Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS) TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

OLEH

BETTY PARSAORAN TAMBUNAN 100503101

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusaahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 9 Juli 2014

Yang Membuat Pernyataan,

NIM. 100503101


(3)

ABSTRAK

PENGARUH IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORT STANDARD (IFRS) TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba. Objek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama lima tahun (2009-2013). Variabel utama dalam penelitian ini adalah IFRS dan manajemen laba. Penelitian ini juga memasukan beberapa variabel kontrol, yaitu: size, financial leverage, dan

price to book value. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs regresi berganda.

Dalam penelitian ini, pengimplementasian IFRS ternyata berpengaruh positif dan tidak signinikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel kontrol tersebut, size dan financial leverage menunjukkan pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Price to book value menunjukkan pengaruh positif. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa pengimplementasian IFRS belum menjamin penurunan manajemen laba. Kata kunci: implementasi IFRS, manajemen laba, dan perusahaan


(4)

ABSTRACT

THE EFFECT OF IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL

FINANCIAL REPORT STANDARD (IFRS) ON EARNINGS MANAGEMENT IN BANKING COMPANIES LISTED IN IDX

This research aimed to give empirical evidence concerning the effect of the implementation of IFRS on earnings management. The research objects were the banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during the five years (2009-2013). The main variables in this study are IFRS and earnings management. This research also includes several control variables i.e size, financial leverage, and price to book value. Secondary data collection is done by downloading financial statement data companies listed in Indonesia Stock Exchange through the site www.idx.co.id. The data were analyzed by using multiple regression analysis.

In this research, the implementation of IFRS indicates the positive and not to have significant effect on earnings management. The other result indicates that among the three control variables, size and financial leverage indicates a negative effect on earnings management. Price to book value indicates a positive influence on earnings management. Based on this research concluded that the implementation of IFRS has not fully guaranteed a decrease in earnings management yet.

Keywords: implementation of IFRS, earnings management, and banking companies.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih, kemurahan dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan berupa pengarahan, bimbingan bantuan dan kerja sama dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr. Azar Maksum, M.Ec.Ac, Ak., CA., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .

3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(6)

4. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 5. Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak., selaku Sekretaris Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teristimewa kepada keluarga penulis, kedua orang tua (Binsar Tambunan dan Binur Sirait), Bou Neny, Oppung, Uda, Abang, Kakak, Adik dan seluruh keluarga besar penulis untuk cinta kasih yang tak terbatas dan dukungan tiada henti.

7. You help me to dream and brighten my every possibility. You recognize who I am and understand what I want now and where I want to go next. I think that must be love. Teruslah bermimpi karena Tuhan akan memeluk mimpi itu. Dearest: Veroima, Gina, Chatarina, Cici, dan Novembri.

8. Teman-teman KTB penulis Kak Vero, Katrin, dan Astry yang dengan rendah hati menekuk lututnya mendoakan dan memotivasi penulis. Sahabat-sahabat seperjuangan di akuntansi Katrin, Dini, Ronauli, Sarah, dan Vevy yang saling menopang dalam melewati masa-masa susah dan senang selama perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh teman – teman mahasiswa S1-Akuntansi Stambuk


(7)

2010, terkhusus Anistya Putri yang memberikan dukungan, saran dan semangat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak

Medan, 9 Juli 2014 Penulis

Betty Parsaoran Tambunan NIM:100503101


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1. 1 Latar Belakang………... 1

1. 2 Perumusan Masalah……… 4

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 5

1. 3. 1 Tujuan Penelitian………..….. 5

1. 3. 2 Manfaat Penelitian……….…. 5

BAB II Tinjauan Pustaka……… 6

2. 1 Landasan Teori………..……… 6

2. 1. 1 Teori Keagenan……….. 6

2. 1. 2 Manajemen Laba……… 8

2. 1. 3 International Financial Reporting Standard (IFRS)……. 12

2. 1. 3. 1 Implementasi IFRS………. 12

2. 1. 3. 2 Dampak Implementasi IFRS……….. 13

2. 2 Penelitian Terdahulu………. 16

2. 3 Kerangka Konseptual………. 19

2. 4 Hipotesis……… 20

2. 4. 1 Implementasi IFRS Mempengaruhi Penurunan Manajemen Laba………. 20

BAB III METODE PENELITIAN………. 22

3. 1 Jenis Penelitian………. 22

3. 2 Batasan Operasional………. 22

3. 3 Definisi Variabel……….. 22

3. 3. 1 Variabel Dependen……… 23

3. 3. 2 Variabel Independen………. 24

3. 3. 3 Variabel Kontrol………. 25

3. 4 Skala Pengukuran Variabel………. 26

3. 5 Populasi dan Sampel Penelitian……….. 27

3. 6 Jenis dan Sumber Data………. 29

3. 7 Metode Pengumpulan Data……….…………. 29


(9)

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN……….. 35

4. 1 Data Penelitian……….. 35

4. 2 Hasil Penelitian……….. 35

4. 2. 1 Analisis Statistik Deskriptif……… 35

4. 3 Uji Asumsi Klasik……….. 38

4. 3. 1 Uji Normalitas……….. 38

4. 3. 2 Uji Heteroskedastisitas……… 45

4. 3. 3 Uji Autokorelasi………..……. 47

4. 3. 4 Uji Multikolinearitas………..……… 48

4. 4 Pengujian Hipotesis……… 50

4. 4. 1 Koefisien Determinasi………. 50

4. 4. 2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-)F……… 51

4. 4. 3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)……….. 52

4. 5 Pembahasan Penelitian……….. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..……. 59

5. 1 Kesimpulan……….… 59

5. 2 Keterbatasan Penelitian………..……… 60

5. 3 Saran……….…. 61

DAFTAR PUSTAKA………. 63


(10)

DAFTAR TABEL No.

Tabel Judul Halaman

2. 1 Penelitian Terdahulu………. 17

3. 1 Skala Operasional Variabel……….. 26

3. 2 Sampel………. 28

4. 1 Analisis Statistik Deskriptif……… 36

4. 2 Uji Normalitas Data Awal……….. 41

4. 3 Uji Normalitas Setelah Transformasi……… 44

4. 4 Uji Durbin-Watson………. 47

4. 5 Uji Multikolinearitas………. 49

4. 6 Koefisien Determinasi……… 50

4. 7 Hasil Uji Simultan (F-test)……….. 52


(11)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2. 1 Kerangka Konseptual………. 20

4. 1 Histogram………. 39

4. 2 Kurva Normal P-Plot……….………. 40

4. 3 Histogram Setelah Data Transformasi………..………… 42

4. 4 Kurva Normal P-Plot Setelah Transformasi………. … 43

4. 5 Scatterplot Awal………. 45


(12)

ABSTRAK

PENGARUH IMPLEMENTASI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORT STANDARD (IFRS) TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA

PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba. Objek penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama lima tahun (2009-2013). Variabel utama dalam penelitian ini adalah IFRS dan manajemen laba. Penelitian ini juga memasukan beberapa variabel kontrol, yaitu: size, financial leverage, dan

price to book value. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengunduh data laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melalui situs regresi berganda.

Dalam penelitian ini, pengimplementasian IFRS ternyata berpengaruh positif dan tidak signinikan terhadap manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel kontrol tersebut, size dan financial leverage menunjukkan pengaruh negatif terhadap manajemen laba. Price to book value menunjukkan pengaruh positif. Berdasarkan penelitian ini disimpulkan bahwa pengimplementasian IFRS belum menjamin penurunan manajemen laba. Kata kunci: implementasi IFRS, manajemen laba, dan perusahaan


(13)

ABSTRACT

THE EFFECT OF IMPLEMENTATION OF INTERNATIONAL

FINANCIAL REPORT STANDARD (IFRS) ON EARNINGS MANAGEMENT IN BANKING COMPANIES LISTED IN IDX

This research aimed to give empirical evidence concerning the effect of the implementation of IFRS on earnings management. The research objects were the banking companies listed in Indonesia Stock Exchange during the five years (2009-2013). The main variables in this study are IFRS and earnings management. This research also includes several control variables i.e size, financial leverage, and price to book value. Secondary data collection is done by downloading financial statement data companies listed in Indonesia Stock Exchange through the site www.idx.co.id. The data were analyzed by using multiple regression analysis.

In this research, the implementation of IFRS indicates the positive and not to have significant effect on earnings management. The other result indicates that among the three control variables, size and financial leverage indicates a negative effect on earnings management. Price to book value indicates a positive influence on earnings management. Based on this research concluded that the implementation of IFRS has not fully guaranteed a decrease in earnings management yet.

Keywords: implementation of IFRS, earnings management, and banking companies.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan sarana pengomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter dan memberikan banyak informasi yang berguna bagi para investor (Kieso, 2008:2). Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit, informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan, dan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahannya (Kieso, 2008:5). Prinsip pengungkapan penuh berlaku bagi pelaporan keuangan atas setiap fakta keuangan yang cukup signifikan agar tidak menyesatkan stakeholders.

Menurut Warren (2005:24), laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan (matching concept). Laporan ini berisi kinerja perusahaan dalam satu periode, umumnya satu tahun. Laba merupakan salah satu informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Pengguna laporan keuangan sering mengaitkan laba perusahaan sebagai indikator prestasi dan kinerja manajemen. Perhatian para investor yang terpusat pada informasi laba membuat manajemen berpotensi untuk memanipulasi data. Manajemen dapat memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk modifikasi laba yang


(15)

dilaporkan. Salah satu cara yang digunakan manajemen untuk mencapai tingkat laba yang diinginkan yakni melalui manajemen laba (earnings management). Levit (1998) mendefinisikan manajemen laba sebagai area “abu-abu” sehingga akuntansi dan laporaan keuangan menjadi tidak wajar karena manajer menggunakan teknik akuntansi untuk mencapai kepentingannya. Manajemen laba merupakan fenomena yang sukar untuk dihindari karena merupakan dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan laba rugi dan laporan posisi keuangan. Pada accrual basis pencatatan disusun berdasarkan pada saat transaksinya, bukan pada saat menerima atau mengeluarkan kas.

Standard akuntansi merupakan pedoman yang dibuat oleh badan pembuat standard untuk mengakomodasi tata cara penyusunan laporan keuangan yang baik dan berkualitas. Keruntuhan Enron pada tahun 2001 menyebabkan anjloknya pasar saham secara keseluruhan. Kecurangan Enron dengan memanipulasi laporan keuangan dan kegagalan investasi properti di Amerika tahun 2008, menyebabkan menurunnya kepercayaan global terhadap standard akuntansi Amerika (generally accepted accounting principles-GAAP).

Banyak negara di dunia kini telah beralih dari US GAAP ke International Financial Reporting Standard (IFRS). Permasalahan akan kebutuhan standar yang berkualitas menuntun akan pengadopsian IFRS ke dalam standar akuntansi domestik. Keseragaman standar akuntansi akan memudahkan investor di negara lain memahami laporan keuangan. Penggunaan praktik akuntansi yang sama di berbagai negara akan memudahkan investor dalam mendeteksi manajemen laba. Fleksibilitas memilih metode akuntansi memotivasi manajer untuk memilih


(16)

metode akuntansi yang digunakan untuk memanipulasi laba. Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisasi praktik-praktik kecurangan akuntansi. IFRS dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen dengan pengetatan aturan dan pendekatan

fair value dalam penyajian laporan keuangannya.

Secara teori implementasi IFRS dapat mengurangi manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Pengadopsian IFRS secara keseluruhan di Indonesia berlaku efektif dan wajib bagi perusahaan yang go public terhitung mulai 1 Januari 2012. Namun, masih menjadi bias apakah penerapan IFRS dapat mengurangi perilaku manajemen laba pada perusahaan. Lin dan Paanaen (2006) meneliti perubahan pola aktivitas manajemen laba dimana IASB tidak efektif mengurangi aktivitas manajemen laba secara keseluruhan. Callao dan Jarne (2010) membandingkan diskresioneri akrual perusahaan yang listing di 11 pasar saham Eropa setelah pengadopsian IFRS, mereka menemukan bahwa IFRS mendukung diskresioneri akuntansi dan perilaku oportunistik. Rudra dan Bhattacharjee (2011) menemukan bahwa IFRS tidak berpengaruh terhadap manjemen laba. Penelitian yang dilakukan Wang dan Campbell (2012) menyatakan adopsi IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Santy dkk (2012) tentang pengaruh pengimplementasian IFRS terhadap tingkat manajemen laba pada sektor perbankan, menghasilkan kesimpulkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh


(17)

signifikan terhadap manajemen laba dan tidak terdapat perbedaan tingkat manajemen laba yang signifikan antara sebelum dan sesudah adopsi IFRS.

1.2Rumusan Masalah

Sejauh mana laba dimanipulasi sudah lama menarik bagi pengamat, pengawas, peneliti, dan profesional investasi lainnya, Beneish (1999). Tindakan manajemen laba mengurangi relevansi dan keandalan dari laporan keuangan dan dapat mengurangi tingkat kepercayaan terhadap laporan keuangan itu sendiri kemudian menyesatkan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemakai laporan keuangan.

Legalisasi manajemen laba membuat praktek ini sulit dihilangkan dalam kegiatan perusahaan. Upaya untuk mengurangi manajemen laba tersebut yaitu melakukan koreksi terhadap standard akuntansi melalui implementasi IFRS. IFRS diharapkan dapat meminimalisir tingkat manajemen laba melalui aturan-aturan yang ketat dalam penyajian, pengungkapan, pengakuan, dan pengukuran instrument keuangan yang ketat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Apakah implementasi IFRS mempengaruhi penurunan manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI ?


(18)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. 3. 1 Tujuan Penelitian

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini bertujuan untuk:

Mengetahui pengaruh implementasi IFRS terhadap tingkat manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.

1. 3. 2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagi pembaca, memberikan pengetahuan mengenai pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba.

2. Bagi penelitian yang akan datang, sebagai acuan bagi penelitian yang berkaitan dengan pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba

3. Bagi akademisi, memeberikan kontribusi pada literatur-literatur terdahulu mengenai pengaruh penerapan IFRS di Indonesia terhadap manajemen laba


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori

2. 1. 1 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam kerangka hubungan keagenan

(agency theory), adanya masalah keagenan disebabkan karena konflik kepentingan antara principal dan agent, kontrak yang tidak lengkap serta adanya asimetri informasi antara principal dan agent. Munculnya potensi konflik antara

principal dan agent dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Kepentingan manajer dan pemilik tidak selalu secara sempurna bisa diselaraskan karena terdapat perbedaan preferensi tingkat risiko, perbedaan diversifikasi serta adanya asimetri informasi.

Macey dan O’Hara (2003) mengemukakan perbedaan karakteristik industri perbankan dengan industri lain, meliputi: pertama, bank adalah sektor usaha yang “tidak transparan”. Kedua, bank merupakan sektor usaha yang memiliki tingkat regulasi tinggi dibanding dengan sektor usaha lain karena kondisi perekonomian sangat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan industri keuangan.

Karakteristik bank yang “tidak transparan” dapat menimbulkan masalah keagenan. Kondisi seperti ini dinamakan asimetri informasi dimana agen lebih banyak mengetahui informasi mengenai perusahaan dari pada pihak lainnya (principal). Adanya asimetri informasi mendorong agen melakukan perilaku yang tidak seharusnya (dysfunctional behavior). Menurut penelitian Furfine dalam Levine (2004) asimetri informasi yang lebih besar terjadi pada industri perbankan


(20)

dibanding industri lain. Misalnya, kualitas kredit yang diberikan tidak dapat diobservasi secara langsung dan dapat disembunyikan dalam waktu yang lama. Bank dapat dengan cepat mengganti komposisi resiko aset mereka dengan memperpanjang kredit klien yang sebenarnya tidak dapat memenuhi kewajiban sebelumnya (Levine, 2004).

Bank beroperasi pada lingkungan yang sangat teregulasi. Regulator mewakili kepentingan penabung karena para penabung tidak mampu mengawasi bank secara optimal. Bentuk perlindungan tersebut diantaranya melalui aturan kewajiban pemenuhan kecukupan modal minimum (capital adequacy ratio), cadangan wajib bank (reserve requirement), kebijakan pengungkapan (disclosure)

serta kewajiban pembentukan cadangan kerugian aktiva produktif. Bank Indonesia sebagai regulator perbankan di Indonesia telah menerbitkan berbagai regulasi termasuk mengatur prosedur akuntansi bank, untuk melindungi kepentingan publik. Namun pada kondisi tertentu, regulasi justru memberikan insentif kepada pengelola bank untuk mengambil tindakan yang merugikan stakeholder lain (Supriyatno, 2006).

