Teori-teori Berdasarkan Prestasi Kedua Belah Pihak Teori-teori berdasarkan Formasi Kontrak.

Sekalipun demikian mungkin kontrak adalah bagian yang kurang menonjol dari hukum yang hidup living law dibandingkan bidang lain yang berkembang berdasarkan hukum kontrak atau pemikiran tentang kontrak. 39 Menurut Munir Fuady ada beberapa teori hukum tentang kontrak, yaitu: Secara akademis, terdapat berbagai macam teori tentang kontrak, yang masing-masingnya mencoba menjelaskan berdasarkan pengelompokannya dan kriterinya masing-masing. 40

1. Teori-teori Berdasarkan Prestasi Kedua Belah Pihak

Teori-teori berdasarkan prestasi kedua belah pihak, menurut Roscoe Pound, sebagaimana yang dikutip Munir Fuady terdapat berbagai teori kontrak: 41 a. Teori Hasrat Will Theory b. Teori Tawar Menawar Bargaining Theory c. Teory sama nilai Equivalent Theory d. Teori kepercayaan merugi Injurious Reliance Theory a. Teori Hasrat Will Theory. Dimana teori hasrat ini menekankan kepada pentingnya hasrat will atau intend dari pihak yang memberikan janji. Ukuran dari eksistensi, kekuatan berlaku dan substansi dari suatu kontrak diukur dari hasrat tersebut. Menurut teori ini yang terpenting dalam suatu 39 Lawrence F. Friedman, Ibid. hal. 197. 40 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung 2001, hal.5. 41 Munir Fuady, Ibid. Universitas Sumatera Utara kontrak bukan apa yang dilakukan oleh para pihak dalam kontrak tersebut, akan tetapi apa yang mereka inginkan. b. Teori Tawar Menawar Bargaining Theory. Teori ini merupakan perkembangan dari teori sama nilai equivalent theory dan sangat mendapat tempat dalam Negara-negara yang menganut system Common Law. Teori sama nilai ini mengajarkan bahwa suatu kontrak hanya mengikat sejauh apa yang dinegosiasikan tawar menawar dan kemudian disetujui oleh para pihak. c. Teory sama nilai Equivalent Theory. Teori ini mengajarkan bahwa suatu kontrak baru mengikat jika para pihak dalam kontrak tersebut memberikan prestasinya yang seimbang atau sama nilai equivalent. d. Teori kepercayaan merugi Injurious Reliance Theory. Teori ini mengajarkan bahwa kontrak sudah dianggap ada jika dengan kontrak yang bersangkutan sudah menimbulkan kepercayaan bagi pihak terhadap siapa janji itu diberikan sehingga pihak yang menerima janji tersebut karena kepercayaannya itu akan menimbulkan kerugian jika janji itu tidak terlaksana.

