Hasil Analisis Faktor Pengaruh Pendidikan

BAB 5 PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian tentang Analisis Faktor Yang Memengaruhi Suami Dalam Memilih Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Medan Marelan ditemukan 64 responden dengan mayoritas umur 47 tahun yaitu 35 orang 54,7, dan berpendidikan SMA sebanyak 31 orang 48,4.

5.1. Hasil Analisis Faktor

Setelah dilakukan tahapan analsis faktor yang dimulai dari tahapan pertama yaitu Uji Kelayakan yang terdiri dari Analisis Uji Kelayakan I, II, III, IV dan V. Tahapan kedua analisi Ekstraksi yang terdiri dari analisis Communalities, Total Variance Explained, Component Matrix. Tahapan ketiga Rotasi yang terdiri dari rotasi component matrix dan component transformasi matrik. Tahap keempat Generalisasi factor pada populasi dan Tahap kelima adalah penamaan factor. Hasil analisis faktor mendapat tiga faktor, yaitu faktor 1 diberi nama sosio demografi yang teridiri variabel jumlah anak, pendidikan dan pengetahuan tentang KB. Faktor 2 diberi nama faktor pendukung yang terdiri dari variabel akses pelayanan KB, Kualitas pelayan KB dan Dukungan istri. Faktor 3 diberi nama faktor sosio budaya yang terdiri dari variabel sosial budaya dan dukungan keluarga. Universitas Sumatera Utara

5.2. Intrepretasi dan Penamaan Faktor

Hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan analisis faktor telah diketahui bahwa dari 12 dua belas variabel yang memengaruhi suami dalam memilih kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Medan Marelan, setelah diuji kelayakan faktor maka hanya 8 variabel yang bisa dianalisis lebih lanjut. Dan dari 8 variabel, diekstrasi menjadi 3 tiga faktor yang memengaruhi suami dalam memilih vasektomi, yaitu :

5.2.1 Faktor Sosio demografi a. Pengaruh Faktor Jumlah Anak

Berdasarkan hasil analisis faktor, faktor jumlah anak berpengaruh terhadap keputusan suami dalam memilih vasktomi sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 yaitu dengan nilai KMO di atas 0,5 yaitu 0,930 dengan signifikan 0,001. Hal ini menjelaskan bahwa suami yang cenderung memiliki anak lebih dari 2 dua, akan memilih vasektomi. Hal ini dilakukan untuk memperkecil peluang untuk memiliki anak lagi. Menurut Hatmadji dikutip dari Prio 2007 bahwa pada awal program KB penggunaan alat kontrasepsi adalah mereka yang telah mempunyai anak cukup banyak, kemudian mengutip pendapat Leibenstein, anak dilihat dari dua segi kegunaanya yaitu utility dan biaya cost. Kegunaanya ialah memberi kepuasan, dan memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua dimasa akan datang. Sedangkan Universitas Sumatera Utara pengeluaran biaya untuk membesarkan anak adalah biaya untuk mempunyai anak tersebut.

b. Pengaruh Pendidikan

Berdasarkan hasil analisis faktor, faktor pendidikan berpengaruh terhadap keputusan suami dalam memilih vasktomi sebagai alat kontrasepsi di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012 yaitu dengan nilai KMO di atas 0,5 yaitu 0,861 dengan signifikan 0,001. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan merupakan cara formal seseorang untuk mendapatkan pengetahuan melalui jalur sekolah. Semakin tinggi pendidikan, maka akan cenderung memiliki pengetahuan yang baik. Dalam penelitian ini, suami rata-rata memiliki pendidikan SMA dimana sudah cukup tahu mengenai alat kontrasepsi yang cocok untuk diri dan keluarganya. Menurut Gerungan dalam Radita 2009 semakin tinggi tingkat pendidikan akan jelas mempengaruhi pribadi seseorang dalam berpendapat, berfikir, bersikap, lebih mandiri dan rasional dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal ini juga memepengaruhi secara langsung seseorang dalam hal pengetahuannya akan orientasi hidupnya termasuk dalam merencanakan keluarganya. Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar. Universitas Sumatera Utara Purwoko 2000 dalam Notoadmojo 2010, mengemukakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana KB. Karena pengetahuan KB secara umum diajarkan pada pendidikan formal di sekolah dalam mata pelajaran kesehatan, pendidikan kesejahteraan keluarga dan kependudukan. Semakin tinggi tingkat pendidikan pasangan yang ikut KB, makin besar pasangan suami istri memandang anaknya sebagai alasan penting untuk melakukan KB, sehingga semakin meningkatnya pendidikan semakin tinggi proporsi mereka yang mengetahui dan menggunakan kontrasepsi untuk membatasi jumlah anaknya.

c. Pengaruh Faktor Pengetahuan