Asimetri informasi merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya agency cost di industri perbankan dan semakin menyuburkan praktek manajemen laba. Semakin tinggi asimetri informasi mengakibatkan semakin tinggi tingkat manajemen laba. Menurut Hendriksen dan Van Breda (2002), asimetri informasi memunculkan dua masalah yaitu adverse selection dimana para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Selanjutnya


(21)

moral hazard dimana kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham. Bank sentral sebagai regulator berusaha menciptakan disiplin pasar dan meminimalkan tindakan penyimpangan moral hazard dan adverse selection pengelola bank yang dapat menimbulkan resiko tinggi bagi para pemilik dana. Sejak 1 Januari 2014 pengawasan bank-bank diseluruh Indonesia telah beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. 1. 2 Manajemen Laba

Menurut Fishcer and Rosenzweig (dalam Narendra, 2013), manajemen laba adalah tindakan yang dilakukan manajer divisi yang bertujuan meningkatkan (menurunkan) pendapatan yang dilaporkan saat ini tanpa kesesuaian peningkatan (penurunan) dalam keuntungan ekonomik jangka panjang divisi tersebut.

Manajemen laba merupakan cara yang digunakan manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara pemilihan kebijakan akuntansi dan prosedur akuntansi tertentu oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara ilmiah dapat memaksimumkan utilitas mereka atau nilai pasar perusahaan (Scoot, 1997).

Laporan keuangan menjadi lebih merefleksikan keinginan manajemen daripada mengungkapkan kinerja keuangan yang sesungguhnya. Manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajemen untuk mencapai tujuan khusus. Dari defenisi tersebut manajemen laba merupakan suatu proses


(22)

yang disengaja, menurut batasan standar akuntansi keuangan, untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.

Manajemen laba menjadi realitas yang sulit dihindari karena merupakan imbas dari disepakatinya penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Cara akrual yang dapat dilakukan dalam pengolahan transaksi dengan jumlah besar mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perbankan (Gray, 2004). Ketika bank tidak mengidentifikasi secara cermat kemungkinan munculnya asset bermasalah, neraca dan laporan laba rugi tidak lagi merefleksikan kondisi keuangan bank sesungguhnya. Wilson (1996) menyatakan bahwa tujuan akrual sesungguhnya adalah untuk menjadikan laporan keuangan menjadi lebih informatif dan mencerminkan kondisi yang sesungguhnya. Dasar akrual merupakan suatu cara mengomunikasikan inside and private informations

dan sekaligus meningkatkan kemampuan laba dalam menggambarkan nilai ekonomi yang mendasarinya. Dasar akrual mewajibkan perusahaan mengakui pendapatan dan biaya yang sudah menjadi hak atau kewajiban dalam periode berjalan meskipun transaksi kas baru akan terjadi dalam periode berikutnya.

Manajemen laba terdiri atas discretionary accruals dan nondiscretionary accruals. Discretionary accruals merupakan komponen akrual hasil rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dan keleluasaan dalam estimasi dan pemakaian standar akuntansi. Sedangkan, nondiscretionary accruals merupakan komponen akrual yang diperoleh secara alamiah dari dasar pencatatan dengan mengikuti standar akuntansi (Sulistyanto, 2008:164). Kajian-kajian mengenai manajemen laba sering difokuskan pada penggunaan discretionary accruals


(23)

karena mengekspresikan keinginan dan pilihan kebijakan manajer dalam menginformasikan kepada pihak eksternal.

Ahmed dkk (1999) mengemukakan bahwa motif manajer melakukan manajemen laba di perbankan meliputi :

1. Signaling hypothesis menjelaskan bahwa manajer menggunakan manajemen laba akuntansi untuk menyediakan inside information tentang kondisi fundamental perusahaan saat ini dan prospek kinerja mendatang kepada para stakeholder supaya keputusan ekonomi yang mereka pilih menjadi lebih tepat.

2. Opportunistic behavior hypothesis menjelaskan bahwa pengelola perusahaan menggunakan informasi akuntansi untuk membuat pertumbuhan laba kelihatan stabil.

3. Capital regulation hypothesis menjelaskan bahwa salah satu tujuan manajer melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi regulasi permodalan dalam rangka menghindari sangsi terutama pada industri dengan tingkat regulasi tinggi.

Menurut Scott (1997:343) terdapat empat pola manajemen laba :

1. Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba perusahaan pada periode berjalan menjadi sangat ekstrim rendah (rugi) atau sangat ekstrim tinggi dibandingkan dengan laba pada periode sebelum atau sesudahnya. Taking a bath terjadi selama periode adanya tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru.

2. Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Income minimization dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis. Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, pengeluaran R & D, dan lain-lain.

3. Income maximization adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, meningkatkan keuntungan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya, dan memindahkan biaya untuk periode lain.

4. Income smoothing atau perataan laba adalah salah satu bentuk manajemen laba yang dilakukan dengan cara membuat laba akuntansi relatif konsisten


(24)

dari periode ke periode. Dalam hal ini pihak manajemen dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam pelaporan laba, sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi.

Para akademisi (Haryono, 2008) juga telah mengidentifikasi lima cara yang umumnya digunakan oleh perusahaan untuk melakukan manajemen laba:

1. Big bath charges dimana perusahaan yang berada dalam tahap restrukturisasi membuat “lubang” dalam neraca dengan cara menghapus sejumlah earnings assets, membuat kewajiban substansial, dan cadangan kerugian aktiva produktif.

2. Creative acquisition accounting, kondisi ini terjadi ketika perusahaan ingin mengakuisisi perusahaan lain tetapi biaya (harga beli) di atas nilai buku substansial sehingga perusahaan harus mengamortisasi goodwill

yang terjadi pada periode mendatang. Tindakan tersebut akan menurunkan laba. Untuk menghindari itu, perusahaan memilih untuk mengklasifikasi bagian kelebihan biaya tersebut sebagai penelitian dan pengembangan. 3. Cookie jar reserves, yaitu mencatat jumlah cadangan dengan jumlah yang

lebih besar (overstate reserves) dari pada jumlah seharusnya (cadangan untuk aktiva produktif yang meragukan, aktiva produktif macet atau cadangan untuk garansi produk) selama periode tingkat profitabilitas tinggi. Ketika bank mengalami masa buruk, cadangan-cadangan tersebut akan dikurangi untuk meningkatkan angka laba.

4. Materiality, perusahaan kadang memasukkan banyak pendapatan yang tidak material yang akan terakumulasi dan dapat meningkatkan jumlah laba, untuk mencapai tingakt tertentu.

5. Revenue recognition, cara ini paling populer untuk melakukan manjemen laba, dengan cara mengakui pendapatan dan laba yang sebenarnya masih

premature.

Allen (1992) berpendapat bahwa salah satu motif manajemen laba di perbankan adalah tujuan window dressing. Window dressing adalah penggunaan transaksi keuangan jangka pendek yang digunakan untuk memanipulasi nilai akuntansi pada sekitar tanggal neraca. Manajer kadang melakukan overstated

secara permanen dengan cara meningkatkan tren ukuran aset bank (upward window dressing) untuk meningkatkan manfaat yang diterima manajer. Pemegang


(25)

saham justru lebih suka manajer melakukan downward window dressing untuk menurunkan kewajiban pajak.

Teknik yang biasanya dijumpai dalam praktik manajemen laba adalah mengubah metode akuntansi, membuat estimasi akuntansi, mengubah periode pengakuan pendapatan dan biaya, mereklasifikasi akun current dan noncurrent, serta mereklasifikasi akrual diskresioner (accrual discretionary) dan akrual nondiskresioner (accrual nondiscretionary) (Wolk, Dodd, dan Tearney;2006).

2. 1. 3 International Financial Reporting Standard (IFRS) 2. 1. 3. 1 Implementasi IFRS

IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap transparansi informasi keuangan. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Namun sampai akhir 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standard IFRS dari total 33 standard. Minimnya sumber daya untuk mendukung anggota DSAK-IAI yang semua anggotanya adalah paruh waktu bekerja untuk pengembang standar pelaporan, IFRS yang sangat cepat berubah sehingga DSAK-IAI sulit untuk mengejarnya, dan masalah translasi bahasa menjadi kendala dalam penerapan IFRS ke dalam PSAK.

Kesiapan pelaku industri juga menjadi pertanyaan. Ketidakpastian industri keuangan khususnya perbankan dalam mengadopsi standar akuntansi instrumen keuangan PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) membuat banyak pihak


(26)

meragukan apakah Indonesia siap dalam mengadopsi IFRS. PSAK 50 dan PSAK 55 (revisi 2006) adalah standar akuntansi instrumen keuangan yang diadopsi dari IAS 39 Recognation and Measurement of Financial Instrumen dan IAS 32

Presentation and Disclosure of Financial Instruments yang sedianya berlaku efektif mulai 1 Januari 2009 dengan terpaksa diundur menjadi 1 Januari 2010 akibat dari desakan pelaku industri yang belum siap menerapkannya. PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) yang mengacu pada IAS 32 dan IAS 39 merupakan PSAK yang kontroversial karena dampaknya yang besar pada industri perbankan Indonesia dimana instrumen keuangan adalah komponen utama dari aset dan liabilitas bank.

