Gambaran kualitas Fisik udara

yang terendah berada di ruangan operation support 1 yaitu 25.70 C dan suhu tertinggi terdapat di ruangan operation support 3 yaitu 28.26 C. Meskipun lebih dari 50 suhu udara sudah memenuhi standar, akan tetapi masih terdapat yang suhu yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan seperti ruangan operation support 3. 2 Gambaran Kelembaban Ruangan Berdasarkan tabel 5.2, tabel 5.3 dan tabel 5.4 didapatkan juga gambaran distribusi rata-rata kelembaban di tempat kerja yaitu 47.65 . Kelembaban ditempat kerja terendah adalah 42.40 dan tertinggi 64.10. Berdasarkan jumlah titik pengukuran, titik pengukuran yang tidak memenuhi standar Kepmenkes N0. 1405 Tahun 2002 yaitu 4 titik 4.0, dan titik pengukurang yang memenuhi standar yaitu 96 titik 96.0. Berdasarkan ruangan, pada penelitian ini terdapat ruangan yang kelembaban ruangannya melebihi nilai ambang batas standar kelembaban yang ditetapkan oleh Kemenkes No. 1405 Tahun 2002 yaitu ruangan operation suppor 3 . 3 Gambaran Laju Angin Ruangan Berdasarkan tabel 5.2, tabel 5.3 dan tabel 5.4 didapatkan pula gambaran distribusi rata-rata laju angin ruangan yaitu 0.133mdtk. Laju angin ruangan terendah adalah 0.00 mdtk dan tertinggi 1.3 mdtk. Berdasarkan ruangan, pada penelitian ini, tidak terdapat ruangan yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh KEPMENKES No. 1405 Tahun 2002. Berdasarkan jumlah titik pengukuran laju angin, terdapat 87 titik 87.0 pengukuran yang tidak memenuhi standar, dan terdapat 13 titik 13.0 pengukuran yang sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002. 4 Gambaran Pencahayaan Ruangan Dan kemudian didapatkan gambaran distribusi rata-rata pencahayaan ditempat kerja adalah 114.98 lux . Pencahayaan ditempat kerja terendah adalah 32.33 lux dan yang tertinggi 253.33 lux. Pada penelitian ini sebagian besar pencahayaan ruangan kerja memenuhi batas minimal standar pencahayaan di perkantoran yang ditetapkan Kemenkes No. 1405 Tahun 2002 yaitu 100 Lux. Akan tetapi masih terdapat ruangan yang pencahayaannya masih dibawah standar 100 lux yaitu pada ruangan VPC dan QSHES. Sedangkan berdasarkan titik pengukuran pencahayan pada ruangan di PT PAS, terdapat 33 titik 33.0 pengukuran yang tidak memenuhi standar minimum pencahayaan ruangan, dan terdapat 67 titik 67.0 pengukuran yang sudah memenuhi standar minimum pencahayan ruangangan yang ditetapkan oleh Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002.

