Daerah Aliran Sungai TINJAUAN PUSTAKA

Golley Bellot, 1999. Kombinasi elemen modal alami dengan tenaga kerja manusia, pengetahuan, dan material kehidupan benih, teknik, mesin akan menghasilkan produksi perdesaan Golley Bellot, 1999. Di samping menghasilkan produk pangan dan material mentah, perdesaan juga menyediakan pemandangan, rekreasi, dan keterhubungan dengan aktivitas tradisional dan budaya. Dari segi sosial, kehidupan masyarakat desa terikat nilai-nilai budaya asli yang sudah diwariskan secara turun temurun melalui proses adaptasi yang sangat panjang dan interaksi intensif dengan lingkungan biofisik masyarakat. Di samping itu, kearifan lokal merupakan salah satu aspek karakteristik masyarakat, sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seyogiyanya dapat dipahami sebagai dasar dalam pembangunan pertanian dan perdesaan. Sumardjono, 2010 Beberapa masalah pada lanskap perdesaan antara lain penggundulan hutan, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, degradasi lahan pertanian, penurunan keragaman jenis biologi, kekeringan dan krisis air bersih terutama di musim kemarau, peningkatan terjadinya erosi tanah longsor terutama di musim penghujan, terjadinya bahaya kelaparan, penurunan kesehatan masyarakat, peningkatan jumlah masyarakat miskin Arifin et al. 2009

2.2 Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan sungai dan anak-anak sungai yang berfungsi menampung, menyimpan serta mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami. Batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruhi aktivitas daratan UU No. 72004. DAS meliputi punggung bukit atau gunung yang merupakan tempat sumber air dan semua curahan air hujan yang mengalir ke sungai, sampai daerah dataran dan muara sungai Ditjen Tata Ruang Pengembangan Wilayah, 2002. DAS dapat disebut juga Daerah Pengaliran Sungai DPS atau Daerah Tangkapan Air DTA. Dalam bahasa inggris terdapat pula berbagai istilah seperti Catchment Area dan Watershed Kodoatie Sugiyanto, 2002. DAS merupakan dasar pengelolaan sumber daya air untuk air permukaan. Dalam suatu sistem DAS banyak komponen, sistem, fungsi dan perannya terkait sumber daya air. Oleh karena itu pegelolaan sumber daya air harus dilihat secara utuh dalam satu kesatuan, minimal dalam satu daerah aliran sungai Kodoatie Sjarief, 2010. Pada bagian hulu DAS dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat tradisional yang relatif homogen serta relatif jauh dari pengaruh urbanisasi, akan ditemukan karakter lanskap perkampunganperdesaan. Karakter tersebut dapat terlihat pada tata ruang, elemen pembentuk lanskap maupun aktivitas masyarakatnya. Semakin ke hilir semakin kuat pengaruh urbanisasi Arifin Arifin, 2007. Aktivitas masyarakat bagian hulu akan mempengaruhi kondisi ekologis bagian hilirnya, sebaliknya perkembangan perkotaan di bagian hilirnya akan mempengaruhi bagian hulunya. Oleh karena itu diperlukan pengelolaaan kawasan kawasan DAS secara terintegrasi dari bagian hulu sampai hilirnya untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pada DAS tersebut Asdak, 2007. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar 15, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan permukaan air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan Asdak, 2007. Ekosistem DAS hulu merupakan hal yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS, antara lain dari fungsi tata air. Daerah hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi Asdak 2007. Pemberdayaan kembali wilayah perdesaan di daerah hulu DAS diharapkan dapat memperbaiki produktivitas wilayah dan hubungan yang baik hingga ke hilir secara harmonis dan berkelanjutan. Secara kewilayahan ragam land use, potensi agroforestri, lanskap budaya, ecovillage dan keindahan lanskap, dipandang sebagai variabel yang berpotensi dikembangkan sebagai objek agrowisata. Dengan demikian masyarakat dalam aktivitas sehari-harinya yang telah memperoleh manfaat secara sosial ekonomi dan lingkungan juga dapat meningkatkan kesejahteraannya dengan aktivitas agrowisata. Hal tersebut dapat dicapai melalui tiga tahapan dasar triple bottom line benefit yaitu aspek konservasi lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan kenyamanankeamanan hidup Arifin, 2010

2.3 Konsep Keberlanjutan Lanskap