menuju komunitas yang secara nyata berlanjut. Sementara pada Sentul City, masyarakatnya telah mengenal konsep keberlanjutan. Namun agar menjadi suatu
komitmen bersama, masih perlu dilakukan sosialisasi dan bentuk-bentuk kegiatan nyata.
5.2.4.7 Perdamaian dan Kesadaran Global Parameter perdamaian dan kesadaran global menunjukkan perlunya
tindakan menuju keberlanjutan pada hulu atas dan tengah. Sementara hulu bawah dan Sentul City menunjukkan suatu awal yang baik menuju keberlanjutan.
Parameter perdamaian memiliki penekanan pada kesadaran individu akan pengaruhnya dalam komunitas maupun dalam skala yang lebih luas. Parameter ini
terkait juga dengan partisipasi masyarakat dalam menciptakan keharmonisan dalam masyarakat. Pada hulu atas nilai yang rendah diakibatkan oleh masih
rendahnya kesadaran dari individu akan pengaruhnya di dalam komunitas sehingga partisipasi dalam pengambilan keputusan relatif rendah. Pada umumnya
masyarakat mempercayakan orang-orang tertentu seperti tokoh masyarakat dalam memutuskan suatu masalah. Padahal keiikutsertaan semua anggota masyarakat
dapat membentuk energi kolektif dalam membangun komunitas desa yang lebih baik.
5.3. Rekomendasi Pengelolaan
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan pada lokasi penelitian dapat disusun suatu rekomendasi pengelolaan. Rekomendasi yang disampaikan
berupa konsep-konsep pengelolaan terkait aspek-aspek ekologi, sosial dan spiritual. Pada beberapa rekomendasi, pendekatan ecovillage digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada lokasi penelitian baik pada hulu atas, tengah, bawah, dan kota.
5.3.1 Rekomendasi Umum Pada awalnya akan disampaikan rekomendasi umum tentang konsep
tahapan pembangunan komunitas yang berlanjut pada hulu DAS Kalibekasi. Tahapan ini disusun berdasarkan suatu kesadaran bahwa pembangunan
masyarakat yang berlanjut merupakan suatu proses yang kontinu dan tidak bisa instan. Oleh karena itu, diperlukan rencana pengelolaan di dalamnya. Adapun
skema tahapan yang harus ditempuh disajikan pada Gambar 34.
Gambar 34 Skema Tahapan Menuju Komunitas yang Berlanjut 1. Introduksi konsep keberlanjutan: Pada tahap ini anggota masyarakat pada
kawasan hulu DAS Kalibekasi baik desa maupun kota diperkenalkan dengan konsep keberlanjutan yang utuh. Latar belakang, filosofi, tujuan,
manfaat, bentuk kegiatan, dan pencapaian perlu disosialisasikan secara komprehensif. Hal ini berguna untuk membentuk kesadaran dan komitmen
awal dalam menuju komunitas yang berkelanjutan. Bentuk kegiatannya dapat berupa penyuluhan pada skala komunitas. Pada lokasi penelitian
skala kampung dinilai lebih efektif karena jumlahnya anggota komunitasnya yang tidak terlalu besar. Pelaku penyuluhan dapat berasal
dari pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, maupun institusi pendidikan. Sistem kaderisasi yang telah terdapat di hulu tengah dan
bawah dapat digunakan untuk menyebarkan pengetahuan tentang keberlanjutan pada komunitas yang lebih luas.
2. Peningkatan Kapabilitas: Tahap ini merupakan tahap pembekalan komunitas untuk menuju keberlanjutan. Dua aspek yang penting dalam
langkah awal ini adalah peningkatan pendidikan dan ekonomi. Secara sinergi pendidikan formal di sekolah dan pendidikan praktis tentang
Introduksi Konsep Keberlanjutan kesadaran dan komitmen
Peningkatan Kapabilitas pendidikan dan ekonomi
Pembiasaan pola hidup berkelanjutan aksi
konsep keberlanjutan diberikan kepada masyarakat. Begitupula dengan usaha-usaha untuk meningkatkan ekonomi lokal. Bentuk nyatanya
dibahas pada poin 1 rekomendasi khusus. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembentukan ecovillage ataupun ecocity adalah
suatu kegiatan yang terus berproses sehingga tahap peningkatan kapabilitas ini merupakan proses yang terus berlangsung.
