BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era reformasi di Indonesia merupakan era perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Yang dimulai dari tahun 1998 karena pemerintahan
yang ada tidak menjalankan fungsinya dengan baik dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terutama dalam bidang hukum dan ekonomi yang merupakan dua
sub sistem dari suatu sistem sosial yang saling berhubungan satu sama lain. Hubungan kedua subsistem sosial tersebut tampak dari segi hukum dengan
masyarakat. Dalam hal pendekatan hukum tidak hanya dipandang sebagai perangkat norma-norma yang bersifat otonom, tetapi juga sebagai institusi sosial
yang secara nyata berkaitan erat dengan berbagai segi kehidupan sosial di
masyarakat.
Hukum merupakan alat pengendalian social. Dalam kontek ini hukum menampakkan dirinya sebagai fenomena sosial bersifat independent variable dan
dependent variable. Hukum dalam wujudnya sebagai independent variable, berarti hukum merupakan alat pengendalian social untuk menciptakan stabilitas
masyarakat, dan sekaligus untuk mengadakan pembaharuan ekonomi kearah yang dikehendaki. Sedangkan sebagai dependent variable, hukum terbentuk
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, seperti faktor ekonomi yang kemudian memberikan pola–pola tersendiri terhadap sistem
hukum. Dengan demikian terlihat jelas adanya hubungan timbal balik antara hukum dan ekonomi.
1
Namun dalam perkembangan ekonomi maupun institusi perekonomian Indonesia tidak diikuti dengan pembangunan hukum yang mendukung dan
mengatur perekonomian secara memadai. Salah satu hukum yang mengatur
1
Abdulrahman, Aneka Masalah Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung 1979, hal.52.
Universitas Sumatera Utara
bidang kehidupan masyarakat banyak berkaitan dengan ekonomi yaitu hukum kontrak. Hukum kontrak merupakan bidang hukum yang tercakup dalam hukum
bisnis, dimana hukum bisnis merupakan perluasan dari hukum perdata.
2
Sejak kemerdekaan Indonesia Burgerlijk Wetboek KUHPerdata dinyatakan masih tetap berlaku sebelum dibuatnya peraturan yang baru
berdasarkan UUD 1945. Menurut Padmo Wahyono, sebagaimana dikutip oleh Moh.Mahfud. MD, masih berlakunya produk hukum peninggalan zaman kolonial
itu memang ditolerir berdasarkan pasal II aturan peralihan UUD 1945, dimana hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kekosongan hukum terhadap
pengaturannya di masyarakat. Khususnya dalam hal perjanjian yang masih diatur dalam Buku III KUHPerdata
yang menganut sistem terbuka open system, dimana para pihak bebas mengadakan kontrak dengan siapa pun, menentukan syarat-syaratnya,
pelaksanaannya, dan bentuk kontrak, baik berbentuk lisan maupun tertulis. Sebab di Indonesia sampai sekarang ketentuan-ketentuan tentang hukum
kontrak masih diatur dalam aturan-aturan hukum lama, yang di tempat asalnya sendiri, yaitu di Negeri Belanda hukum tersebut telah dilakukan perubahan-
perubahan. Hukum kontrak atau hukum perjanjian yang berlaku di Indonesia pada saat ini adalah Hukum Kontrak sebagaimana yang dimuat dalam Buku III Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata KUH Perdata. KUH Perdata tersebut berasal dari Burgerlijk Wetboek BW yang mulai berlaku di Negeri Belanda pada tahun
1838. Berdasarkan azas konkordansi yang diberlakukan di Hindia Belanda pada tahun 1848.
3
2
Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2008, hal.219.
3
Moh. Mahfud MD., Politik Hukum Indonesia, PT.Pustaka LP3S, Jakarta 1998, hal.10.
Dan sampai saat ini KUH Perdata masih tetap berlaku di Indonesia, terutama Buku III yang mengatur tentang perjanjian yang didalamnya mengatur tentang
berkontrak, yang telah berusia lebih dari 160 tahun sampai sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Dalam praktek, bentuk-bentuk kontrak yang digunakan Indonesia telah mengalami perubahan dan perkembangan yang pesat, sehingga baik dari azas,
prinsip, kaidah maupun peraturan tentang kontrak di dalam Buku III KUH Perdata dirasakan tidak memadai atau tidak cocok lagi menampung perubahan
dan perkembangan tersebut. Kontrak-kontrak yang telah diatur dalam KUH Perdata, seperti jual beli,
tukar nenukar, sewa menyewa, persekutuan perdata, hibah, penitipan barang, pinjam meminjam, pemberian kuasa, penanggungan utang, perjanjian untung-
untungan, dan perdamain. Diluar KUH Perdata, kini berkembang berbagai kontrak baru, seperti leasing, beli sewa, franchise, joint venture dan lain-lain.
Walaupun kontrak-kontrak itu telah hidup dan berkembang di dalam masyarakat, namun peraturan yang berbentuk undang-undang belum ada. Oleh karena tidak
adanya kepastian hukum tentang kontrak tersebut maka akan meninmbulkan persoalan dalam dunia perdagangan, terutama ketidakpastian bagi para pihak yang
mengadakan kontrak. Dalam kenyataannya satu pihak sering membuat kontrak dalam bentuk standar, sedangkan pihak lainnya akan menerima kontrak tersebut
karena kondisi sosial ekonomi mereka yang lemah. Untuk itu diperlukannya adanya undang-undang tentang kontrak yang bersifat nasional, yang
menggantikan peraturan yang lama. Dimana undang-undang tersebut dapat memenuhi hak dan kewajiban para pihak di dalam melakukan suatu kontrak
perjanjian. Selain daripada itu kemampuan dalam menyusun dan merancang kontrak
adalah syarat yang harus dipunyai dalam suatu proses negosiasi guna mencapai tujuan yang didalam prakteknya terdapat posisi tawar menawar bargaining
Universitas Sumatera Utara
position. Dalam hal inilah letak kelemahan itu terjadi dimana para pihak yang tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam suatu kontrak perjanjian yang mau
tidak mau terpaksa harus menerima persyaratan yang ditawarkan oleh pihak sebaliknya.
Oleh Munir Fuady, bahwa siapa yang mendraft suatu kontrak, maka 75 dia sudah memenangi pertandingan.
4
Persoalan untuk menyusun suatu draft kontrak perjanjian dengan melakukan perancangan dan analisa merupakan suatu hal yang sering diabaikan
oleh para pihak dalam melakukan suatu perjanjian. Kebiasaan untuk mengabaikan hal-hal yang sifatnya teknis seperti perancangan dan analisa terhadap kontrak
perjanjian dikarenakan pemikiran para pihak yang hanya semata-mata kepada bentuk pekerjaan yang akan di hadapi atau hasil dari pekerjaan yang akan
diperoleh dalam kontrak yang telah disepakati sebelumnya. Dan biasanya akan baru menyadari perlunya perancangan dan analisa kontrak apabila telah
dihadapkan dengan persoalan hukum yang berasal dari kontrak perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis sangat tertarik untuk menuangkan hasil pikiran dalam skripsi yang berjudul :
“ PERANAN PERANCANGAN DAN ANALISA KONTRAK DALAM KUH PERDATA ”
4
Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Buku ke Dua, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 1999,. hal.4.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah