Hubungan karakteristik individu dengan Keluhan Sick Building

a Hubungan Umur dengan Keluhan sick building syndrome pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Hasil analisis pada tabel 5.13 mengenai hubungan umur dengan keluhan sick building syndrome menggunakan uji statistik mann-whitney didapatkan nilai pvalue=0.825, berarti pada alpha 5 tidak terdapat hubungan yang signifikan antara rata-rata umur dengan keluhan sick building syndrome. b Hubungan Lama kerja dengan Keluhan Sick Building Syndrome Pada Pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Hasil analisis hubungan lama kerja dengan keluhan sick building syndrome menggunakan uji mann-whitney didapatkan nilai pvalue=0.817, artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan keluhan sick building syndrome pada pekerja PT Pelita Air Service. 79

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Pada penelitian ini kemampuan untuk mendeteksi hubungan variabel dependen dan independen hanya menggunakan kekuatan uji 70. 2. Kemungkinan adanya recall bias pada saat menjawab pertanyaan pada kuesioner. Karena untuk data keluhan terhadap gejala keluhan sick building syndrome , peneliti hanya menggunakan kuesioner yang dijawab dengan cara responden mengingat kembali gejala yang dirasakan selama 1 minggu dan 3 bulan sebelumnya, sehingga keterbatasannya bergantung pada ingatan responden. 3. Secara teori terdapat variabel kualitas kimia dan kualitas biologi udara yang mungkin berhubungan dengan keluhan sick builing syndrome, namun variabel tersebut tidak diteliti pada penelitian ini karena keterbatasan alat dan biaya.

