dari olahan cincau hitam seperti olahan minuman segar seperti es campur dan aneka minuman lainnya. Sedangkan pada musim hujan dan di luar bulan puasa
pemasaran cincau hitam menurun. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh
tentang strategi pemasaran cincau hitam di kota Medan.
1.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang didapat antara lain :
1. Bagaimana pemasaran cincau hitam di daerah penelitian ?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal dalam pemasaran cincau hitam di
daerah penelitian? 3.
Bagaimana strategi pemasaran cincau hitam di daerah penelitian ?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemasaran cincau hitam di daerah penelitian.
2. Untuk mengetahui faktor internal dan eksternal pada pemasaran cincau
hitam di daerah penelitian. 3.
Untuk mengetahui strategi pemasaran cincau hitam di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian adalah : 1.
Sebagai bahan informasi bagi para pengusaha agroindustri cincau hitam dalam memasarkan produknya secara efesien.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan pihak yang
membutuhkan. 3.
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Cincau Hitam
Tanaman cincau hitam Mesona palustris merupakan tanaman yang tergolong ke
dalam divisi pterydophyta, kelas dycotiledonae, dan famili Labialae. Tanaman ini merupakan tanaman perdu dengan ketinggian 30 - 60 cm dan tumbuh pada
ketinggian 150 - 1800 meter di atas permukaan laut. Tanaman cincau hitam dapat dibudidayakan dengan cara generatif maupun vegetatif. Cara generatif yaitu
dengan menggunakan biji sedangkan dengan vegetatif menggunakan stek batang, tunas akar, dan cara merunduk. Proses pembibitan secara generatif tingkat
keberhasilan kecambahnya hanya 1 - 2 saja dengan waktu 2 bulan. Hal ini menyebabkan pembibitan cara ini jarang dilakukan.
Pembudidayaan vegetatif yang sering dilakukan dengan cara stek batang, tunas, dan merunduk. Pembudidayaan dengan cara ini tidak membutuhkan waktu yang
terlalu lama dan tingkat keberhasilannya juga tinggi. Selain itu tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Tanaman cincau hitam
mudah dibudidayakan, terutama di dataran menengah hingga tinggi. Tanaman tersebut umumnya cocok di tegalan, pekarangan, dan ladang secara monokultur
atau tumpangsari dengan tanaman lain. Proses pemeliharaan tanaman cincau hitam dilakukan dengan melakukan
penyiraman pada waktu pagi dan sore hari agar diperoleh kondisi tanah yang tetap lembab dan tidak kekeringan. Pupuk yang digunakan untuk tanaman ini pupuk
Universitas Sumatera Utara
yang mengandung zat N nitrogen seperti pupuk urea. Hal ini bertujuan agar dapat merangsang pertumbuhan daun yang lebih banyak. Hama yang mungkin
tumbuh selama penanaman cincau ini adalah jenis Maenas maculifascia yang akan merusak daun cincau. Untuk mengatasinya dilakukan penyemprotan
insektisida. Penyemprotan dilakukan apabila diketahui gejala penyebarannya yaitu dengan banyaknya daun cincau yang berlubang. Insektisida yang digunakan
adalah insektisida jenis Azordin 15 WSC atau Dursban 20 EC dengan dosis ringan 1,5 ml per liter air Sunanto, 1995.
Menurut Pitojo dan Sumiati 2005, tanaman cincau secara umum terdiri atas empat jenis, yaitu cincau hijau Cyclea barbate, Cincau Perdu Premna
serratifolia L atau Premna integritifolia L, cincau minyak Stephania hermandifolia, dan cincau hitam Mesona palustris.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Perbedaan Tanaman Cincau Menurut Jenisnya
No Komponen
Perbedaan Cincau Hijau Minyak Perdu Hitam
1
2 Bahan Baku
Hasil produksi
Daun segar
Daun asli Lemas
Bentuk dan ukuran asli
Warna hijau
klorofil Relatif
bersih dari kotoran
Aroma spesifik,
lemah Sedikit
Kebutuhan keluarga
Daun segar Daun asli
Lemas Bentuk dan
ukuran asli Warna
hijau klorofil
Relatif bersih dari
kotoran Aroma
spesifik, lemah
Sedikit Kebutuhan
keluarga
Daun dilayukan
Daun asli Kaku
Bentuk dan ukuran asli
Warna hijau klrofil
Relatif bersih dari
kotoran
Aroma Langu,
kuat Sedikit-
banyak Kebutuhan
keluarga dan
komersil Brangkas
batang, daun kering
Daun asli lemas
Bentuk dan ukuran telah
berubah dan susut
Warna cokelat karena ikatan
klorofil rusak Banyak,kotoran
campuranbenda lain ketika
proses pengeringan
Aroma spesifik, lemah
Banyak Kebutuhan
keluarga dan komersil
Sumber: Pitojo dan Sumiati, 2005
Secara umum tanaman cincau bermanfaat sebagai bahan pangan fungsional,
tanaman konservasi karena memiliki kemampuan untuk dapat hidup pada kondisi yang kering dan tidak subur tanahnya serta sebagai komoditas agribisnis dan
agroindustri yang dapat memberikan keuntungan bagi petani yang
membudidayakannya. Tanaman cincau perdu telah dimanfaatkan sebagai bahan
Universitas Sumatera Utara
dagangan walaupun sifatnya sangat terbatas dan musiman. Sedangkan, tanaman cincau hitam telah lama menjadi bahan dagangan lokal dan sebagai komoditas
ekspor penghasil devisa negara. Daun janggelan bahan utama cincau hitam mengandung nilai gizi yang cukup
baik per 100 gramnya, terutama jika ditinjau dari kandungan mineral dan vitaminnya.
Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Daun Cincau Hitam Per 100 gr bahan
Komponen Kandungan
Energi Protein
Lemak Karbohidrat
Kalsium Fosfor
Besi Vitamin A
Vitamin B1 Vitamin C
Air b.d.d bagian yang dapat dimakan
122 kkal 6 g
1 g 26 g
100 mg 100 mg
3,3 mg 10,750 SI
80 mg 17 mg
66,0 mg 40
Sumber: Direktorat Gizi, DepKes 1972
Adapun Penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan terhadap cincau mengungkapkan terdapat 6,23 gram per 100 gram kandungan
serat kasar dalam gel cincau. Ini berarti bila cincau dikonsumsi bersama dengan buah dan sayur-mayur sehari-hari bisa memadai untuk memenuhi kebutuhan serat
harian sebesar 30 gram sehingga bisa membantu memerangi penyakit degeneratif seperti jantung koroner. Kalori yang terkandung di dalamnya adalah 122 kalori
dan protein sebesar 6 gram. Karena kandungan seratnya yang tinggi dan kalorinya yang rendah sehingga baik dikonsumsi sehari-hari Almatsier, 2004.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Cincau Hitam Cincau hitam adalah gel berupa agar-agar yang diperoleh dari perendaman daun
tumbuhan tertentu dalam air. Gel terbentuk karena daun tumbuhan tersebut mengandung karbohidrat yang mampu mengikat molekul-molekul air.
Berdasarkan teknologi pengolahan, kita mengenal 2 jenis cincau, yaitu cincau hijau dan cincau hitam. Keduanya berbeda dalam hal warna, cita-rasa,
penampakan, bahan baku, dan cara pembuatan. Cincau hijau dibuat dari daun cincau Cyclea barbata L. Miers tanpa proses pemanasan. Sedangkan cincau
hitam dibuat dari seluruh bagian tanaman janggelan dengan bantuan proses pemanasan dan penambahan pati .
Gel cincau hitam memiliki kelebihan dibandingkan gel cincau hijau. Tekstur gel cincau hijau lebih lunak lembek, sehingga lebih sulit diiris. Sedangkan gel
cincau hitam teksturnya lebih kenyal sehingga lebih mudah diiris. Pada suhu kamar, gel cincau hitam dapat bertahan hingga 4 hari, sedangkan pada gel cincau
hijau hanya bertahan 2 hari. Kelebihan ini membuat penggunaan gel cincau hitam lebih beragam dan mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi Astawan, 2002.
Di Indonesia gel cincau hitam paling banyak digunakan sebagai isi minuman segar dan sudah dikenal sebagai bahan pangan tradisional, yang digunakan
sebagai variasi berbagai minuman. Gel cincau hitam biasanya digunakan bersama- sama dengan potongan buah-buahan, irisan kelapa muda, sirup encer, atau sebagai
campuran dalam minuman seperti es campur. Gel cincau hitam dalam sebuah minuman dapat memberikan cita rasa yang khas memberikan warna-warni dalam
suatu campuran minuman sehingga terlihat lebih menarik Widyaningsih, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Penelitian Terdahulu
Cincau hitam merupakan masa gel yang berwarna hitam kecoklatan yang
diperoleh dari pengolahan panas dari tiga komponen berupa tanaman janggelan cincau hitam, pati, dan abu qi. Masa ini mempunyai konsistensi yang mirip
dengan masa gel yang diperoleh dari agar-agar. Gel cincau hitam termasuk jenis gel ermoreversibel dimana gel dapat mencair dan dibentuk kembali dengan
penambahan dan pengurangan energi panas Supriharsono, 1991. Tekstur gel yang baik mempunyai kekuatan pecah berkisar antara 9 sampai 25
grcm2. Gel dengan kekuatan pecah kurang dari 9 grcm2 menghasilkan tekstur yang terlalu lunak, sedangkan gel dengan kekuatan pecah lebih besar dari 25
grcm2 menghasilkan tekstur yang terlalu keras Fardiaz dan Wahab, 1985. Berdasarkan Rahmawansah 2006, yang telah melakukan observasi ke pedagang
cincau hitam di daerah bogor, pada proses ekstraksi penggunaan bobot tanaman cincau sebanyak 6. Proses perebusan dilakukan selama 2 jam atau lebih. Dalam
pembentukan gel cincau hitam perlu diperhatikan perbandingan ekstrak cincau hitam komponen pembentuk gel dengan pati tepung tapioka.
Tepung tapioka mengandung 17 amilosa dan 83 amilopektin. Penggunaan tepung jenis ini disukai oleh pengolah makanan karena tidak mudah menggumpal,
memiliki daya perekat yang tinggi sehingga pemakaianya dapat dihemat, tidak mudah pecah atau rusak, dan suhu gelatinisasinya rendah Zuhri, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Nuraini 1994, menyatakan penggunaan konsentrasi pati hingga 10 persen menunjukkan jumlah pati yang makin tinggi akan mengakibatkan sifat tekstur gel
cincau hitam yang meliputi kekuatan pecah dan sineresis yang makin meningkat serta penurunan tinggi gel yang makin menurun, tetapi konsentrasi pati yang lebih
besar dari 10 persen menghasilkan gel yang lengket dan tidak kaku.
2.3 Landasan Teori