3. Pembiasaan pola hidup berkelanjutan: Pada tahap ini masyarakat telah mampu menerapkan pengetahuannya untuk menerapkan konsep
kebelanjutan. Manfaat prinsip berkelanjutan mulai dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah, institusi pendidikan, dan LSM diharapkan
bertindak sebagai
fasilitator dan pendukung
komunitas dalam
pengembangan pengetahuan dan kemampuan yang lebih luas. 5.3.2 Rekomendasi khusus
Berdasarkan rekomendasi umum yang telah diuraikan disusun beberapa rekomendasi khusus. Pada rekomendasi khusus ini disajikan beberapa konsep
pengelolaan masyarakat, lingkungan dan lanskap pada lokasi penelitian. Berikut merupakan rekomendasi khusus tersebut:
1. Penguatan Pendidikan dan Ekonomi pada Perdesaan Penguatan pendidikan serta ekonomi masyarakat merupakan pilar yang
penting dari suatu usaha untuk mencapai keberlanjutan. Kedua hal ini merupakan faktor penentu dalam menentukan kelestarian lingkungan baik pada ecovillage
maupun ecocity. Oleh karena itu, peningkatan pendidikan serta ekonomi masyarakat menjadi penting untuk diusahakan. Konsep ini secara diagramatis
disajikan pada Gambar 35.
Gambar 35 Alur Pikir Kelestarian Lingkungan Pendidikan
Perekonomian
Kesejahteraan Masyarakat Kelestarian Lingkungan
Bentuk pendidikan yang perlu diperhatikan adalah pendidikan formal dan pendidikan
tentang konsep-konsep
keberlanjutan. Peningkatan
kualitas pendidikan formal merupakan bentuk usaha jangka panjang dalam memperbaiki
kualitas sumberdaya manusia perdesaan. Sementara pendidikan tentang-konsep keberlanjutan diharapkan dapat menjadi percepatan perbaikan kualitas lingkungan
dan pemantapan kemampuan masyarakat dalam membentuk komunitas yang berlanjut. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan:
- Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan pada lokasi penelitian, seperti sekolah dan pusat-pusat pelatihan. Ketika penelitian dilakukan,
masyarakat pada Kampung Cimandala, secara swadaya sedang membangun SMP pertama di kampung tersebut. Pemerintah dapat
membantu dalam akselerasi pembangunan sarana pendidikan tersebut. - Peningkatan kualitas pendidikan dengan meningkatkan jumlah dan tenaga
pengajar, perlengkapan pendidikan seperti buku pada perpustakaan, dan sarana pendidikan lain.
- Pembukaan akses seluas-luasnya untuk pendidikan. Baik akses fisik, ditinjau dari letak sekolah, baik SD, SMP, SMA dan jenjang yang lebih
tinggi maupun akses terkait finansial. Program pemerintah seperti BOS perlu dimanfaatkan secara optimal pada perdesaan.
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pendidikan praktis terkait konsep keberlanjutan dapat dilakukan dengan beberapa usaha seperti disajikan
pada Tabel 12. Tabel 12 Bentuk Pendidikan Praktis untuk Keberlanjutan Lingkungan dan
Masyarakat. Aspek
Jenis Penyuluhan dan Pelatihan
Lokasi Alternatif
penyuluhpelatih A T
B P Lingku-
ngan Ekologi
- Pengelolaan sampah mandiri skala rumah
tangga: V V V V
LSM, Sentul City - Konservasi tanah dengan
kolam resapan atau biopori
V V V V Pemda Dinas
Pertanian, Institusi pendidikan
- Pertanian terpadu, pertanian organik,
pertanian yang konservatif
V V V Pemda Dinas
Pertanian, Institusi pendidikan
- Pemanfaatan pekarangan untuk ketahanan pangan
V V V Pemda Dinas
Pertanian, Institusi pendidikan
- Pengetahuan konsep 3R V V V V
LSM, Intitusi pendidikan, Pengelola
Sentul City
- Pemanfaatan sumber energi ramah
lingkungan: matahari panel surya
V Pengelola Sentul City - Pemanfaatan sumber
energi ramah lingkungan: air sungai
V Pemda Dinas Energi
dan Pertambangan, Institusi pendidikan
Sosial- Ekonomi
- Agroindustri dari komoditi potensial
seperti singkong, pisang, bambu, pandan,
tanaman-tanaman obat, dll produk makanan,
kerajinan tangan, furnitur
V V V
Pemda Disperindag, Dinas koperasi dan
UKM, LSM
- Kerajinan dari bahan bekas seperti sampah
plastik V V V
LSM, Pemda Disperindag, Dinas
koperasi danUKM - Ketrampilan kerja
V V V Pemda Dinas
Diperindag, LSM Sementara pada aspek ekonomi, peningkatan kapasitas yang dilakukan
berorientasi pada pembentukan komunitas yang lebih mandiri. Namun pada awalnya, dukungan dan pendampingan dari pemerintah, LSM sangat dibutuhkan.
