Ketentuan-ketentuan Penunjang Sebutan yang akan digunakan untuk menunjuk para pihak di dalam seluruh

3. Ketentuan-ketentuan Penunjang

Pasal-pasal yang dikategorikan sebagi ketentuan penunjang berisi ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan untuk menjadi pedoman pada pihak dalam opersional pelaksanaan hak dan kewajiban para pihak yang telah ditetapkan di dalam pokok perjanjian. Artinya, tanpa adanya ketentuan-ketentuan kontrak praktis tidak dapat dilaksanakan secara efektif oleh para pihak. Isi dari pasal-pasal penunjang ini dapat dibedakan dari satu kontrak ke kontrak yang lainnya, tegantung pada jenis transaksi yang disepakati oleh para pihak. a. Tata cara pelaksanaan perjanjian performance serta akibat-akibat hukum dari pelaksanaan isi perjanjian. Dalam kategori ini adalah pasal-pasal yang secara langsung mengatur tentang perilaku para pihak dalam melaksanakan hak dan kewajbiannya dalam kontrak. Seperti persyaratan tentang tata cara penyerahan barang, tentang dokumen-dokumen yang harus disiapkan salah satu pihak sebagai syarat pembayaran, tentang kualitas prestasi yang harus dipenuhi oleh para pihak dan sebagainya. b. Dalam hal ini, merancang dan menganalisa kontrak perlu disadari benar kategori transaksi yang dibuat oleh para pihak, ditinjau dari kualitas prestasi yang harus direalisasikan oleh para pihak. c. Pasal-pasal tentang pembebasan diri dari tanggunjawab, dari hak atau kewajiban hukum tertentu pasal yang mengenyampingkan keharusan pengajuan perkara ke pengadilan bila salah satu pihak hendak mengakhiri kontrak secara sepihak, atau pasal yang melepaskan tanggunjawab salah satu Universitas Sumatera Utara pasal yang melepaskan tanggungjawab salah satu pihak dari cacat-cacat tersembunyi yang tidak diketahui pada saat pernjanjian dibuat. d. Pasal-pasal tentang wanprestasi breach of contract atau non performance yang memuat tentang hal atau situasi apa yang disepakati para pihak berikut akibat-akibat yang timbul bila salah satu pihak mengingkari janjinya serta hak dan kewenangan apa yang terbit pada pihak lain yang dirugikan oleh wanprestasi tersebut. e. Pasal-pasal tentang jaminan yang dibuat oleh salah satu pihak untuk kepentingan paihak yang lain, seperti jaminan bebas dari tuntutan pihak ke tiga, jaminan atas kualitas barang, jaminan pelaksanaan dan sebagainya. f. Ketentuan tentang keadaan memaksa force majeur dan akibat-akibat hukumnya terhadap pelaksaan kontrak. Secara umum force majeur diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya oleh para pihak, yang dapat menghambat pelaksanaan kontrak, sehingga dapat dijadikan dasar bagi pihak yang mengalami perisitiwa itu untuk dibebaskan dari tanggungjawab atas dasar wanprestasi. Dalam praktek adakalanya pengertian force majeur ini dibedakan ke dalam: 1 Perisitiwa-peristiwa alam yang dianggap sebagai bencana acts of god, dan; 2 Perisitiwa-peristiwa yang tidak dapat dikategorikan sebagai bencana alam tetapi yang bila terjadi dianggap dapat mengahmbat pelaksanaan atau tidak memungkinkan pelaksaan kontrak, seperti perubahan nilai mata uang, kebijakan negara di bidang ekonomi dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara g. Ketentuan tentang ada tidaknya kemungkinan bagi para pihak untuk megalihkan kedudukannya kepada pihak ke tiga dan tata cara pelaksanaannya. h. Ketentuan tentang pemilihan domisili, pemilihan forum dan tata cara penyelesaian sengketa yang mungkin timbul dari pelaksanaan kontrak dispute settlement clause. i. Petentuan tentang kondisi-kondisi tertentu yang digunakan untuk memulai atau mengakhiri pelaksanaan kontrak conditions precedentsubsequent. j. Pasal-pasal tentang kemungkinan perubahan atas isi dan persyaratan kontrak dan tata cara pelaksanaannya. k. Akibat-akibat dari tidak sahnya bagian –bagian tertentu kontrak terhadap keabsahan keseluruhan kontrak. l. Pasal-pasal yang menentukan kekuatan hukum dari kesepakatan-kesepakatan yang dibuat pada saat negosiasi sebelum kontrak dibuat atau yang disepakati para pihak setelah kontrak dibuat merger clause. m. Pasal-pasal tentang pihak-pihak yang harus mengurus perizinan misalnya izin eksport, izin import, izin usaha, dan sebagainya. n. Khusus untuk kontrak-kontrak transnasional kontrak-kontrak yang berkenaan dengan pihak-pihak dan atau elemen-elemen asing perlu diperhatikan pula pasal-pasal penunjang khusus tentang: i. Hukum yang dipilih oleh para pihak untuk ,mengatur dan menafsirkan pengertian-pengertian dalam kontrak mereka choice of law; Universitas Sumatera Utara ii. Bahasa resmi yang digunakan untuk kontrak-kontrak yang dianggap sah dan untuk menafsirkan kontrak seandainya terjadi perselisihan dalam penafsiran kontrak; iii. Mata uang, yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam pelaksanaan kontrak; iv. Masalah-masalah lain yang sudah disinggung sebelumnya yang dlaam praktek menghendaki penyelsaian berdasarkan kaidah-kaidah dari slaah satu sistem hukum yang relevan dnegan kontrak, melalui pendekatan hukum perdata internasional;

4. Ketentuan-Ketentuan Tentang Aspek-aspek Formal Kontrak