Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri APD Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Gangguan Pendengaran

akibat ledakan meriam Howitzer 105 sebesar 190 dB dan anti tank sebesar 185,6 dB Alberti P.W, 1997. Walaupun hasil intensitas bunyi yang ditimbulkan senjata organik Yonif 100 Raider masih lebih rendah daripada intensitas bunyi senjata lainnya, tetapi hasilnya lebih tinggi dari nilai ambang batas yang diperbolehkan yakni 85 dB.

5.3. Distribusi Frekuensi Pemakaian Alat Pelindung Diri APD

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui jenis APD yang biasa digunakan adalah ear plug 12 24 dan ear muff hanya 2 4 sedangkan selebihnya tidak memakai APD sebanyak 36 72 . Penelitian Sasongko S. 2003, personil Pusdik ARMED KODIKLAT TNI AD pada setiap latihan menembak yang menggunakan APD dalam bentuk ear plug hanya 26 orang 35,14 sedangkan tanpa APD sebanyak 38 orang 51,35. Prajurit yang bertugas dibatalyon di Indonesia, pada saat latihan menembak tidak ada keharusan memakai ear muff ataupun ear plug. Khususnya di batalyon infanteri 100 Raider, pada saat melakukan latihan menembak, ear plug disediakan oleh petembak sendiri, sedangkan ear muff hanya disediakan kurang dari 5 buah. Penelitian Teo K J 2008, pelatihan menembak tentara di Singapura hampir 90 menggunakan ear plug dan 10 ear muff. Universitas Sumatera Utara a b Gambar 5.3. a . Ear muff b ear plug

5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Gangguan Pendengaran

Jenis gangguan pendengaran prajurit, pada telinga kanan SNHL 11 orang 22 selebihnya normal 78. Tidak ditemukan tuli konduktif ataupun tuli campuran. Pada telinga kiri, SNHL 6 orang 12 dan normal 44 88 . Banyaknya prajurit yang mengalami gangguan pendengaran pada telinga kanan dibandingkan pada telinga kiri, kemungkinan karena pemakaian senjata pada saat menembak cenderung menggunakan tangan kanan. Tetapi hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab yang sebenarnya. Hasil ini menunjukan bahwa prajurit terpapapar bising senjata dan mempengaruhi pendengaran, walaupun secara statistik tidak bermakna. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Sasongko S 2003, pada telinga kanan dan kiri dijumpai SNHL ringan 7,8, SNHL sedang 7,8 dan SNHL berat 1,6. Tentara Korea Selatan yang melaksanakan latihan menembak ditemukan 13 mengalami tuli sensorineural pada telinga kanan dan 10 tuli sensorineural pada telinga kiri. Universitas Sumatera Utara Di Finlandia Paakonen 2003 menemukan 14 tentara mengalami tuli sensorineural pada telinga kanannya dan 11 tuli sensorineural pada telinga kiri. Penelitian pendengaran terhadap 134 anggota militer Kanada kecabangan infanteri , arteleri dan kavaleri ditemukan 11 prajurit kecabangan infanteri mengalami peningkatan ambang dengar ringan sampai sedang pada telinga kiri lebih dari 25 dB, karena selalu menggunakan pistol kaliber kecil Pelausa EO et al, 1998. Penelitian pada prajurit arteleri Kroasia, menunjukkan hasil bahwa 907 84.25 orang mengalami peningkatan ambang dengar fatique pada tingkatan yang berbeda segera setelah melakukan tembakan Spirov A,1982. Derajat ketulian dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu : Ambang dengar AD = AD 500 Hz + AD 1000 HZ + AD 2000 HZ 3 Soetirto I., Hendarmin H., Bashiruddin J., 2007 Pembagian derajat ketulian menurut ISO adalah : Normal 0 – 25 dB, Tuli ringan 26 – 40 dB, Tuli sedang 41 -60 dB, Tuli berat 61 – 90 dB, Tuli sangat berat 90 dB Bhasiruddin J, 2002

5.5. Distribusi Frekuensi Derajat Ketulian Berdasarkan Kelompok Umur