Konsepsi Kedudukan Perjanjian Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

bahwa tujuan tersebut tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. 4. Ada prestasi yang harus dilaksanakan Para pihak dalam suatu perjanjian mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang satu dengan yang lainnya saling berlawanan. Apabila pihak yang satu berkewajiban untuk memenuhi suatu prestasi, maka bagi pihak lain hal tersebut adalah merupakan hak dan begitupun sebaliknya. 15 Secara hukum perjanjian, publikasi tidaklah disyaratkan sama sekali, dengan alasan bahwa hak perseorangan hanyalah berlaku diantara para pihak dan penggantinya yang sah berdasarkan alas hak umum, dan tidak dapat berlaku kepada pihak ketiga. 16 Perjanjian tidak dapat menerbitkan kerugian dan keuntungan pada pihak ketiga di luar perjanjian, meskipun pihak ketiga mendalilkan bahwa ia mengetahui perbuatan hukum tersebut. Semua perjanjian yang telah di buat secara sah yaitu yang memenuhi keempat persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata, akan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Jadi perjanjian tersebut akan mengikat dan melahirkan perikatan bagi para pihak dalam perjanjian.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah : “Salah satu bagian terpenting dari teori konsepsi yang diterjemahkan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang disebut dengan operational definition. Pentingnya defenisi operasional adalah “untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua du bius dari suatu istilah yang dipakai dan dapat ditemukan suatu 15 Abdul Kadir Muhammad, Op.Cit. hal 80-81. 16 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir Dari Perjanjian,PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 68. Universitas Sumatera Utara kebenaran.” 17 “Oleh keterlibatan hukum yang semakin aktif ke dalam perubahan- perubahan yang menyangkut perubahan sosial, justru memunculkan permasalahan yang mengarahkan pada penggunaan hukum secara sadar sebagai sarana untuk dipatuhi dimana pada setiap aspek kehidupan ditemui adanya peraturan-peraturan hukum yaitu putusan-putusan pengadilan putusnya perkawinan akibat perceraian”. 18 Dalam kerangka konsepsionalnya adalah merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang akan diteliti yakni mengenai perjanjian perkawinan yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974. Oleh karena itu untuk penelitian ini harus didefenisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan dan kebenarannya, yaitu : 1. Menurut istilah hukum Islam kata kawin sama dengan kata nikah atau kata Zawaj. Yang dinamakan nikah menurut syara’ ialah Akad Ijab qabul antara wali calon isteri dan mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dengan memenuhi rukun dan syaratnya. 2. Menurut Hukum Islam, pernikahan atau perkawinan ialah Suatu ikatan lahir bathin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan untuk berketurunan, yang dilaksanakan menurut ketentuan-ketentuan hukum syari’at Islam. 17 Rusdi Malik, Penemu Agama Dalam Hukum di Indonesia, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta, hal. 15. 18 Bambang Sunggono, Hukum dan Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Jakarta, Cetakan I, 1994, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 3. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 4. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, jelas bahwa perkawinan itu tidak hanya merupakan ikatan lahir saja, ataupun ikatan batin saja, akan tetapi ikatan kedua-duanya sehingga akan terjalin ikatan lahir dan ikatan batin yang merupakan pondasi yang kuat dalam bentuk dan membina keluarga yang bahagia dan kekal. 5. Menurut Pancasila pada sila pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka antara perkawinan dengan agama atau kerohanian mempunyai hubungan yang sangat erat karena perkawinan bukan saja mempunyai unsur jasmani tetapi juga mempunyai unsur rohani yang mempunyai peranan penting dalam membentuk suatu keluarga. 6. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1, pengertian perkawinan adalah sebagai berikut : a. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri. b. Ikatan lahir batin itu ditujukan untuk membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia, kekal dan sejahtera. c. Ikatan lahir batin dan tujuan bahagia yang kekal itu berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Universitas Sumatera Utara 7. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 8, 9 dan 10 bahwa tidak melanggar larangan perkawinan yaitu : a. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan ke atas. b. Berhubungan darah dalam garis keturunan ke samping. c. Berhubungan semenda. d. Berhubungan susunan. e. Berhubungan saudara dengan isteri atau bibi atau kemenakan dari isteri dalam hal seseorang suami beristeri lebih dari seorang. f. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin. g. Telah bercerai untuk yang kedua kalinya sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan tidak menentukan lain Pasal 10. h. Masih terikat tali perkawinan dengan orang lain kecuali dalam hal tersebut pada Pasal 3 ayat 2, Pasal 4 dan Pasal 9. 8. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 6 mengenai syarat-syarat persetujuan kedua calon mempelai dan syarat harus adanya izin kedua orang tua bagi mereka yang belum berusia 21 tahun, berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari bersangkutan tidak menentukan lagi. 9. Menurut Pasal 2 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan bahwa suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Universitas Sumatera Utara 10. Dengan terjadinya suatu akta nikah perjanjian perkawinan, maka seorang laki-laki yang menjadi suami memperoleh berbagai hak dalam keluarga, demikian juga seorang perempuan yang menjadi isteri dalam suatu perkawinan memperoleh berbagai hak pula. 11. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yang dikatakan anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah Pasal 42, anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya Pasal 43. 12. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ada 2 dua macam harta benda dalam perkawinan, yaitu : a. Harta bersama Yang dimaksud dengan harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Asal darimana harta ini diperoleh tidak dipersoalkan. Apakah harta itu didapat dari isteri atau suami, semuanya merupakan harta milik bersama suami-isteri. b. Harta bawaan Harta bawaan adalah harta yang dibawa oleh masing-masing suami isteri kedalam perkawinannya, harta benda yang diperoleh masing-masing baik sebagai hadiah atau warisan. 13. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 35 harta bersama adalah harta yang diperoleh selama perkawinan antara suami isteri. Asas harta bersama ini pokok utamanya ialah segala milik yang diperoleh selama perkawinan adalah Universitas Sumatera Utara harta pencaharian bersama dan dengan sendirinya menjadi lembaga harta bersama yang disebut harta syarikat. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 65 ayat 1 huruf b menentukan bahwa isteri yang kedua dan seterusnya tidak mempunyai hak atas harta bersama yang telah ada sebelum perkawinan dengan isteri kedua atau berikutnya. Huruf c dari pasal tersebut menentukan bahwa semua isteri mempunyai hak bersama yang terjadi sejak perkawinannya masing- masing

G. Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian