Audiometri Nada Murni Latar Belakang Penelitian

dengar Hearing Treshold Level atau skala ambang dengar Hearing Level= HL. Jadi 60 dBHL berarti tekanan 60 desibel diatas ambang tekanan standar pembanding yang sesuai dengan pendengaran normal rata-rata frekuensi ini Keith, 1989. Perbedaan penting antara kedua skala ini adalah skala SPL berdasarkan suatu titik awal fisika 0.0002 dynecm 2 Tanda desibel pada angka gangguan pendengaran suatu audiometer mengikuti skala ambang dengar HL. Titik nol pada angka gangguan frekuensi tertentu adalah sebenarnya, tingkat suara yang sesuai dengan rata-rata ambang dengar tersebut, seperti yang ditetapkan oleh American National Standard Institute ANSI Dobie R. A., 2009 , sedangkan skala HL berdasarkan titik awal ukuran psikologik atau perilaku, yakni pendengaran normal rata-rata.

2.6. Audiometri Nada Murni

Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur sensivitas pendengaran dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni pure tone. Ambang nada murni diukur dengan intensitas minimum yang dapat didengar selama satu atau dua detik melalui antaran udara ataupun hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 – 8000 Hz dan diberikan secara bertingkat Feldman dan Grimes, 1997. Audiometri harus memenuhi 3 persyaratan untuk mendapatkan keabsahan pemeriksaan yaitu 1 audiometri yang telah dikalibrasi, 2 suasanaruangan sekitar pemeriksa harus tenang, dan 3 pemeriksa yang terlatih. Komponen yang ada pada audiometri yaitu: 1. Oscilator: untuk menghasilkan bermacam nada murni 2. Amplifier: alat untuk menambah intensitas nada Universitas Sumatera Utara 3. Interuptorpemutus : alat pemutus nada 4. Atteneurator: alat mengukurintensitas suara 5. Earphone: alat merubah sinyal listrik yang ditimbulkan audiometer menjadi sinyal suara yang dapat didengar 6. Masking noise generator: untuk penulian telinga yang tidak diperiksa Cara pemeriksaan audiometri adalah headphone dipasang pada telinga untuk mengukur ambang nada melalui konduksi udara. Tempat pemeriksaan harus kedap udara. Pasien diberitahu supaya menekan tombol bila mendengar suara walaupun kecil. Suara diberi interval 2 detik, biasanya dimulai dengan frekwensi 1000 Hz sampai suara tidak terdengar. Kemudian dinaikkan 5 dB sampai suara terdengar. Ini dicatat sebagai audiometri nada murni pure tone audiometry Keith, 1989. Biasanya yang diperiksa terlebih dahulu adalah telinga yang dianggap normal tidak sakit pendengarannya melalui hantaran udara, kemudian diperiksa melalui hantara tulang. Kalau perbedaan kekurangan pendengaran yang diperiksa 50 dB atau lebih dari telinga lainnya, maka telinga yang tidak diperiksa harus ditulikan masking. Ketika memeriksa satu telinga pada intensitas tertentu, suara akan terdengar pada telinga yang satu lagi. Hal ini disebut “cross over” yang dapat membuat salah interpretasi pada pemeriksaan audiometer. Ada beberapa ketentuan yang praktis bila masking diperlukan yakni: 1. Masking untuk hantaran udara AC diperlukan bila terdapat perbedaan kehilangan pendengaran sebesar 45 dB atau lebih pada waktu percobaan. 2. Masking untuk hantaran tulang BC diperlukan bila : Universitas Sumatera Utara a. Apabila treshold hantaran tulang BC pada telinga yang dites lebih sensitif dari treshold hantaran tulang yang tidak diperiksa. b. Apabila tidak ada respon pada hantaran tulang setelah mempengaruhi maksimum output dari audiometer Keith, 1989 Gambar 2.6. Gambaran audiometri normal Gambar 2.7. Gambaran audiometri tuli sensorineural Gambar 2.8. Gambaran audiometri tuli konduktif Universitas Sumatera Utara Gambar 2.9. Gambaran audiometri tuli campuran Gambar 2.10. Gambaran audiometri tuli akibat bising

2.7 Perlindungan Fungsi Pendengaran