2.2. Pengaruh Keunggulan komparatif dan Kompetitif pada Perdagangan Internasional.
Menurut teorema Hecksher-Ohlin dalam Salvatore, 1997 mengatakan bahwa apabila sebuah negara memiliki kelimpahan faktor produksi maka kelimpahan itu
menjadi sumber keunggulan komparatif bagi negara tersebut dan selanjutnya menjadi landasan berlangsungnya perdagangan yang menguntungkan. Bedasarkan teori tersebut,
Indonesia yang memiliki kelimpahan sumber daya dalam memproduksi kertas luas hutan, iklim tropis, dan populasi yang tinggi akan menjadikan Indonesia memiliki
keunggulan komparatif. Adanya keunggulan ini menjadi dasar bagi Indonesia untuk melakukan perdagangan yang menguntungkan.
Walaupun Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam memproduksi komoditas kertas, tidak lantas menjadikan Indonesia juga memiliki keunggulan
komparatif. Apabila komoditas kertas ditujukan untuk diekspor tidak dilakukan perbaikan maka dapat dipastikan bahwa komoditas yang memiliki keunggulan
komparatif ini tidak dapat memperoleh tingkat penjualan yang tinggi. oleh karena itu diperlukan banyak pembenahan agar komoditas ini memiliki keunggulan komparatif
sekaligus keunggulan kompetitif, yakni: 1 meningkatkan penggunaan teknologi untuk mencapai produktivitas dan kualitas hasil yang tinggi; 2 melakukan pengembangan
infrastruktur pemasaran di sentra-sentra produksi dan daerah tujuan pemasaran; 3 meningkatkan lembaga keuangan yang mampu menyalurkan kredit pada sektor riil.
2.3. Perdagangan Internasional dan Pangsa Pasar
Perdagangan internasional Lipsey,1997b yakni pertukaran barang dan jasa yang melampaui batas-batas antar negara untuk mendapatkan manfaat dari spesialisasi
produksi sehingga setiap orang, wilayah, atau bangsa dapat memusatkan perhatian untuk memproduksi barang dan jasa secara efisien. Sedangkan pasar merupakan tempat
bertemunya penjual dengan pembeli. Oleh karena itu, perdagangan internasional dimaksudkan agar suatu negara mengkhususkan diri pada pengembangan suatu produk
spesialisasi dan mampu memproduksi output semaksimal mungkin. Dengan produksi yang tinggi maka diharapkan transaksi perdagangan akan semakin tinggi pula dan
kemampuan menjangkau pasar di internasional juga akan semakin tinggi. Dalam proses liberalisasi regional atau internasional, proses persaingan antar
negara sangat ketat sehingga mau tidak mau negara yang ikut serta dalam perdagangan harus menemukan strategi yang tepat. Strategi tersebut dapat berupa perencanaan yang
terpadu dan mengaitkan lingkungan eksternal dan internal untuk dapat memperoleh pangsa pasar dunia Bahri, 2003.
Potensi pasar dari perdagangan digunakan untuk menentukan permintaan dimana langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan identifikasi seluruh pembeli
potensial dan diestimasi atas apa yang dibeli Kotler, 1997. Ketika permintaan yang tinggi mampu ditanggulangi melalui penawaran maka akan meningkatkan nilai
penjualan yang secara keseluruhan akan meningkatkan pangsa pasar. Mahyana, 2004 dan Musyaidah, 1995
Oleh karena itu, untuk mempercepat proses industrialisasi pembangunan industri kertas Indonesia harus mampu menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan
globalisasi dan liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi persaingan usaha yang semakin ketat. Perkembangan industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang
jelas mengenai kemana dan seperti apa industri kertas Indonesia dalam jangka panjang.
2.4. Pengaruh Ekolabeling Terhadap Pangsa Pasar
Lembaga Ekolabel Indonesia LEI didirikan sejak tahun 1998. Sertifikasi ekolabel di Indonesia memiliki visi dan misi yaitu sebagai perangkat efektif untuk
melindungi fungsi lingkungan hidup, kepentingan masyarakat, sebagai upaya meningkatkan pangsa pasar. Dengan diterapkannya standardisasi terhadap produk yang
berasal dari alam diharapkan produsen mampu mewujudkan sinergitas pengendalian dampak negatif sesuai daur hidup produk yang ramah akan lingkungan. Pelabelan pada
produk kertas diberikan kepada lembaga independen yang dipercaya masyarakat dunia. Dikarenakan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia belum diakui secara
internasional maka LEI bekerjasama dengan Forest Stewardship Council FSC untuk memberikan standar terhadap produk yang berasal dari Indonesia sebagai sebuah
persaingan usaha. Ekolabel yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini yang masih bersifat
sukarela Ibnusantosa dalam Sipayung,et.all, 2000 sehingga sampai dengan tahun 2000 ekolabel belum merupakan masalah penghambat ekspor kertas Indonesia. Akan tetapi
data export by destination pada lima tahun kebelakang ekspor industri kertas Indonesia lebih banyak ditujukan kepada negara Asia dan Afrika yang kurang memperhatikan
masalah lingkungan sedangkan ekspor ke negara Amerika Utara, Australia, New Zealand, Eropa Barat yang notabene sangat memerhatikan masalah lingkunngan hanya
30,85 dari total ekspor kertas nasional. Oleh karena itu, untuk dapat menembus pasar internasional maka Indonesia
harus lebih memperhatikan proses produksi yang sangat memperhatikan dampak lingkungan sehingga mampu memenuhi standar minimum dari produk yang dihasilkan.
