Ketiadaan Standar Akuntansi Jasa Penerbangan
55
tersebut dengan tanggapan positif. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan proses adopsi IFRS pada laporan keuangannya. Melihat kenyataan bahwa GA
bukan merupakan perusahaan publik, alasan GA melakukan adopsi IFRS pada laporan keuangan perlu dipertanyakan. Apakah paksaan dari pemerintah atau
keinginan GA sendiri. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang di bagian keuangan baik di GA Semarang maupun GA Jakarta, diperoleh jawaban
bahwa adopsi IFRS pada GA merupakan keinginan GA sendiri. Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara terhadap Dalimante yang menyatakan bahwa
“..adopsi IFRS merupakan keinginan Garuda sendiri.” Pernyataan ini diperkuat pernyataan Ade Dadan, Manajer Keuangan GA Semarang.
“Kita memang harus mengikuti aturan pemerintah untuk menerapkan standar tersebut, jelas itu merupakan sebuah tuntutan tapi di sisi lain
kita juga menyadari bahwa standar tersebut secara pelaporan lebih baik. Yang jelas kita mengacu pada kaidah – kaidah yang diakui semua
institusi.”
Jadi pengadopsian IFRS pada GA merupakan inisiatif dari perusahaan dan bukan merupakan paksaan dari pemerintah. Dengan adanya keputusan
pemerintah tentang kewajiban melakukan adopsi IFRS, pihak GA merasa terbantu sehingga nantinya adopsi IFRS di Indonesia tidak terlalu sulit karena
pemerintah Indonesia sendiri mendukung tindakan tersebut. Selanjutnya, penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam tentang
ekspektasi yang diharapkan oleh pihak GA dalam melakukan adopsi IFRS.
56
Menurut Dalimante, alasan awal yang mendasari GA melakukan adopsi IFRS adalah tidak adanya ketentuan dalam PSAK yang mengatur tentang perlakuan
akuntansi untuk jasa penerbangan, sehingga pihak GA merasa perlu menjadikan IFRS sebagai pedoman dalam membuat laporan keuangan karena
pada IFRS terdapat chapter yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Dengan adanya chapter tersebut, GA merasa lebih mudah
dalam membuat laporan keuangan karena ada pedoman yang jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan berikut.
“Pada PSAK ISAK, perlakuan akuntansi bagi industri penerbangan tidak diatur, dengan demikian Garuda mengacu kepada praktik
akuntansi penerbangan internasional.”
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa GA mengadopsi IFRS bukan karena paksaan pemerintah maupun aturan yang berlaku tetapi karena GA
merasa bahwa adopsi IFRS merupakan sebuah kebutuhan sehingga dengan inisiatif pribadi dari manajemen perusahaan, GA mengadopsi IFRS pada
laporan keuangannya. Dalam konteks Institutional Theory, apa yang dilakukan GA merupakan upaya memperoleh legitimasi dari pihak luar
dengan menggunakan pendekatan normative isomorphism Scott, 2005.