B. Keluhan Sick Building syndrome pada Pekerja PT Pelita Air Service Tahun

2016 Berdasarkan hasil penelitian ternyata ditemukan bahwa responden yang mengalami keluhan sick building syndrome 52 responden 52.0 dan yang tidak mengalami keluhan sick building syndrome 48 responden 48.0. Dibandingkan dengan penelitian lain yang dilakukan di Indonesia, prevalensi SBS yang ditemukan dalam penelitian ini relatif tinggi, penelitian sebelumnya dari Lisyastuti 2010 SBS pada pekerja Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur B2TKS BPPT di kawasan Puspitek Serpong, prevalensi responden yang mengalami SBS yaitu 48.9 Lisyastuti, 2010, kemudian penelitian Laila 2011 pada pekerja gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana prevalensi SBS adalah 35 Laila, 2011, dan pada penelitian Rahman, dkk 2013 pada pekerja gedung rektorat Universitas Hasanuddin Makasar dengan prevalensi responden 41.3 Rahman dkk., 2013. Bila dibandingkan dengan penelitian lain di Asia, penelitian di Malaysia yaitu penelitian oleh Zamani, dkk 2013 pada pekerja di dua gedung di Selangor, prevalensi SBS adalah 24.9 Zamani dkk., 2013, dan penelitian oleh Rohizan dan Abidin 2015 pada pengguna laboratorium Universitas Putra Malaysia, dimana prevalensi responden yang mengalami keluhan SBS 10 Rohizan Abidin E.Z, 2015. Pada gambar 5.1 terlihat bahwa gejala-gejala yang dirasakan oleh responden sebagian besar mengalami keluhan dengan frekuensi kadang-kadang yaitu gejala kelelahan 77 responden 77.0, sakit kepala 77 responden 77.0, batuk 76 responden 76.0, kesulitan berkonsentrasi 63 responden 63.0, tenggorokan kering 63 responden 63.0, dan kulit kepala, telingan terasa gatal 24 responden 24. Berdasarkan gejala-gejala yang ada, menurut Tetsuya, dkk 2001 menjelaskan bahwa gejala dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu gejala umum yang terdiri dari kelelahan, kepala terasa berat, sakit kepala, mualpusing, dan kesulitan berkonsentrasi. Kemudian gejala yang berkaitan dengan mata gatal, terbakar dan iritasi mata, iritasi hidung, tersumbat dan berair, tenggorokan kering, dan batuk, dan yang terakhir kategori gejala yang berkaitan dengan kulit wajah memerah, kering, kulit kepala atau telinga terasa gatal, dan tangan kering, gatal dan kulit memerah. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap kondisi lingkungan tempat penelitian. Sumber bahan pencemar yang diduga yaitu sebagian besar ruangan yang diobservasi mempunyai kesamaan sumber bahan pencemar yang mungkin berasal dari alat elektronik seperti komputer, printer, telefon, dan mesin fax. Dilihat dari jenis AC yang digunakan sebagian besar ruangan menggunakan AC jenis split wall, dan AC inverter. Sumber pencahayaan yang digunakan berasal dari lampu fluerencent TL, dan pada sebagian besar ruangan yang diteliti tidak terdapat jendela yang terbuka dan hanya menggunakan pintu sebagai satu-satunya jalan ventilasi. Adapun yang kemungkinan menjadi sumber debu diduga dari karpet yang digunakan pada ruangan engineering, VPC, dan QSHES, hal ini tentunya dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya keluhan sick building syndrome. Jika dilihat dari gejala yang dirasakan oleh lebih dari 50 responden, maka sebagian besar gejala-gejala yang dirasakan oleh responden masuk kedalam kelompok gejala umum dan gejala yang berkaitan dengan mata gatal, terbakar dan iritasi mata, iritasi hidung, tersumbat dan berair, tenggorokan kering, dan batuk. Secara umum penyebab terjadinya keluhan sick builing syndrome karena terdapatnya sumber bahan pencemar yang dikeluarkan dari bahan atau alat-alat yang digunakan dalam ruangan tersebut seperti karpet, komputer, printer, mesin fax, kertas, tisu, pengharum ruangan. Tetapi berdasarkan gambar 5.2 terdapat tiga divisi yang mengalami keluhan sick building syndrome lebih dari 50 yaitu divisi HRGA 66.7, maintenance 57.1 dan divisi engineering 54.5, hal ini mungkin terjadi karena perilaku merokok responden, karena responden yang merokok membawa asap dan debu kedalam ruangan setelah mereka selesai merokok. Kemudian juga pada divisi engineering, lantai ruangan menggunakan karpet dan juga pada divisi maintenance semua pekerja memiliki psikososial kurang baik. Hal ini yang mungkin menyebabkan banyak pekerja di tiga divisi tersebut mengalami keluhan sick building syndrome. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan pada responden, ditemukan lebih dari 50 responden memiliki riwayat alergi dan 31 responden yang memiliki riwayat atopi. Hal ini dapat mempengaruhi timbulnya keluhan sick builing syndrome pada pakerja. Untuk mengurangi prevalensi SBS pada pekerja dengan cara meminimalisasi tingkat polusi udara dalam ruangan, hal ini dapat secara efektif menghilangkan sumber kontaminan lokal malalui penentuan bahan bangunan dan perabot dengan potensi emisi rendah, dan menggunakan sistem pembuangan khusus Rohizan Abidin E.Z, 2015.

C. Faktor yang berhubungan dengan Keluhan sick building syndrome Pada

Pekerja Gedung PT Pelita Air Service 1. Hubungan antara kualitas fisik udara dengan keluhan sick building syndrome pada pekerja Gedung PT Pelita Air Service Tahun 2016 Pengukuran kualitas fisik udara dalam ruangan di gedung PT Pelita Air Service dengan menggunakan empat parameter yaitu suhu, kelembaban, laju angin dan pencahayaan ruangan. Berikut dibawah ini pembahasan hubungan kualitas fisik udara dengan keluhan sick building syndrome.

Dokumen yang terkait

Hubungan Jumlah Koloni Bakteri Patogen Udara Dalam Ruang dan Faktor Demografi terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building Syndrome (SBS) pada Responden Penelitian di Gedung X Tahun 2013

1 18 175

Sick building syndrome

0 3 8

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

1 5 15

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 2 7

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Hubungan antara Kualitas Fisik dan Mikrobiologi Udara dengan Keluhan Sick Building Syndrome pada Unit Cutting dan Sewing PT. Sai Apparel Industries Semarang Tahun 2016 - UDiNus Repository

0 0 1

Predicting the Sick Building Syndrome (SBS) occurrence among Pharmacist assistant in Banjarmasin South Kalimantan

0 0 6

Gambaran Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Karyawan Fajar Group di Gedung PT. Fajar Graha Pena Makassar Tahun 2012 - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 106