2. 1. 3. 2 Dampak Implementasi IFRS

Menurut Caratri (2011) implikasi berlakunya PSAK No. 50 (revisi 2006) sebagai pengganti PSAK No. 50 (1998) dalam industri perbankan Indonesia terkait dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) atau loan loss provisioning. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) merupakan salah satu komponen akrual yang sangat besar di bank. Perhitungan CKPN menggunakan PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) lebih ketat dan objektif dibandingkan PSAK sebelumnya, namun demikian mengandung unsur penilaian (judgment) yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan kecenderungan manajemen laba melalui CKPN (Santy dkk, 2012).


(27)

Myer (1990), Beatty et al. (1995), dan Collins et.al (1995) menemukan bukti manajemen melakukan manajemen laba untuk memenuhi kecukupan modal menggunakan loan charge off (penghapusan loan loss provision). Kanagaretnam et al. (2004) menemukan bahwa manajer melakukan perataan laba melalui loan loss provision (LLP) untuk mengurangi variabilitas laba. Keuntungan atau kerugian dari instrument keuangan adalah salah satu celah untuk melakukan manajemen laba selain melalui CKPN. Namun PSAK 50 dan 55 (Revisi 2006) melarang reklasifikasi antarkelompok instrumen keuangan, sehingga meningkatkan kecenderungan manajemen laba melalui CKPN.

Nilai ekonomi dari portofolio kredit dan pendanaannya (funding) dapat naik atau turun disebabkan karena adanya perubahan dengan kualitas kredit yaitu jika terjadi masalah terhadap itikad baik (willingness to pay) dan kemampuan debitur untuk melunasi kredit beserta pinjamannya (ability to pay). Penyisihan kerugian dilakukan sehingga laporan keuangan bank mencerminkan keadaan yang sebenarnya (representation faithfullness). Selama ini kalau mengacu pada PSAK yang lama, penentuan cadangan memakai konsep ekspektasi kerugian kredit (expectation loss) sehingga bank bisa menumpuk cadangan besar-besaran kalau bankir merasa default kreditnya besar. Celah ini yang banyak dimanfaatkan bank untuk memoles laporan keuangannya dan melakukan window dressing.

Namun, dengan diterapkannya PSAK 50 &55 (revisi 2006) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2008 yang menyesuaikan PSAK tersebut, bank dituntut untuk menentukan CKPN berdasarkan data historis kerugian kredit yang sudah terjadi (incurred loss) dari pengalaman kerugian yang


(28)

sudah terjadi berdasarkan data historis setiap jenis kredit bank tersebut minimal selama 3 tahun terakhir.

Sekalipun penerapan kedua PSAK revisi IFRS ini terlihat cukup ekstrim, tetapi dapat menggambarkan kondisi bank yang sesungguhnya. Adanya aturan yang tegas mengenai penentuan CPKN akan mengurangi kesempatan manajemen bank untuk melakukan window dressing. Bila dulu bank dapat menumpuk pencadangan besar dengan alasan kehati-hatian, meski kualitas kredit tidak mengkhawatirkan sehingga laba ikut turun. Tujuannya menghindari pajak atau mengatur ritme kinerja. Namun dengan diberlakukan PSAK revisian ini, bank tidak bisa lagi melakukan hal itu. Dan bank sebetulnya memiliki kesempatan untuk meningkatkan kinerja laporan keuangannya dengan mendapatkan kredit yang memiliki kualitas yang baik.

Menurut Ng Eng dan Wahyuni (2012:5), IFRS memiliki banyak kelebihan sebagai berikut :

1. IFRS dihasilkan oleh suatu lembaga internasional yang independen sehingga pengaruh kekuatan politik dalam penyusunan standar dapat minimal.

2. Proses pembuatan IFRS lebih komprehensif melalui riset yang mendalam. Komentar untuk discussion paper maupun exposure draft keluaran IASB datang dari seluruh dunia sehingga standar yang dihasilkan lebih mencerminkan kebutuhan global dari pada kebutuhan suatu negara tertentu.

3. IFRS adalah standard yang berbasis prinsip (principle based) sehingga pengaturannya lebih sederhana dibandingkan dengan standar pelaporan keuangan keluaran Amerika Serikat yang lebih terperinci dan rumit

(rule based).

4. IFRS mensyaratkan pengungkapan informasi (disclosure) yang lebih detail dan terperinci sehingga membantu pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang relevan.


(29)

5. IFRS semakin diterima oleh banyak negara, terlebih setelah terbukti standar akuntansi Amerika Serikat tidak mampu membentengi skandal-skandal perusahaan besar seperti kasus Enron dan Worldcom.

2. 2 Penelitian Terdahulu

Wang dan Campbell (2012) menyatakan IFRS menurunkan manajemen laba tetapi bukti ini belum cukup kuat dan masih harus dilakukan penelitian lebih lanjut.

Barth et al. (2008) meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalnya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS dari tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan masa sebelum transisi dimana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.

Penelitian Rudra (2011) mengenai apakah adopsi IFRS memengaruhi manajemen laba pada perusahaan perbankan dan sector keuangan di India menunjukkan bahwa IFRS tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Santy dkk (2012) meneliti apakah adopsi IFRS mempengaruhi manajemen laba pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan Narendra (2013) mengenai pengaruh pengadopsian IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur menunjukkan IFRS berpengaruh positif


(30)

terhadap manjemen laba dan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan seudah adopsi IFRS.

Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu No Nama peneliti

(tahun)

Judul Variabel penelitian

Hasil penelitian 1 Ying Wang and

Michael Campbell (2012)

Perbandingan manajemen laba : IFRS vs. China GAAP

Variable Independen: IFRS vs. China GAAP

Variabel Dependen: Manajemen Laba

Adopsi IFRS menurunkan manajemen laba, bukti ini belum kuat dan perlu penelitian lebih lanjut.

2 Rudra (2012) Apakah IFRS mempengaruhi manajemen laba? Bukti dari India Variabel independen : IFRS Variabel dependen : manajemen laba Variabel control : size, financial leverage,

market to book ratio, dan foreign institutional investor Manajemen laba meningkat secara signifikan dengan adanya IFRS. Financial leverage berpengaruh positif, market to book value berpengaruh

negatif, size tidak berpengaruh secara signifikan, dan tidak ditemukan hubungan pada foreign institutional investor. 3 Santy dkk (2012) Pengaruh

IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan Variabel independen : IFRS Variabel Adopsi IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap


(31)

perbankan di Bursa Efek Indonesia

dependen : manajemen laba Variabel control : size, financial leverage,

market to book ratio, dan institutional

investor

manjemen laba dan tidak terdapat perbedaan

manajemen laba signifikan

sebelum dan sesudah IFRS. Size dan leverage berpengaruh positif, market to book value berpengaaruh negative, dan institutional investor tidak berpengaruh.

4 Rohaeni dan Aryati (2012) Pengaruh konvergensi IFRS terhadap income smoothing dengan kualitas audit sebagai variabel moderasi Variabel independen : IFRS Variabel dependen : income smoothing Variabel moderasi : kualitas audit IFRS berpengaruh negatif terhadap income smoothing dan interaksi antara IFRS dengan kualitas audit berpengaruh positif terhadap income smoothing. 5 Narendra (2012) Pengaruh

pengadopsian IFRS terhadap manajemen laba. Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2012 Variabel independen : IFRS Variabel dependen : manajemen laba Variabel control : size, financial leverage,

market to book ratio, dan institutional investor IFRS berpengaruh positif terhadap manjemen laba dan terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan seudah adopsi IFRS. Financial leverage berpengaruh positif, market to book value berpengaruh

negative, size dan institutional


(32)

berpengaruh.

2. 3 Kerangka Konseptual

Kejatuhan perekonomian Amerika Serikat mulai dari kasus Enron hingga kegagalan investasi properti menyebabkan krisis global yang membuat kepercayaan dunia terhadap US GAAP memudar. IFRS menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. IFRS merupakan standard penyusunan pelaporan keuangan yang dilaksanakan oleh banyak negara di dunia dalam rangka konvergensi menuju terwujudnya penggunaan satu standar yang sama.

Cai dkk (2008) mengungkapkan salah satu isu dari IASB adalah bahwa standar internasional bertujuan untuk menyederhanakan berbagai alternatif kebijakan akuntansi yang diperbolehkan dan diharapkan untuk membatasi pertimbangan kebijakan manajemen (management’s discretion) terhadap manipulasi laba sehingga dapat meningkatkan kualitas laba. Faktor-faktor lain seperti ukuran perusahaan (size), financial leverage, market to book ratio dan

institutional investor perlu diperhatikan dalam meneliti manajemen laba (Rudra, 2011). Penelitian ini tidak memasukkan institutional investor sebagai variabel kontrol.


(33)

Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan kerangka konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut:

H1

Gambar 2. 1

Kerangka Konseptual Hipotesis

2. 4 Hipotesis

2. 4. 1 Implementasi IFRS Merpengaruhi Penurunan Manajemen Laba

Sulistyanto (2008) mengemukakan bahwa keberadaan aturan dalam standard akuntansi dapat merupakan suatu alat yang mengakomodasi dan memfasilitasi perusahaan melakukan kecurangan. Wang dan Campbell (2012) menyatakan adopsi IFRS menurunkan manajemen laba sedangkan Jeanjean dan Stolowy (2008) menemukan bukti bahwa manajemen laba tidak mengalami penurunan setelah implementasi IFRS dan bahkan meningkat untuk Prancis.

Pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba melalui penerapan fair value dan balance sheet approach. Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak semakin

Variabel Independen (X): Implementasi IFRS

Variabel Dependen (Y):

MANAJEMEN LABA


(34)

sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan. Penerapan IFRS juga berdampak pada pengungkapan yang lebih banyak dan lebih terinci sehingga akan mengurangi tingkat asimetri informasi.

IFRS dengan pendekatan principled based dianggap dapat meminimalisir tingkat manajemen laba dengan pengetatan aturan dan pendekatan fair value

dalam penyajian laporan keuangan. Namun principled based yang menekankan pada konsep, pada penerapannya dapat memberikan ruang yang lebih bagi manajemen untuk melakukan manajemen laba melalui penggunaan professional judgement yang ditumpangi kepentingan untuk mengatur laba.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis pertama sebagai berikut :

H1 : Implementasi IFRS mempengaruhi penurunan manajemen laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3. 1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian penjelasan atau explanatory yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Yang dijelaskan di sini adalah tentang pengaruh variabel-variabel terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menghasilkan data riil berupa angka.

3. 2 Batasan Operasional

Atas pertimbangan-pertimbangan efisensi, minat, keterbatasan waktu dan tenaga, serta pengetahuan penulis, maka penulis melakukan beberapa batasan konsep terhadap penelitian yang akan diteliti, yaitu diantaranya:

1. Penelitian ini dibatasi hanya selama 4 tahun yaitu dari tahun 2009-2012.

2. Penelitian dilakukan hanya terbatas pada perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

3. Penelitian ini meneliti pengaruh pengadopsian IFRS baik secara parsial maupun simultan terhadap praktik manajemen laba.

3. 3 Definisi Variabel Operasional

Penelitian yang akan dilakukan ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel terikat (dependent), variabel bebas (independent), dan variabel kontrol (control).


(36)

3. 3. 1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Model penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu manajemen laba (earnings management) yang diproksikan dengan discretionary accruals, dikarenakan discretionary accruals saat ini telah dipakai secara luas untuk menguji hipotesis manajemen laba. Penelitian sebelumnya (Rudra, 2011) menggunakan model pendekatan aggregate accrual modifikasi Jones, sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pendekatan specific accrual Beaver dkk. (1996).

Discretionary accruals merupakan tingkat akrual yang tidak normal yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba sesuai dengan yang mereka inginkan. Discretionary accruals menggunakan komponen akrual dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan (Sulistyanto, 2008).

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (Loan Loss Provision) terdiri dari komponen diskresioner (DLLPit) dan nondiskresioner (NDLLPit). Mengikuti penelitian terdahulu (Beaver dan Enjel, 1996 dan Kanagaretnam et al., 2004) berikut adalah model yang digunakan untuk mengestimasi komponen nondiskresioner dari CKPN:

LLPit = α1 + α2NPLit-1 + α3∆NPLit + α4∆NLOANit + eit……(model 1) Dimana :


(37)

LLPit = saldo CKPN dibagi total asset awal tahun

NPLit-1 = saldo awal non performing loan (kredit yang bermasalah) dibagi total asset awal tahun. Kredit yang bermasalah terdiri dari Kredit yang Diberikan berdasarkan tingkat kolektibilitasnya digolongkan menjadi (a) dalam perhatian khusus, (b) kurang lancar, (c) diragukan, dan (d) macet. ∆NPLit = selisih NPL t dengan NPL t-1 dibagi total asset awal

tahun.

∆NLOANit = perubahan nilai kredit yang diberikan dibagi total asset awal tahun.

Pada model satu independen variabel adalah komponen diskresioner CKPN (NDLLP) sedangkan komponen diskresionernya (DLLP) adalah nilai residunya.

3. 3. 2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh implementasi IFRS. Dalam menganalisis pengaruh implementasi IFRS terhadap manajemen laba menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang menerapkan adopsi IFRS diberi nilai 1 dan yang belum diberi nilai 0. Penerapan IFRS yang dimaksud dalam penelitian ini berkenaan dengan PSAK No. 50 (revisi 2006) mengenai penyajian dan pengungkapan instrument keuangan dan PSAK No. 55 (revisi 2006) mengenai pengakuan dan pengukuran instrument keuangan.


(38)

3. 3. 3 Variabel Kontrol (Control Variabel)

Dalam menganalisis pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi manajemen laba yang harus dikendalikan. Oleh sebab itu penelitian ini menyertakan sejumlah variabel kontrol ke dalam analisis untuk mengontrol faktor-faktor lain yang diduga ikut berpengaruh terhadap variabel dependen. Tujuan penyertaan variabel kontrol adalah untuk menghindari terjadinya kesalahan spesifikasi model empiris yang digunakan dalam penelitian dan menghindari adanya hasil perhitungan yang bias.

Adapun variabel kontrol yang digunakan yaitu ukuran (size) perusahaan,

financial leverage (D/E), dan market to book ratio (M/B). 1. Ukuran (size) Perusahaan

Ukuran (size) perusahaan merupakan logaritma dari total asset. Size = Ln Total Aset

2. Financial Leverage

Financial leverage menggambarkan ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam pembiayaan operasinya. Rasio ini juga mencerminkan tingkat risiko keuangan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat DER (debt to equity ratio) tinggi menunjukkan komposisi total hutang semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur). Financial leverage (D/E), dihitung dari total liabilitas dibagi dengan total ekuitas (Rudra, 2011). DER = ����� ����������


(39)

3. Price to Book Value

Price to Book Value adalah rasio nilai pasar ekuitas saham perusahaan dengan nilai akuntansi ekuitas itu. Bila price to book value relatif tinggi dibanding rata-rata industri maka hal itu menunjukkan bahwa perusahaan dapat lebih efisien menggunakan asetnya untuk menciptakan nilai. Price to book value, dihitung dari market value of equity dibagi dengan book value of equity (Rudra, 2011).

PBV = ����� ����� �������� ���� ����� ��������

3. 4 Skala Pengukuran Variabel

Operasional Variabel penelitian ini dapat dilihat secara lebih lengkap pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1

Skala Operasional Variabel Jenis

Variabel Variabel Defenisi Variabel Rumus Skala

Variabel Dependen Manajemen Laba Cara manajer untuk mempengaruhi angka laba secara sistematis dan sengaja dengan cara pemilihan kebijakan dan prosedur akuntansi tertentu

DLLPit = LLPit - NDLLPit

Rasio

Variabel Independen

IFRS Implementasi IFRS ke PSAK

Dummy variable: 1= sudah adopsi IFRS; 0= belum adopsi IFRS

Nominal

Variabel Kontrol

Size Kemampuan suatu

perusahaan dalam melakukan operasi dan

berinvestasi guna mencari keuntungan bagi

Size = Ln Total Aset


(40)

perusahaan

Financial Leverage

Menggambarkan ketergantungan

perusahaan terhadap hutang dalam pembiayaan

operasinya.

DER = ����� ���������� ����� �������

Rasio

Price to Book Value

Rasio nilai pasar ekuitas saham perusahaan dengan nilai akuntansi ekuitas itu

PBV = ����� ����� ��������

���� ����� ��������

Rasio

3. 5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah jumlah keseluruhan objek penelitian. Populasi di dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2012. Pertimbangan untuk memilih populasi perusahaan perbankan adalah karena penerapan IFRS khususnya PSAK 50/55 (revisi 2006) memiliki dampak yang sangat besar pada industri perbankan. Sampel adalah bagian dari populasi yang dinilai dapat mewakili karakteristiknya. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel sesuai dengan kriteria tertentu. Ada pun kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah :

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2009 hingga 2013 2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara


(41)

Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh sampel sebanyak 29 perusahaan dari 38 perusahaan.

Tabel 3. 2 Sampel

Kriteria

No Kode Nama Perusahaan 1 2 3 Sampel

1 AGRO Bank Rakyat Agro Niaga Tbk √ √ √ Sampel 1 2 BABP Bank ICB Bumi Putera Tbk √ √ √ Sampel 2 3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 3 4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk √ √ √ Sampel 4 5 BBCA Bank Central Asia Tbk √ √ √ Sampel 5

6 BBKP Bank Bukopin Tbk √ √ √ Sampel 6

7 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk X X X

8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 7 9 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk √ √ √ Sampel 8 10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 9 11 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 10

12 BCIC Bank Mutiara Tbk √ √ √ Sampel 11

13 BDMN Bank Danamon Tbk √ √ √ Sampel 12

14 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 13 15 BJBR Bank Jabar Banten Tbk X X X

16 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk X X X

17 BKSW Bank Kesawan Tbk √ √ √ Sampel 14

18 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk X X X

19 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk √ √ √ Sampel 15

20 BNBA Bank Bumi Arta Tbk √ √ √ Sampel 16

21 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk √ √ √ Sampel 17 22 BNII Bank International Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 18

23 BNLI Bank Permata Tbk √ √ √ Sampel 19

24 BSIM Bank Sinar Mas Tbk X X X

25 BSWD Bank Swadesi Tbk √ √ √ Sampel 20

26 BPTN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk √ √ √ Sampel 21 27 BVIC Bank Victoria International Tbk √ √ √ Sampel 22 28 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk √ √ √ Sampel 23 29 MAYA Bank Mayapada International Tbk √ √ √ Sampel 24 30 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk √ √ √ Sampel 25

31 MEGA Bank Mega Tbk √ √ √ Sampel 26

32 NAGA Bank Mitraniaga Tbk X X X

33 NISP Bank NISP OCBC Tbk √ √ √ Sampel 27


(42)

35 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk √ √ √ Sampel 28 36 PNBS Bank Pan Indonesia Syariah Tbk X X X

37 SDRA Bank Himpunan Saudara Tbk √ √ √ Sampel 29 38 BINA Bank INA Perdana Tbk X X X

3. 6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data yang diukur dalam suatu skala numerik, dan merupakan data sekunder yaitu “sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain)” (Nur Indriantoro, 1999:147).

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diambil dari laporan tahunan (annual report) dan laporan keuangan perusahaan dari tahun 2009 sampai tahun 2012 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data tersebut diperoleh dengan mengakses situs digunakan berasal dari media massa berupa jurnal dan referensi lain yang mendukung penelitian ini.

3. 7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka dilakukan dengan mengolah data, artikel, jurnal maupun media tertulis lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dari penelitian ini. Studi dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mengumpulkan data sekunder yang digunakan untuk menyelesaikan


(43)

masalah dalam penelitian ini seperti laporan tahunan yang menjadi sampel penelitian.

3. 8 Teknik Analisis

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif berasal dari data yang diperoleh dari laporan keuangan. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka). Kesesuaian dalam menggunakan metode kuantitatif biasanya menghasilkan solusi yang tepat, ekonomis, dapat diandalkan, cepat, mudah untuk digunakan dan dimengerti.

Metode analisis data menggunakan model analisis regresi berganda

(multiple linear regression), untuk menguji pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba menggunakan bantuan program SPSS 20 for windows. Hasil penelitian berupa analisis statistik deskriptif dan teknik pengujian hipotesis.

DLLPit = a + β1IFRS + β2SIZE + β3DER + β4PBV + e Keterangan :

DLLPit = Discretionary Accruals dari Loan Loss Provission

IFRS = Adopsi IFRS, 1 bila mengadopsi IFRS dan 0 jika tidak mengadopsi

Size = ukuran perusahaan DER = debt to equity ratio

PBV = price to book value


(44)

b1-b4 = koefisien yang diestimasi e = standard error

3. 8. 1 Statistik Deskriptif

Profil perusahaan secara kuantitatif dalam penelitian ini akan digambarkan dengan metode statistik deskriptif. Penggunaan metode statistik deskriptif memiliki tujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data, yang diantaranya dilihar dari rata-rata, dan standar deviasi, dan sebagainya. Analisa ini mendeskripsikan data sampel yang telah terkumpul tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

3. 8. 2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kelayakan penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Uji asumsi klasik terdiri atas uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji normalitas data (Ghozali, 2011).

3. 8. 2. 1 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam penelitian ini sudah terdistribusi secara normal atau tidak. Apabila signifikan > 5% maka hal itu berarti data terdistribusi secara normal. Sebaliknya apabila nilai signifikan < 5% maka hal tersebut berarti data tidak terdistribusi secara normal. Supaya data terdistribusi normal maka data yang mempunyai nilai di luar batas


(45)

normal harus dihilangkan. Pengujian normalitas dilakukan dengan grafik normal P-P Pot dan Kolmogorov – Smirnov.

3. 8. 2. 2 Uji Multikolonearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen (bebas). Jika nilai tolerance value > 0,001 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2011).

3. 8. 2. 3 Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2011) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji autokorelasi digunakan uji Durbin Watson. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan residual adalah acak atau random.

3. 8. 2. 4 Uji Heteroskedastisitas

Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varian residual suatu pengamatan lain tetap maka disebut


(46)

homokesdastisitas dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas, Ghozali (2011). Dalam penelitian ini cara untuk mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas, yaitu dengan menggunakan metode grafik.

Metode ini mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dengan ktiteria sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang terukur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan adanya heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. 8. 3 Uji Hipotesis

3. 8. 3. 1 Uji Signifikansi Simultan (F Test)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang terdapat dalam persamaan regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Jika nilai F-hitung > F-tabel maka variabel independen secara serentak berppengaruh terhadap variabel dependen.


(47)

3. 8. 3. 2 Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji-t)

Uji statistik t ini digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika nilai t-hitung > (+) t-tabel atau t-hitung < (-) t-tabel maka variabel secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.


(48)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4. 1 Data Penelitian

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan linier berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft Excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian regresi berganda dengan menggunakan software SPSS Versi 20. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output

sesuai metode analisis data yang telah ditentukan. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan, didapat 29 perusahaan perbankan yang memenuhi kriteria sampel dan dijadikan sampel dalam penelitian ini selama periode pengamatan 2008-2013.

4.2Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul (Sugiyono, 2008). Pengujian statistik deskriptif penting dilakukan sebelum melakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis. Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar


(49)

deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel dependen. Hasil pengujian statistik deskriptif pada sampel penelitian yang berjumlah 29 perusahaan ditunjukkan pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LN_DLLPit 82 -8.49 -2.48 -5.1768 1.14055

IFRS 82 0 1 .82 .389

SIZE 82 28.076746 34.228303 31.2332866

3 1.815003813 DER 82 4.800000 15.450000 8.74885287 2.183850616 PBV 82 .503888 5.890000 2.05314693 1.173033562 Valid N

(listwise) 82

Sumber : Output SPSS. Diolah oleh penulis 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa :

1. Variabel dependen yaitu manajemen laba yang diukur dengan

discretionary accrual Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (DLLPit) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar -8,49 dan nilai maksimum sebesar -2,48. Nilai negatif pada

discretionary accrual berarti mengindikasikan tidak adanya upaya manajemen dalam melakukan manajemen laba. Sedangkan nilai


(50)

positif atau semakin tingginya nilai discretionary accrual

mengindikasikan terjadinya tindakan manajemen laba. Nilai rata-rata (mean) sebesar -5,1768 dan standard deviasi sebesar 1,14055. Nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel manajemen laba (DLLPit) dapat dikatakan tidak baik.

2. Variabel independen yaitu IFRS yang diukur menggunakan variabel dummy, nilai 1 digunakan jika perusahaan menerapkan IFRS dan nilai 0 jika perusahaan belum menerapkan IFRS. Variabel IFRS memiliki nilai rata-rata sebesar 0,82 dan nilai standar deviasi sebesar 0,389. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel IFRS ini dapat dikatakan baik.