Bukan hanya itu, ini juga berfungsi baik agar industri kertas nasional dapat dipertahankan secara berkesinambungan hingga jangka panjang di pasar internasional.
2.5.Penelitian Terdahulu
Analisis tentang kertas telah banyak diteliti, antara lain Ramli 2006 dimana Industri kertas adalah satu dari sepuluh sektor kunci perekonomian indonesia peringkat
enam bedasarkan rangking elastisitas. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industi ini memiliki respon yang tinggi terhadap perubahan permintaaan akhir sektor lain dalam
hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerja sehingga sektor ini memiliki kemampuan yang cukup besar dalam kontribusi peningkatan pertumbuhan
perekonomian secara keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy
markers karena kontribusinya terhadap perekonomian. Tingginya kontribusi industri
kertas terhadap perekonomian mengindikasikan bahwa industri kertas Indonesia memiliki produktivitas yang baik sehingga mampu mengembangkan industri-industri
lain yang berada di sektor hulu maupun hilir. Penelitian tentang kertas lainnya dilakukan oleh Widyantoro 2005 menyatakan
bahwa dengan menggunkan kriteria distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang dihitung dengan menggunakan metode Two Stage Least Squares 2SLS
mengindikasikan bahwa harga bahan baku serpih naik, harga pulp turun dan kombinasinya menurunkan ekonomi domestik dan kesejahteraan masyarakat. Jika
kebijakan didominasi dengan kenaikan produksi bahan baku serpih melalui perluasan area panenan, dengan atau tanpa penyaluran dana reboisasi, hasilnya akan memperbaiki
perekonomian domestik dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jika penyaluran dana
reboisasi dihentikan, kilang pulp menderita kerugian dan transfer pendapatan tertinggi diterima oleh produsen bahan baku serpih. Penurunan suku bunga secara keseluruhan
menghasilkan pertumbuahan ekonomi domestik dan mensejahterakan masyarakat Indonesia. Sedangkan kenaikan suku bunga, embargo impor dan pendiktean persediaan
pulp dan kertas menyebabkan indonesia kehilangan devisa. Kesejahteraan masyarakat Indonesia masih meningkat walaupun terjadi embargo impor, sedangkan kenaikan suku
bunga dan pendiktean persediaan menurunkan kesejahteraan. Ekonomi domestik akan menurun akibat kebijakan dan tekanan internasional tersebut.
Dalam penelitian Ningrum 2006 yang melakukan analisa permintaan ekspor pulp dan kertas Indonesia dengan menggunakan uji multikolinearitas menggunakan uji
klein, uji autokolerasi menggunakan uji langrange multiplier LM yakni Breusch- godfrey
, dan uji heteroskedastisitas menggunakan uji white heteroskedasticity mengunggkapkan bahwa perkembangan ekspor pulp dan kertas berfluktuasi setiap
tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan pada tahun 1980-2005. Kenaikan tersebut dikarenakan produksi pulp dan kertas meningkat karena kebutuhan akan kertas
di dunia semakin meningkat. Hasil analisis model permintaan ekspor kertas 1980-2005 menunjukkan harga ekspor kertas, nilai tukar, dan produksi kertas berpengaruh nyata
terhadap permintaan ekspor kertas Indonesia. Harga ekspor kertas berhubungan negatif dengan permintaan kertas, sedangkan nilai tukar berpengaruh positif terhadap
permintaan ekspor kertas. Analisis lainnya oleh Asih 2005 dalam menganalisis perkembangan ekspor
pulp dan kertas Indonesia dan faktor yang mempengaruhinya menggunakan data time series
melalui metode 2 SLS. Hasilnya menunjukkan bahwa ekspor pulp dan kertas domestik Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah produksi pulp dan
kertas domestik dan meningkatnya jumlah permintaan impor pulp dan kertas dibeberapa negara utama ekspor. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak dibedakan
menurut negara tujuan dan asal negara pengekspor pulp dan kertas. Oleh karena itu, tidak diketahui lebih jelas bagaimana posisi Indonesia di pasar pulp dan kertas dunia.
III. KERANGKA TEORITIS