADMIN ISTRASI NEGARA  STUDI KOTA PADANGSIDIDIMPUAN  “ yang
diharapkan  mampu  menambah  kontribusi  terhadap  kas  daerah  guna  mendukung pembangunan  dan  peningkatan  perekonomian  serta  kesahteraan  masyarakat  kota
Padangsidimpuan.
Universitas Sumatera Utara
B.  Perumusan Masalah