c. Gambaran karakteristik Individu

Berikut tabel 5.6 adalah gambaran distribusi karakteristik individu jenis kelamin, perilaku merokok, riwayat alergi, dan riwayat atopi pada pekerja gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016. Tabel 5.6 Gambaran Distribusi Responden Berdasarkan Kerakteristik Individu jenis kelamin, perilaku merokok, riwayat alergi, riwayat atopy Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 No Variabel Jumlah n=100 1 Jenis kelamin Perempuan 2626.0 Laki-laki 7474.0 2 Riwayat Alergi Ya 6161.0 Tidak 3939.0 3 Riwayat Atopi Ya 3131.0 Tidak 6969 Berikut pada tabel 5.8 adalah gambaran distribusi riwayat alergi berdasarkan gejala yang dimiliki oleh responden gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 . Tabel 5.8 Gambaran Distribusi Gejala Riwayat Alergi yang dirasakan Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 No Gejala Riwayat Alergi Jumlah n=100 1 Asma Ya 1919.0 Tidak 8181.0 2 Rhinitis Ya 5050.0 Tidak 5050.0 3 Kulit Ya 2525.0 Tidak 7575.0 1 Jenis Kelamin Berdasarkan tabel 5.6 Jumlah total responden dalam penelitian ini sebanyak 100 responden. Distribusi jenis kelamin responden, sebagian besar responden adalah laki-laki yaitu 74 responden 74.0 dan perempuan sebanyak 26 responden 26.0. 2 Riwayat Alergi Berdasarkan tabel 5.6 responden yang memiliki riwayat alergi yaitu 61 responden 61.0, dan yang tidak memiliki riwayat alergi yaitu 39 responden 39.0. Pada tabel 5.8 dijelaskan gambaran distribusi gejala riwayat alergi yang dialami oleh pekerja gedung PT Pelita Air Service yaitu terdapat 19 responden 19.0 responden memiliki riwayat asma, 50 responden 50.0 memiliki riwayat rhinitis alergi dan terdapat 25 responden 25.0 yang memiliki riwayat penyakit kulit. 3 Riwayat Atopi Berdasarkan tabel 5.6 didapatkan distribusi riwayat atopi responden, ditemukan bahwa dari 100 responden ditemukan responden yang memiliki riwayat atopi yaitu sebanyak 31 responden 31.0, dan responden yang tidak memiliki riwayat atopi 69 responden 69.0. Berikut adalah distribusi karakteristik individu umur dan lama kerja pada pekerja di gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 terdapat pada tabel 5.9 berikut ini : Tabel 5.9 Gambaran Distribusi Karakteristik Individu Umur dan Lama Bekerja pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Variabel Mean Standar deviasi Min-Max Umur tahun 33.69 9.818 23-59 Lama Bekerja bulan 45.52 85.344 1 –540 Berdasarkan tabel 5.9 didapatkan gambaran distribusi rata-rata umur pekerja adalah 33 tahun dengan standar deviasi 9.818. Umur responden termuda adalah 23 tahun dan yang tertua 59 tahun. Kemudian didapatkan pula gambaran lama kerja adalah 45.52 atau 46 bulan sekitar 3 tahun 8 bulan dengan standar deviasi 85.344. Lama bekerja di tempat kerja adalah 540 bulan dan terbaru 1 bulan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang diteliti dengan menggunakan uji chi-square dan uji Mann-whitney. Melalui uji tersebut akan diperoleh nilai pvalue dimana dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan 5 0.05. Penelitian antara dua variabel bermakna jika nilai pvalue ≤ 0.05 dan tidak bermakna secara statistik jika mempunyai nilai pvalue 0.05. Berikut hasil penelitian terkait dengan analisis determinan keluhan sick building syndrome pada pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016. a. Hubungan Kualitas Fisik Udara Suhu, Kelembaban, laju angin, dan Pencahayaan dengan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Tabel 5.10 Hubungan Kualitas Fisik Udara Suhu, Kelembaban, Laju Angin, dan Pencahayaan dengan keluhan Sick Builiding Syndrome Pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Variabel Keluhan SBS Pvalue Ya Tidak Total Suhu 18 C-28 C Tidak Memenuhi standar 3 33.3 6 66.7 9 100 0.409 Memenuhi standar 49 53.8 42 46.2 91 100 Total 52 52 48 48 100 100

Dokumen yang terkait

Hubungan Jumlah Koloni Bakteri Patogen Udara Dalam Ruang dan Faktor Demografi terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building Syndrome (SBS) pada Responden Penelitian di Gedung X Tahun 2013

1 18 175

Sick building syndrome

0 3 8

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

1 5 15

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 2 7

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Predicting the Sick Building Syndrome (SBS) occurrence among Pharmacist assistant in Banjarmasin South Kalimantan

0 0 6

Gambaran Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Karyawan Fajar Group di Gedung PT. Fajar Graha Pena Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 106