Sedangkan overmacht bersifat tetap bila debitur tidak dapat memenuhi prestasi atau kalaupun debitur masih mungkin dapat memenuhinya tetapi
pemenuhannya tidak mempunyai arti lagi bagi kreditur. Dikatakan bersifat overmacht bersifat sementara bila overmacht tersebut hanya mengakibatkan
tertundanya pemenuhan prestasi untuk sementara waktu dan pemenuhannya dikemudian hari kelak masih mempunyai arti sebagaimana mestinya bagi kreditur.
Terjadinya overmacht mengakibatkan adanya resiko, yang dimaksud resiko, menurut R. Subekti adalah:
26
F. Berakhirnya Suatu Perjanjian
“Perkataan resiko berarti kewajiban untuk memikul kerugian jikalau ada sesuatu di luar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa kepada benda yang dimaksudkan dalam perjanjian.” Resiko dalam hal ini dibedakan antara resiko pada perjanjian sepihak dan
resiko pada perjanjian timbal balik. Pembedaan ini mempunyai arti penting manakala terjadi overmacht. Pada perjanjian sepihak, resiko diatur dalam Pasal
1237 1 KUH Perdata, yang menentukan bahwa dalam perikatan untuk memberikan sesuatu kebendaan tertentu, maka kebendaan itu menjadi tanggungan
si berpiutang semenjak perikatan itu dilahirkan.
Suatu perjanjian akan berakhir bilamana tujuan perjanjian itu telah dicapai, dimana masing-masing pihak telah saling menunaikan prestasi yang
diperlukan sebagaimna yang mereka kehendaki bersama-sama dalam perjanjian tersebut. Namun demikian, suatu perjanjian dapat juga berakhir karena hal-hal
sebagai berikut ;
26
Subekti, Op.Cit
, hal 148.
Universitas Sumatera Utara
1. Lama waktu perjanjian yang ditentukan para pihak telah terlewati.
2. Batas maksimal berlakunya suatu perjanjian ditentukan oleh undang-
undang. 3.
Ditentukan di dalam perjanjian oleh para pihak atau oleh undang-undang, bahwa dengan terjadinya suatu peristiwa tertentu, maka perjanjian akan
berakhir. 4.
Dengan pernyataan penghentian oleh salah satu pihak opzegging. Misalnya perjanjian sewa-menyewa yang waktunya tidak ditentukan di
dalam perjanjian. Pernyataan penghentian ini harus dengan memperhatikan tenggang waktu pengakhiran menurut kebiasaankebiasaan
setempat. 5.
Karena putusan hakim. 6.
Adanya kesepakatan para pihak.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERANCANGAN DAN ANALISA DALAM KONTRAK
A. Pengertian Kontrak
Mengenai ketentuan tentang kontrak telah diatur di dalam Buku III KUH Perdata yang berkaitan dengan Perikatan. Perkataan perikatan verbintenis
mempunyai arti yang lebih luas dari perkataan perjanjian. Dalam Buku III juga diatur tentang hubungan hukum yang sama sekali sekali tidak bersumber kepada
suatu persetujuan atau perjanjian. Pada umumnya Buku III mengatur tentang perikatan-perikatan yang timbul dari persetujuan atau perjanjian. Istlah Hukum
Perikatan, terdiri dari dua golongan besar, yaitu, hukum perikatan yang berasal dari undang-undang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian.
Menurut Subekti perikatan berisi hukum perjanjian, perikatan merupakan suatu pengertian yang abstrak, sedangkan suatu perjanjian adalah suatu peristiwa hukum
yang konkrit.
27
Istilah Perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah overeenkomst dalam bahasa Belanda, atau contract dalam bahasa Inggris.
28
27
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Intrmasa Cetakan ke-XXXII, Jakarta, 2005. hal. 122
28
Munir Fuady, Op.Cit. hal. 2.
Hukum perikatan dalam Buku ke-III KUHPerdata mencakup semua bentuk perikatan dan juga termasuk ikatan hukum yang berasal dari perjanjian, maka
istilah hukum perjanjian hanya sebagai pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja.
Universitas Sumatera Utara
Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract, sementara
dalam bahasa Belanda disebut dengan, overeenkomst yang diterjemahkan dengan istilah perjanjian sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1313 KUHPerdata.
Sedangkan istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sudah lama ada dan bukanlah merupakan istilah yang asing, seperti istilah kontrak kerja, buruh kontrak, atau
juga istilah kebebasan berkontrak. Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan promissory agreement diantara dua atau lebih pihak yang dapat
menimbulkan atau menghilangkan hubungan hukum. Perbedaan pengertian antara kontrak dengan perjanjian dapat dilihat dari
bentuk dibuatnya suatu perjanjian, dimana tidak semua perjanjian dibuat secara tertulis, karena perjanjian dapat berupa lisan maupun tulisan, sehingga perjanjian
yang dibuat secara tertulis disebut kontrak. Kontrak dalam pelaksanaan selalu dibuat dalam keadaan tertulis, dan harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian. Dan syarat-sayarat sahnya perjanjian juga berlaku dalam membuatan kontrak.
B. Jenis-jenis Kontrak