Jenis-jenis Kontrak Peranan Perancangan Dan Analisa Kontrak Dalam KUHP Perdata

Istilah kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contract, sementara dalam bahasa Belanda disebut dengan, overeenkomst yang diterjemahkan dengan istilah perjanjian sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 1313 KUHPerdata. Sedangkan istilah kontrak dalam bahasa Indonesia sudah lama ada dan bukanlah merupakan istilah yang asing, seperti istilah kontrak kerja, buruh kontrak, atau juga istilah kebebasan berkontrak. Kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan promissory agreement diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan atau menghilangkan hubungan hukum. Perbedaan pengertian antara kontrak dengan perjanjian dapat dilihat dari bentuk dibuatnya suatu perjanjian, dimana tidak semua perjanjian dibuat secara tertulis, karena perjanjian dapat berupa lisan maupun tulisan, sehingga perjanjian yang dibuat secara tertulis disebut kontrak. Kontrak dalam pelaksanaan selalu dibuat dalam keadaan tertulis, dan harus memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian. Dan syarat-sayarat sahnya perjanjian juga berlaku dalam membuatan kontrak.

B. Jenis-jenis Kontrak

Para ahli di bidang kontrak tidak ada kesatuan pandangan tentang pembagian kontrak. Masing-masing mempunyai pandangan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ada ahli yang mengkajinya dari sumber hukumnya, namanya, bentuknya, aspek kewajibannya, maupun aspek larangannya. Universitas Sumatera Utara Berikut ini jenis-jenis kontrak berdasarkan pembagian di atas. 1. Kontrak menurut Sumbernya Kontrak berdasarkan sumber hukumnya merupakan penggolongan kontrak yang didasarkan tempat kontrak itu ditemukan. Menurut Sudikno Mertokusumo, dikutip oleh Salim HS menggolongkan kontrak tersebut menjadi 5 macam, yaitu: 29 a. Perjanjian yang bersumber dari hukum keluarga, seperti perkawinan b. Perjanjian yang bersumber dari kebendaan, seperti peralihan hak milik atas benda c. Perjanjian obligatoir, yaitu perjanjian yang menimbulkan kewajiban d. Perjanjian yang bersumber dari hukum acara atau yang disebut dengan bewijsovereenkomst e. Perjanjianyang bersumber dari hukum publik yang disebut dengan publieckrechtelijkeovereemkomst. 2. Kontrak menurut Namanya Penggolongan ini didasarkan pada nama perjanjian yang tercantun di dalam Pasal 1319 KUH Perdata yang hanya disebutkan dua macam kontrak menurut namanya, yaitu kontrak nominaat bernama dan kontrak innominaat tidak bernama. 3. Kontrak menurut Bentuknya Di dalam KUH Perdata, tidak disebutkan secara sistematis tentang bentuk kontrak, namun apbila kita melaah berbagai ketentuan yang tercantum di dalam KUH Perdata, maka kontrak menurut bentuknya dapat dibagi 2 macam, yaitu kontrak lisan dan tertulis. 29 Salim HS, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Mataram, 2002, hal 32. Universitas Sumatera Utara Kontrak lisan yaitu kontrak atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak cukup dengan lisan atau dengan kesepakatan para pihak Pasal 1320 KUH Perdata. Dengan adanya konsensus itu, maka perjanjian itu telah terjadi. Termasuk dalam golongan ini adalah perjanjian konsensual dan riil. Dimana perjanjian konsensual terjadi apabila ada kesepakatan antara para pihak. Sedangkan perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata. Kontrak tertulis merupakan kontrak yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Kontrak ini dapat juga dibagi menjadi dua macam, yaitu dalam bentuk akta di bawah tangan dan akta notaris. Akta dibawah tangan adalah akta yang cukup dibuat dan ditandatangani oleh para pihak. Sedangkan akta autentik merupakan akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris. 4. Kontrak Timbal Balik Penggolongan ini dilihat dari hak dan kewajiban para pihak. Kontrak timbal balik merupakan perjanjian-perjanjian, dimana kedua belah pihak timbul hak dan kewajiban-kewajiban pokok. Perjanjian timbal balik ini dibagi menjadi dua macam, yaitu timbal balik tidak sempurna dan yang sepihak. Kontrak timbal balik tidak sempurna senantiasa timbul suatu kewajiban pokok bagi satu pihak, sedangkan lainnya wajib melakukan sesuatu. Perjanjian sepihak merupakan perjanjian yang selalu timbul kewajiban- kewajiban hanya bagi satu dari para pihak. Tipe perjanjian ini adalah perjanjian pinjam mengganti. Pentingnya perbedaan disini adalah dalam rangka pembubaran perjanjian. Universitas Sumatera Utara 5. Perjanjian Cuma-Cuma atau dengan Alas Hak yang Membebani Penggolongan ini didasarkan pada keuntungan salah satu pihak dan adanya prestasi dari pihak lainnya. Perjanjian cuma-cuma merupakan perjanjian yang disitu menurut hukumnya hanya timbul keuntungan bagi salah satu pihak, contohnya; seperti hadiah dan pinjam pakai. Sedangkan perjanjian dengan alas hak yang membebani merupakan perjanjian disamping prestasi pihak yang satu senantiasa ada prestasi kontra dari pihak lain, yang menurut hukum ada saling hubungannya. 6. Perjanjian berdasarkan Sifatnya Penggolongan ini didasarkan pada hak kebendaan dan kewajiban yang ditimbulkan dari adanya perjanjian tersebut. Perjanjian menurut sifatnya dibagi menjadi dua macam, yaitu perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir. Perjanjian kebendaan adalah suatu perjanjian, dimana ditimbulkan hak kebendaan diubah, dilenyapkan, hal demekian untuk memenuhi perikatan. Contohnya perjanjian pembebanan jaminan dan penyerahan hak milik. Sedangkan perjanjian obligatoir merupakan perjanjian yang menimbulkan kewajiban dari para pihak. Disamping itu dikenal juga jenis perjanjian dari sifatnya, yaitu perjanjian pokok dan perjanjian accesoir. Perjanjian pokok merupakan perjanjian yang utama, yaitu perjanjian pinjam meminjam uang, baik kepada individu maupun lembaga perbankan. Sedangkan perjanjian accesoir merupakan perjanjian tambahan, seperti perjanjian pembebanan hak tanggungan atau fidusia. Universitas Sumatera Utara 7. Perjanjian dari Aspek Larangannya Penggolongan perjanjian berdasarkan larangannya merupakan penggolongan perjanjian dari aspek tidak diperkenankannya para pihak untuk membuat perjanjian yang bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Ini disebabkan perjanjian itu mengandung praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat seperti yang terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1999.

C. Perancangan dan Analisa Kontrak