43
Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
terus-menerus menangis. Tubuhnya juga tidak seperti tubuh orang lain. Terlihat seperti kelelahan. Disebut apakah orang seperti itu?”
Channa menjawab, “Yang Mulia, orang seperti itu disebut ‘orang sakit’.” Pangeran Siddharta yang belum pernah melihat orang sakit sebelumnya, bahkan
mendengar kata ‘orang sakit’ saja belum pernah. Dia bertanya lagi kepada kusirnya, “Channa, Aku belum pernah melihat orang seperti itu. Duduk dan berbaring harus
dibantu oleh orang lain. Tidur di tumpukan kotorannya sendiri dan terus-menerus menjerit. Apakah orang sakit itu? Jelaskanlah kepada-Ku.”
Channa menjawab, “Yang Mulia, orang sakit adalah orang yang tidak mengetahui apakah dia akan sembuh atau tidak dari penyakit yang dideritanya saat ini.”
Pangeran bertanya lagi, “Channa, bagaimana ini? Apakah Aku juga bisa sakit? Apakah Aku tidak dapat mengatasi penyakit?”
Channa menjawab, “Yang Mulia, kita semua, termasuk Anda juga saya, akan menderita sakit dan tidak seorang pun yang dapat mengatasi penyakit.”
Pangeran berkata, “Channa, jika semua manusia tidak dapat mengatasi penyakit, Aku juga akan menderita sakit, tidak ingin lagi pergi ke Taman Kerajaan
dan bersenang-senang di sana. Berbaliklah dari tempat orang sakit tadi terlihat dan pulang ke istana.”
“Baiklah Yang Mulia,” jawab Channa.
2. Peristiwa Ketiga dan Keempat
Suatu waktu, Pangeran Siddharta tertipu dan tertarik oleh lima kenikmatan indria.Tipuan itu diatur oleh ayah-Nya, Raja Suddhodana. Hal itu untuk
menghalang-halangi-Nya melepaskan keduniawian dan menjadi petapa.
a. Melihat Orang Mati
Setelah empat bulan berlalu dalam kemewahan hidup, Pangeran Siddharta pergi lagi mengunjungi Taman Kerajaan. Pangeran mengendarai kereta yang ditarik oleh
kuda putih seperti sebelumnya. Di perjalanan itu, Pangeran melihat pertanda yang diciptakan oleh para dewa untuk ketiga kalinya. Waktu itu, banyak orang berkumpul.
Ada tandu jenazah yang berhiaskan kain berwarna-warni. Pangeran bertanya kepada kusirnya, “Channa, mengapa orang-orang ini berkumpul? Mengapa mereka
mempersiapkan tandu yang dihias kain berwarna-warni?”
44
Buku Guru Kelas IV SD
Channa menjawab, “Yang Mulia, orang-orang itu berkumpul dan
mempersiapkan sebuah tandu karena ada seseorang yang mati.”
Pangeran yang belum pernah melihat orang mati sebelumnya,
bahkan mendengar kata ‘orang mati’ saja belum pernah. Dia bertanya lagi
kepada kusirnya, “Channa, jika mereka berkumpul dan mempersiapkan sebuah
tandu, antarkan Aku ke tempat orang mati itu.” Si kusir menjawab, “Baiklah, Yang Mulia,” dan mengarahkan keretanya menuju
tempat orang mati itu berbaring. Ketika Pangeran melihat orang mati itu, Ia bertanya, “Channa, apakah orang
mati itu?” Si kusir menjawab, “Yang Mulia, jika seseorang mati, sanak saudaranya tidak
akan dapat bertemu dengannya lagi. Dia juga tidak dapat bertemu dengan sanak saudaranya.”
Pangeran bertanya lagi, “Channa, bagaimana ini? Apakah Aku juga bisa mati seperti orang itu? Apakah Aku tidak dapat mengatasi kematian? Apakah ayah-
Ku, ibu-Ku, dan sanak saudara-Ku tidak dapat bertemu dengan-Ku lagi suatu hari nanti? Apakah Aku juga tidak akan bisa bertemu dengan mereka lagi suatu hari
nanti?” Channa menjawab, “Yang Mulia, kita semua, termasuk Anda juga saya, pasti
mengalami kematian dan tidak seorang pun yang dapat mengatasi kematian.” Pangeran berkata, “Channa, jika semua manusia tidak dapat mengatasi kematian,
Aku juga akan mengalami kematian. Aku tidak ingin lagi pergi ke Taman Kerajaan dan bersenang-senang di sana. Berbaliklah dari tempat orang mati tadi terlihat dan
pulang ke istana.”“Baiklah Yang Mulia,” jawab Channa.
a. Melihat Petapa