2. Teori-teori berdasarkan Formasi Kontrak.

Dalam ilmu hukum ada empat teori yang mendasar dalam teori formasi kontrak, yaitu: a. Teori kontrak defacto. Kontrak de facto implied in-fact dalah kontrak yang tidak pernah disebutkan dengan tegas tetapi ada dalam kenyataan, pada prinsipnya dapat diterima sebagai kontrak yang sempurna. Universitas Sumatera Utara b. Teori kontrak ekpresif. Bahwa setiap kontrak yang dinyatakan dengan tegas ekpresif oleh para pihak baik dengan tertulis ataupun secara lisan, sejauh memenuhi syarat-syarat syahnya kontrak, dianggap sebagai ikatan yang sempurna bagi para pihak. c. Teori promissory estoppel. Disebut juga dengan detrimental reliance, dengan adanya persesuaian kehendak diantara pihak jika pihak lawan telah melakukan sesuatu sebagai akibat dari tindakan-tindakan pihak lainnya yang dianggap merupakan tawaran untuk suatu ikatan kontrak. d. Teori kontrak quasi pura-pura. Disebut juga quasi contract atau implied in law, dalam hal tertentu apabila dipenuhi syarat-syarat tertentu, maka hukum dapat dianggap adanya kontrak diantara para pihak dengan berbagai konsekwensinya, sungguhpun dalam kenyataannya kontrak tersebut tidak pernah ada. Universitas Sumatera Utara BAB IV PERANAN PERANCANGAN DAN ANALISA KONTRAK DALAM KUH PERDATA A. Pengaturan Perancangan dan Analisa Kontrak dalam KUH Perdata Hukum kontrak yang ada di Indonesia diatur di dalam Buku III KUH Perdata, yang terdiri dari 18 bab dan 631 pasal. Yang dimulai dari Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1864 KUH Perdata. Dan masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian. Hal-hal yang diatur di dalam buku III KUH Perdata, meliputi hal-hal berikut ini : 1. Perikatan pada umumnya Pasal 1233 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1312 KUH Perdata 2. Perikatan yang dilahirkan dari perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1352 KUH Perdata 3. Hapusnya perikatan Pasal 1381 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata 4. Jual beli Pasal 1457 KUH Perdata sampai dengan 1540 KUH Perdata 5. Tukar menukar Pasal 1541 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1546 KUH Perdata 6. Sewa menyewa Pasal 1548 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata 7. Persetujuan untuk melakukan pekerjaan Pasal 1601 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1617 KUH Perdata Universitas Sumatera Utara 8. Persekutuan Pasal 1618 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1652 KUH Perdata 9. Badan Hukum Pasal 1653 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1665 KUH Perdata 10. Hibah Pasal 1666 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1693 KUH Perdata 11. Penitipan barang Pasal 1694 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1739 KUH Perdata 12. Pinjam pakai Pasal 1740 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1753 KUH Perdata 13. Pinjam meminjam Pasal 1754 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata 14. Bunga tetap atau abadi Pasal 1770 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1773 KUH Perdata 15. Perjanjian untung-untungan Pasal 1774 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1791 KUH Perdata 16. Pemberian Kuasa Pasal 1792 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1819 KUH Perdata 17. Penanggungan utang Pasal 1820 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1850 KUH Perdata 18. Perdamaian Pasal 1851 KUH Perdata sampai dengan Pasal KUH Perdata Dari pembagian pasal yang berkaitan dengan kontrak di dalam KUH Perdata di atas tidak disebutkan secara sistematis pasal berapa yang menjadi acuan bagi para pihak untuk dapat merancang suatu bentuk kontrak yang baik dan benar. Universitas Sumatera Utara Namun di dalam pengaturan hukum kontrak yang telah dibahas sebelumnya, kontrak mengandung system terbuka open system yang artinya bahwa setiap orang bebas untuk mengadakan suatu perjanjian, baik yang sudah diatur maupun yang belum diatur di dalam undang-undang. Hal tersebut di atas terlihat dari ketentuan yang tercantum di dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata, yang berbunyi : “Semua perjajian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya’’. Ketentuan di dalam Pasal 1338 KUH Perdata tersebut memberikan kebebasan bagi para pihak untuk dapat: 1. Membuat atau tidak membuat perjanjian 2. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun 3. Menentuka isi perjanjian, pelaksanaan dan persyaratannya 4. Menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan Namun sistem pengaturan hukum kontrak yang bersifat sistem terbuka tersebut tidak lantas memberikan pengertian bagi para pihak untuk dapat melakukan segala bentuk perjanjian yang diinginkannya. Sebab kontrak atau perjanjian tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Dan memiliki syarat-syarat tertentu agar dapat dinyatakan sah dan berlaku bagi para pihak didalamnya agar mentaati dan mematuhi isi dari kontrak tersebut sesuai dengan Pasal 1338 KUH Perdata. Universitas Sumatera Utara Syarat-syarat sahnya suatu kontrak juga sama dengan syarat-syarat sahnya perjanjian yang diatur di dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : 1. Adanya kesepakatan kedua belah pihak 2. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum 3. Adanya objek perjanjian 4. Adanya causa yang halal Terhadap syarat yang pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian sehingga jika tidak dipenuhi maka kontrak atau perjanjian itu dapat dibatalkan, yang artinya bahwa salah satu pihak dapat mengajukan kepada Pengadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya. Namun jika salah satu pihak tidak keberatan maka perjanjian itu tetap dianggap sah. Sedangkan syarat yang ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena menyangkut objek perjanjian sehingga jika tidak terpenuhi maka kontrak atau perjanjian tersebut batal demi hukum, yang artinya bahwa dari semula perjanjian itu dianggap tidak ada.

B. Manfaat Bagi Para Pihak Melakukan Perancangan dan Analisa Kontrak

Terminologi perancangan dalam hukum kontrak disebut juga legal drafting, yaitu merancang atau membuat suatu konsep kontrak. Substansi suatu kontrak bisnis pada dasarnya tergantung pada isi dan substansi transaksi bisnis yang melatarbelakanginya. Menurut Niewenhius 42 42 , sepanjang prestasi yang www.gagasanhukum.wordpress.com20100624keseimbangan-versus-keadialan- dalam-kontrak bagian-vtanggal 7 Juli 2011 pkl.20.45 WIB Universitas Sumatera Utara