Beberapa langkah nyata yang dapat diambil antara lain: - Penyaluran modal usaha untuk masyarakat perdesaan oleh pemerintah
dengan pendampingan
agar modal dapat
dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Pendampingan dapat dilakukan oleh pemerintah, LSM atau institusi pendidikan.
- Penguatan posisi tawar petani pada perdesaan dengan pembentukan kelembagaan seperti koperasi pertanian ataupun kelompok tani. Nantinya
kelompok tani atau koperasi ini diharapkan dapat mengatur distribusi produk, harga produk, dan pengelolaan modal para petani.
2. Harmonisasi desa dan kota berkelanjutan Konsep harmonisasi unit ecovillage danatau ecocity dikembangkan dari
pemikiran Kasper dalam Barus dan Pribadi 2009 bahwa pengembangan ecovillage dapat selaras dengan kota pusat pelayanan di dekatnya. Di samping
itu, pada unit yang lebih luas, masing-masing ecovillage dapat saling berinteraksi untuk membentuk suatu komunitas berkelanjutan yang lebih luas. Hubungan kota-
desa pada ecovillage dapat dikembangkan karena kota tetap menjadi pusat pelayanan seperti pendidikan, ekonomi, dan kesehatan bagi komunitas ecovillage,
sedangkan warga kota dapat menikmati jasa lingkungan dari perdesaan di sekitarnya. Wilayah perdesaan juga dapat menjadi penyangga kota, terutama
karena RTHnya yang luas. Di samping itu, kemunculan suatu unit ecovillage, dapat memotori pembentukan ecovillage yang lain sehingga berpeluang terbentuk
komunitas berlanjut yang lebih luas. Menurut Kasper dalam Barus dan Pribadi 2009, biasanya unit-unit ecovillage dapat membentuk jaringan sosial, ekonomi
dan politik antara sesamanya. Pada lokasi penelitian terdapat Sentul City sebagai kota dan komunitas-komunitas perdesaan di sekitarnya, maka terdapat potensi
dalam pengembangan konsep harmonisasi kota-desa ini Gambar 36.
Diadaptasi dari Barus dan Pribadi, 2009
Gambar 36 Konsep Hubungan Unit Ecovillage-Ecocity Ecocity
Ecovillage Ecovillage
Ecovillage
Ecovillage
Hubungan timbal balik kota-desa Hubungan antara sesama desa berkelanjutan
Kota dan desa harus memiliki itikad baik dan komitmen dalam mewujudkan pembentukan komunitas berkelanjutan secara bersama, sementara
pemerintah dapat mendukung konsep ini melalui program-program yang dibuatnya. Bentuk rekomendasi pengelolaan terkait model ini adalah:
- Membangun akses yang lebih besar terhadap masyarakat desa pada kota terutama pada aspek ekonomi. Para petani pada kampung-kampung pada
hulu Kalibekasi dapat menjual hasil pertanian, maupun produk-produk mereka ke dalam kota berkelanjutan dengan harga yang sesuai terlebih
untuk produk-produk organik yang dihasilkan. - Secara spasial, perluasan kawasan kota baru, hingga masuk ke kawasan
perdesaan harus dihentikan dengan menegakkan hukum sesuai regulasi yang telah dibuat mengenai hal ini RTRW Kota Bogor.
- Hubungan kerjasama antara desa dalam transfer teknologi program- program untuk mengelola lingkungan maupun bidang ekonomi seperti
pelatihan-pelatihan kerja, dan pertanian. Bentuk ini juga dapat digunakan sebagai CSR pada warga di sekitar pemukiman.
- Hubungan kerja sama antar desa atau kampung. Bentuk kerja sama dapat berupa transfer teknologi, pertukaran pengetahuan, maupun aktivitas
bisnis. Hal ini diharapkan dapat memperkuat jejaring antar desa sehingga memperkuat posisi tawar masyarakat di perdesaan.
3. Pengembangan Agrowisata, Ekowisata, wisata Perdesaan Berbasis Komunitas
Pengembangan konsep agrowisata, ekowisata, desa wisata merupakan potensi yang dapat diterapkan pada daerah hulu DAS Kalibekasi. Konsep agrowisata
selain memberi keuntungan ekonomi, juga memaksa untuk mempertahankan lahan-lahan dan ruang terbuka hijau pada perdesaan. Pada saat penelitian
berlangsung kegiatan agrowisata dan ekowisata telah dilakukan, namun sepenuhnya dikelola oleh Sentul City. Program ini berbentuk ekowisata pada
wilayah Gunung Pancar yang berdekatan dengan Kampung Cimandala dan kebun
buah naga yang berdekatan dengan Kampung Landeuh. Apabila program-program pada Sentul City dapat dikombinasikan dengan bentuk agrowisata atau ekowisata
yang berbasis komunitas, pilihan program dan objek yang ditawarkan dapat lebih beragam. Sementara itu, tidak hanya menguntungkan pihak kota namun juga
komunitas-komunitas pada perdesaan yang menjadi lokasi agrowisata, ekowisata, maupun, desa wisata.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat penelitian ditemukan beberapa potensi desa yang dapat dikembangkan sebagai agrowisata, ekowisata maupun
wisata perdesaan. Potensi-potensi ini disajikan pada Tabel.13 Tabel 13 Potensi Agrowisata, Ekowisata, dan Wisata Desa
Objek Lokasi
Bentuk Kegiatan dan Atraksi yang mungkin dilakukan
A T B Sawah dan Ladang
padi, singkong, pandan, sayur-sayuran, buah-buahan
V V V Kegiatan pertanian menanam,
merawat, memanen padi, penjualan produk segar
Lanskap alami Gunung Pancar, Gunung Astana,
Sumber air panas Cibeureum V
Ekowisata, mengenal flora fauna, mengunjungi talun, melihat makam
di atas gunung, mandi air panas
Lanskap pemukiman tradisional
V V V Merasakan kehidupan perdesaan
harianmenginap, menikmati keindahan dan produk pada lanskap
sekitar pemukiman sungai, produk pekarangan, kebun campuran
Pabrik tapioka V V V
Melihat proses pembuatan, ikut dalam proses pembuatan
Kegiatan seni budaya masyarakat
V V Mentang
Kolecer pada
musim tertentu
A: hulu atas, T: hulu tengah, B: hulu bawah Dalam mengembangkan agrowisata, ekowisata, maupun desa wisata selain
potensi-potensi yang telah ada, harus didukung dengan kemampuan masyarakat dalam mengelola program wisata. Oleh karena itu, pada awalnya dibutuhkan
pelatihan dan pendampingan. Pelatihan-pelatihan ini dapat diberikan oleh pemerintah, LSM terkait, maupun pihak lainnya. Dalam tahap selanjutnya dapat
pula dilaksanakan kerja sama antara kota dan desa dalam pengembangan dan pengelolaan program wisata ini, sehingga semua pihak dapat memperoleh manfaat
secara adil.