3. Variabel Ukuran perusahaan (SIZE) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 28,076746 dan nilai maksimum sebesar 34,228303. Variabel SIZE memiliki nilai rata-rata sebesar 31,23328663 dan nilai standar deviasi sebesar 1,815003813. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada variabel SIZE ini dapat dikatakan baik.

4. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 4,8 dan nilai maksimum sebesar 15,45. Variabel DER memiliki nilai rata-rata sebesar


(51)

2,05314693 dan nilai standar deviasi sebesar 1,173033562. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio DER ini dapat dikatakan baik.

5. Variabel Price to Book Value (PBV) memiliki jumlah sampel (N) sebanyak 82, dengan nilai minimum sebesar 0,503888 dan nilai maksimum sebesar 5,89. Variabel PBV memiliki nilai rata-rata sebesar 2,05314693 dan nilai standar deviasi sebesar 1,173033562. Nilai standar deviasi lebih kecil dibanding nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa simpangan data pada rasio PBV ini dapat dikatakan baik.

4.3Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau variabel residual terdistribusi normal. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat apakah data normal atau tidak adalah melakukan analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan probability plot. Suatu data dikatakan baik apabila data tersebut terdistribusi normal. Pada grafik histogram, data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng.


(52)

Gambar 4.1 Histogram

Sumber : Output SPSS. Diolah oleh penulis, 2014

Berdasarkan gambar 4.1, terlihat bahwa bentuk histogram menggambarkan data yang berdistribusi normal atau mendekati normal karena bentuk histogram seperti bentuk lonceng (bell shaped curve).

Uji normalitas yang kedua adalah dengan melihat normal probability plot. Pada grafik P-P Plot, data dikatakan terdistribusi secara normal apabila titik-titik datanya menyebar disekitar garis pola. Pada gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik data tidak menyebar


(53)

dengan merata disekitar garis pola dimana ada beberapa titik yang menjauhi garis pola, sehingga ini menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi secara normal.

Gambar 4.2 Kurva Normal P-P Plot

Analisis statistik dapat dilakukan dengan pengujian Kolmogorov Smirnov. Untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal. Apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tidak terdistribusi normal. Pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(54)

Tabel 4.2

Uji Normalitas Data Awal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz

ed Residual

N 145

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation .01792651

Most Extreme Differences

Absolute .156

Positive .156

Negative -.109

Kolmogorov-Smirnov Z 1.882

Asymp. Sig. (2-tailed) .002

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS. Diolah oleh penulis, 2014

Hasil uji Kolmogorov Smirnov pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai signifikan atau nilai probabilitasnya sebesar 0,022. Maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,022 < 0,05.

Pengujian normalitas data yang dilakukan dengan uji grafik dan uji statistik menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal sehingga uji hipotesis tidak dapat dilakukan. Untuk menormalkan data penelitian maka penulis melakukan transformasi data. Salah


(55)

satu transformasi data yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Logaritma Natural (LN).

Penulis melakukan pengujian ulang terhadap normalitas data untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak setelah dilakukan transformasi data. Hasil uji normalitas data setelah dilakukan transformasi data dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 4.3

Histogram Setelah Transformasi Data

Grafik histogram pada gambar 4.3 menunjukkan pola distribusi normal karena bentuk kurva cenderung di tengah dan tidak condong ke kiri maupun condong ke kanan. Dilihat dari grafik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian berdistribusi normal.


(56)

Normalisasi data juga diuji menggunakan grafik P-P Plot. Sebuah data dapat dikatakan normal apabila distribusi data menyebar di sekitar garis diagonal. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.4 yang menunjukkan grafik normal P-P Plot setelah dilakukan transformasi data.

Gambar 4.4

Kurva Normal P-P Plot Setelah Transformasi Data

Selanjutnya uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dengan pedoman pengujian menurut Supratno (2013) adalah


(57)

dengan cara memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.) dan untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Jika signifikansi yang diperoleh > 0.05, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2. Jika signifikasi yang diperoleh < 0.05, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Setelah Transformasi One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz ed Residual

N 82

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 1.12651367

Most Extreme Differences

Absolute .089

Positive .089

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .808

Asymp. Sig. (2-tailed) .531

Sumber : Output SPSS. Diolah oleh penulis, 2014

Hasil uji kolmogorov smirnov pada tabel 4.3 diatas menunjukkan nilai Kolmogorov Smirnov (K-S) sebesar 0,808 dan


(58)

nilai signifikan sebesar 0,531 sehingga dapat disimpulkan bahawa data dalam model regresi berdistribusi normal, dimana nilai signifikansinya 0.531 > 0,05.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah uji yang dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variabel residu dari satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2011). Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut ini:

Gambar 4.5 Grafik Scatterplot Awal


(59)

Pada gambar 4.5 terlihat bahwa grafik scatterplot menunjukkan pola tertentu dimana titik-titik tidak tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Model regresi dikatakan baik apabila tidak terjadi heteroskedastisitas. Agar model regresi dapat digunakan maka peneliti melakukan transformasi data. Hasil dari transformasi data terhadap pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Gambar 4.6

Grafik Scatterpplot Setelah Transformasi Data

Pengujian heteroskedastisitas setelah transformasi data pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak


(60)

serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas dan model regresi layak dipakai untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau sebelumnya (Erlina, 2008:106). Autokorelasi sering terjadi pada sampel dengan data time series dengan sampel adalah periode waktu. Pengujian autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Tabel 4.4 Uji Durbin-Watson

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .156a .024 -.026 1.15540 1.816

a. Predictors: (Constant), PBV, DER, IFRS, SIZE b. Dependent Variable: LN_DLLPit


(61)

Hasil pengujian pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai D-W (Durbin Watson) sebesar 1,816. Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson, dimana nilai batas bawah Durbin-Watson (dl) sebesar 1,5406, nilai batas atas Durbin-Watson (du) sebesar 1,7446 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 82 dan jumlah variabel independen (k) sebanyak 4 variabel. Sesuai dengan kriteria pengambilan keputusan Durbin-Watson (du < d < 4-du = 1,7446 < 1,816 < 2,2554), maka model regresi pada penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

4.3.4 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apaka pada model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel independen. Cara untuk mendeteksi terjadinya multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai tolerance (TOL) dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, maka dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil pengujian multikolinearitas pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hasil tabel 4.3 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas dari gejala multikolinearitas karena masing-masing variabel memiliki nilai tolerance > 0.10 dan nilai VIF < 10.


(62)

(63)

Tabel 4.5 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardize d Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleranc

e

VIF

1

(Constant) -4.347 2.506 -1.735 .087

IFRS .042 .335 .014 .125 .901 .973 1.028 SIZE -.032 .080 -.052 -.405 .686 .784 1.276 DER -.022 .060 -.041 -.362 .718 .968 1.033 PBV .164 .123 .169 1.331 .187 .786 1.272 a. Dependent Variable: LN_DLLPit

Hasil pengujian multikolinearitas pada tabel 4.5 menunjukkan nilai tolerance variabel independen lebih besar dari 0,1. Nilai

tolerance IFRS sebesar 0,973; SIZE sebesar 0,784; DER sebesar 0,968; dan PBV sebesar 0,786. Hasil perhitungan VIF kurang dari 10 terlihat pada IFRS sebesar 1,028; SIZE sebesar 1,276; DER sebesar 1,033; dan PBV sebesar 1,272. Dari nilai tolerance dan nilai VIF dimana masing-masing nilai variabel independen memenuhi kriteria pengujian multikolinearitas maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.


(64)

4.4 Pengujian Hipotesis

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan pengujian koefisien determinasi, uji signifikansi simultan (Uji-F), dan uji signifikansi parsial (Uji-T).

4.4.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R-Square) menunjukkan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Apabila nilai R-Square semakin mendekati satu, maka variabel-variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Tabel 4.6

Koefisien Determinasi (R-Square)

P a

Pada tabel 4.6 hasil analisis uji koefisien determinasi menunjukkan nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,156 yang berarti korelasi atau hubungan antar variabel yaitu variabel dependen (manajemen laba) dengan variabel independennya (IFRS, SIZE, DER, dan PBV) mempunyai hubungan sebesar 15,6%. Koefisien

Model Summaryb Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .156a .024 -.026 1.15540 1.816

a. Predictors: (Constant), PBV, DER, IFRS, SIZE b. Dependent Variable: LN_DLLPit


(65)

korelasi (R) dikatakan kuat apabila nilai koefisien R berada diatas 0,5 dan mendekati 1.

Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0,024 berarti 2,4% manajemen laba yang diukur dari diskresionary akrual loan loss provission perusahaan dipengaruhi oleh struktur IFRS, SIZE, DER, dan PBV. Sementara sisanya 97,6% dapat dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,026 mengindikasikan bahwa variabel independen (IFRS, SIZE, DER, dan PBV) mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 2,6% dan sisanya sebesar 97,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Untuk melihat pengaruh IFRS, SIZE, DER, dan PBV terhadap manajemen laba perusahaan secara simultan dapat dihitung dengan menggunakan F-test. Apabila tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi, jika nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba.


(66)

Tabel 4.7

Hasil Uji Simultan (F-Test)

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean Square F Sig.

Regression 2.577 4 .644 .483 .748b

Residual 102.792 77 1.335

Total 105.369 81

a. Dependent Variable: LN_DLLPit

b. Predictors: (Constant), PBV, DER, IFRS, SIZE

Dari uji ANOVA (Analysis of Variance) didapat nilai Fhitung

sebesar 0,483 dan diketahui nilai Ftabel sebesar 2,49. Berdasarkan hasil

tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung < Ftabel (0,483<2,49) dan

nilai signifikansi untuk uji F yang diperoleh sebesar 0,748 lebih besar dari tingkat signifikansi alpha yang telah ditetapkan 5% (0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel IFRS, SIZE, DER, dan PBV tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap manajemen laba.


(67)

4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji – t)

Secara parsial, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji-t ( t-Test). Uji-t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel-variabel dependen secara inidividu (parsial). Dalam uji-t digunakan hipotesis sebagai berikut :

Ho : variabel IFRS, SIZE, DER, dan PBV tidak berpengaruh

signifikan secara parsial terhadap manajemen laba.

Ha : variabel IFRS, SIZE, DER, dan PBV berpengaruh signifikan

secara parsial terhadap manajemen laba.

Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak digunakan statistik T (Uji Secara Parsial) dengan tingkat signifikansi (∝) = 5%. Kriteria pengujian yang digunakan adalah jika nilai signifikansi (∝) lebih kecil dari 0,05 maka variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel independen.


(68)

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (t-Test) Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) -4.347 2.506 -1.735 .087

IFRS .042 .335 .014 .125 .901

SIZE -.032 .080 -.052 -.405 .686

DER -.022 .060 -.041 -.362 .718

PBV .164 .123 .169 1.331 .187

a. Dependent Variable: LN_DLLPit

Berdasarkan hasil pengujian t-test pada Tabel 4.8, maka dapat disimpulkan hasil signifikansi atau pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Hasil uji variabel IFRS terhadap manajemen laba menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,901>0,05) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran

IFRS tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur manajemen laba.

2. Hasil uji variabel SIZE terhadap manajemen laba menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,686 > 0,05)


(69)

maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur manajemen laba.

3. Hasil uji variabel DER terhadap manajemen laba menunjukkan bahwa nilai signifikansi financial leverage (DER) lebih besar dari 0,05 (0,718 > 0,05) maka H0 diterima. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa financial leverage (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur manajemen laba.

4. Hasil uji variabel PBV terhadap manajemen laba menunjukkan bahwa nilai signifikansi PBV lebih besar dari 0,05 (0,187 > 0,05) maka H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

Dari hasil pengujian pada Tabel 4.8 diatas dapat diperoleh model persamaan linier berganda, yaitu :

DLLPit = -437+0,042IFRS–0,032SIZE– 0,022DER+0,164PBV

Model persamaan linier berganda diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Koefisien konstanta sebesar -4,347 menunjukkan bahwa apabila variabel independen bernilai 0 maka nilai struktur modal sebesar -4,347.


(70)

2. Variabel IFRS yang memiliki nilai koefisien regresi kearah positif sebesar 0,042 secara statistik berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap manajemen laba. Ini berarti setelah penerapan IFRS tidak terjadi penurunan manajemen laba pada perusahaan perbankan di Indonesia.

3. Variabel SIZE yang memiliki nilai koefisien regresi kearah negatif sebesar 0,032. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel SIZE maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,032 dengan asumsi variabel lain tetap. 4. Variabel DER yang memiliki nilai koefisien regresi kearah

negatif sebesar 0,022. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel DER maka manajemen laba akan mengalami penurunan sebesar 0,022 dengan asumsi variabel lain tetap. 5. Variabel PBV yang memiliki nilai koefisien regresi kearah

positif sebesar 0,164. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel PBV maka manajemen laba akan mengalami peningkatan sebesar 0,164 dengan asumsi variabel lain tetap. 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa secara simultan variabel IFRS, SIZE, DER, dan PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen yaitu manajemen laba. Berdasarkan pada hasil Uji-F secara simultan variabel independen memiliki penguruh tidak signifikan dilihat dari nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 (0,748 > 0,005). Hasil penelitian ini sejalan


(1)

-4.44 1 33.94 7.50

-4.85 1 29.67 10.74

-4.45 1 34.09 7.31

-5.99 1 28.88 5.67

-6.86 1 32.92 7.54

-6.12 1 31.71 6.64

-4.9 1 30.29 8.77

-4.7 1 32.00 7.84

-2.77 1 29.66 13.17

-4.85 1 29.26 5.12

-5.12 1 30.99 8.69

-4.53 1 33.84 6.74

-5.04 1 33.59 7.11

-5.65 1 29.93 8.49

-4.46 1 34.07 6.89

-3.4 1 30.31 9.60

-4.38 1 34.23 6.72

-6.77 1 33.02 7.45

-5.89 1 31.87 6.03

-5.81 1 30.58 10.66

-4.53 1 32.21 6.23

-4.66 1 32.73 7.22

-6.18 1 29.74 13.24

Lampiran 15

Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Setelah Transformasi Ln Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

LN_DLLPit 82 -8.49 -2.48 -5.1768 1.14055

IFRS 82 0 1 .82 .389

SIZE 82 28.076746 34.228303 31.2332866

3 1.815003813 DER 82 4.800000 15.450000 8.74885287 2.183850616 PBV 82 .503888 5.890000 2.05314693 1.173033562 Valid N


(2)

Hasil Uji Normalitas Data (Setelah Transformasi Ln) a. Analisis Grafik


(3)

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov (Setelah Transformasi Ln)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz

ed Residual

N 82

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 1.12651367 Most Extreme

Differences

Absolute .089

Positive .089

Negative -.068

Kolmogorov-Smirnov Z .808

Asymp. Sig. (2-tailed) .531

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(4)

Uji Autokorelasi dengan Durbin-Watson

Model Summaryb Mode

l

R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .156a .024 -.026 1.15540 1.816

a. Predictors: (Constant), PBV, DER, IFRS, SIZE b. Dependent Variable: LN_DLLPit

Hasil uji Multikolinearitas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF


(5)

SIZE .784 1.276

DER .968 1.033

PBV .786 1.272

Hasil Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -4.347 2.506 -1.735 .087

IFRS .042 .335 .014 .125 .901

SIZE -.032 .080 -.052 -.405 .686

DER -.022 .060 -.041 -.362 .718

PBV .164 .123 .169 1.331 .187

a. Dependent Variable: LN_DLLPit

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .156a .024 -.026 1.15540


(6)

b. Dependent Variable: LN_DLLPit

Hasil Uji F

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 2.577 4 .644 .483 .748b

Residual 102.792 77 1.335

Total 105.369 81

a. Dependent Variable: LN_DLLPit

b. Predictors: (Constant), PBV, DER, IFRS, SIZE

Hasil Uji t

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -4.347 2.506 -1.735 .087

IFRS .042 .335 .014 .125 .901

SIZE -.032 .080 -.052 -.405 .686

DER -.022 .060 -.041 -.362 .718

PBV .164 .123 .169 1.331 .187


Dokumen yang terkait

Analisis Reaksi Pasar Terhadap Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan di Bursa Malaysia 2012

13 120 99

Pengaruh good corporate governance dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

5 129 100

Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Property dan Real Estate yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

13 113 95

Analisis Reaksi Pasar Terhadap Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan di Bursa Malaysia 2012

0 0 11

Analisis Reaksi Pasar Terhadap Penerapan International Financial Reporting Standard (IFRS) Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan di Bursa Malaysia 2012

0 0 2

Pengaruh good corporate governance dan implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap manajemen laba (studi empiris pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Landasan Teori 2. 1. 1 Teori Keagenan - Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

PENGARUH KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)TERHADAP TINGKAT MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2012 - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD (IFRS)TERHADAP TINGKAT MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2011-2012 - Perbanas Institutional Repository

0 0 18