4. Revitalisasi Bentuk Lanskap Agroforestri Merevitalisasi lanskap agroforestri pada hulu DAS Kalibekasi juga
merupakan usaha untuk menjaga keberlanjutan DAS dari hulu sampai hilir. Dengan merevitalisasi bentuk-bentuk agroforestri maka akan mendukung dan
melestarikan jasa lingkungan environmental services yang mencakup penyimpanan karbon, konservasi dan perlindungan keanekaragaman hayati,
pengelolaan sumber daya air, dan menjaga keindahan lanskap. Bentuk agroforestri yang dapat dilakukan pada DAS Kalibekasi dan bentuk arahan pengelolaanya
disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Tabel Bentuk dan Pengelolaan Lanskap Agroforestri
Elemen agroforestri
Pemanfaatan Lokasi
Bentuk Pengelolaan A T B P
Pekarangan - Ketahanan
pangan - Penghasilan
tambahan V V V
- Revitalisasi fungsi pekarangan dengan kembali
memanfaatkannya untuk bertanam tanaman pangan,
sayur, bumbu, obat, maupun industri
Pertanian sawah dan
ladang - Produksi
utama V V V - Penghentian konversi tataguna
lahan pertanian dengan regulasi dan penegakan hukum sesuai
RTRW oleh pemerintah
- Insentif bagi yang mempertahankan lahan pertanian
atau RTH dan disinsentif bagi yang melakukan konversi oleh
pemerintah
- Agrowisata basis komunitas sebagai nilai tambah oleh dan
untuk komunitas Kebun
campuran dan talun
- Jasa lingkungan
- Produksi - Ketahanan
pangan V V V
- Pelestarian praktik kebun campuran dan talun pada lokasi
penelitian - Pemberian insentif bagi yang
mempertahan bentuk agroforestri ini
Hutan - Jasa
lingkungan V
- Pengelolaan hutan berkelanjutan oleh pemerintah
- Perdagangan karbon pada skala lokal hulu-hilir maupun global
- Pengembangan ekowisata dengan melibatkan komunitas
sekitar lokasi RTH pada
kota - Jasa
lingkungan - Nilai tambah
kota V - Pemeliharaan RTH pada kota
- Insentif oleh pemerintah bagi yang memenuhi persyaratan
RTH kota A: hulu atas, T: hulu tengah, B: hulu bawah, P: Pembanding
5. Revitalisasi Kearifan Lokal Revitalisasi kearifan lokal adalah suatu bentuk usaha pengelolaan lanskap
dengan mempelajari kembali bentuk-bentuk respon manusia dalam menghadapi alam, baik yang masih berlaku maupun yang telah hilang, sehingga dapat
diterapkan, diadaptasi, dan dilestarikan. Konsep-konsep kearifan lokal secara tradisional diterima oleh masyarakat serta berpengaruh baik kepada lingkungan.
Pada lokasi penelitian ditemukan beberapa bentuk kearifan lokal yang masih diterapkan masyarakat. Beberapa di antaranya disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15 Bentuk Kearifan Lokal pada Lokasi Penelitian Bentuk Kearifan Lokal
Lokasi ditemukan
Manfaat Intensitas
ditemukan
A T
B Pengelolaan mata air
berbasis masing-masing rumah tangga
V Perlindungan yang
lebih intensif pada mata air
Masih diterapkan
Pemanfaatan material lokal beronjong batu
dalam pencegahan erosi sungai dan menahan
tanah pada pemukiman yang memiliki
ketinggian berbeda V
V - Penghematan
pengeluaran untuk material
- Merupakan suatu bentuk eko-
engineering yang adaptif lingkungan
Masih diterapkan
secara terbatas
Konsep rumah panggung pada rumah
tradisional Sunda V
V V
- Eko arsitektur - KDB kecil
- Resisten terhadap gempa
Mulai ditinggalkan
Pekarangan sebagai dapur hidup
V V
V - Ketahanan pangan
- Sumber penghasilan
tambahan Masih
diterapkan dengan
tanaman yang sedikit
Area pemakaman yang berada pada kebun
bambu V
V V
- Konservasi kebun bambu
- Kesuburan kebun bambu
Masih ditemukan
A: hulu atas, T: hulu tengah, B: hulu bawah Bentuk-bentuk kearifan ini dapat dilestarikan dengan cara sosialisasi pada
komunitas yang lebih luas dan pada generasi berikutnya agar tidak hilang. LSM dapat menjadi fasilitator kegiatan sosialisasi ini. Di samping itu, dalam membuat
kebijakan terkait lingkungan pemerintah dapat menegosiasikannya dengan masyarakat serta memperhatikan bentuk-bentuk kearifan lokal yang ada, sehingga
dapat lebih mudah diterima dan dijalankan. 6. Merevitalisasi Seni Budaya Lokal.
Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya pada lokasi penelitian adalah dengan merevitalisasi kesenian lokalnya. Sekolah
merupakan suatu sarana yang baik dalam usaha ini. Bentuk kesenian lokal dapat dijadikan muatan lokal pada sekolah-sekolah di lokasi penelitan. Sekolah Dasar
pada Kampung Cimandala, Landeuh, maupun Leuwijambe merupakan sarana yang potensial untuk memulai usaha ini. Sementara itu, memang dibutuhkan
penambahan ruang komunitas yang dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan kegiatan ini.
Beberapa bentuk kesenian lokal yang dapat dipelajari kembali adalah gendang pencak dan tamsilan. Tenaga pengajar bisa meminta bantuan pada warga
masyarakat yang masih menguasai kesenian ini. Di samping itu dengan
mengajarkan bentuk kesenian lokal pada anak-anak dapat membentuk kebanggan mereka terhadap seni budaya lokal yang merupakan warisan leluhur mereka.
5.3.3 Alternatif Rekomendasi Teknis Berikut disajikan beberapa rekomendasi teknis dalam pencapaian
ecovillage. Rekomendasi berupa saran-saran yang bersifat konsep maupun metode yang dapat diaplikasikan langsung pada lokasi penelitian. Rekomendasi yang
diberikan terutama terkait dengan perbaikan kualitas lingkungan serta hubungan sosial masyarakat melalui pendekatan lanskap.
Visualisai konsep harmonisasi lanskap desa dan kota disajikan pada Gambar 37. Sentul City dilingkupi oleh sabuk hijau pertanian perdesaan. Sabuk
hijau pertanian diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan kota maupun perdesaan. Permukiman perdesaan berada pada sekitar kota, dengan akses yang
mudah menuju kota. Sementara area penyangga Gunung Pancar, atau area alami lainnya menjadi penyangga keseluruhan kawasan.
Gambar 37. Rekomendasi Konsep Pola Kawasan pada Lokasi Penelitian Pada skala perkampungan, tata ruang kampung juga penting untuk
diperhatikan. Pada Gambar 38 disajikan model tata ruang perkampungan ecovillage sebagai alternatif konsep tata ruang pada lokasi penelitian yang
diadaptasi dari model tata ruang ecovillage Nasrullah, 2009. Fasilitas publik, seperti sekolah, puskesmas, pasar, pusat kegiatan masyarakat, termasuk ruang
terbuka komunitas berada pada pusat desa sehingga mudah diakses oleh semua masyarakat. Sementara itu pemukiman berada disekitar pusat desa yang
dilingkupi dengan areal produksi pertanian di sekitarnya. Area konservasi, gunung maupun hutan dapat berada pada sisi desa sebagai penyangga desa. Sementara itu,
greenbelt perlu dibangun pada pada sisi sungai sebagai buffer sungai serta area konservasi sempadan sungai. Pada area transisi antar masing-masing ruang dapat
menjadi greenbelt yang melingkupi perdesaan.
Gambar 38 Rekomendasi Konsep Pola Perkampungan Sementara pada aspek sirkulasi, jalan utama merupakan akses utama
kampung dari kampung lain. Pada lokasi penelitian, terutama menuju Kampung Cimandala, akses utama menuju masing-masing kampung masih dalam kondisi
buruk secara fisisk. Jalan masih berupa jalan berbatu, atau dengan kondisi perkerasan yang telah rusak. Hal ini perlu segera diperbaiki. Akses merupakan
sarana dalam membuka keterisolasian desa sehingga perbaikan ekonomi terkait kemudahan distribusi produk pertanian, pendidikan kemudahan mencapai pusat
pelayanan pendidikan, serta pembangunan lain dapat mencapai perdesaan. Pada hirarki selanjutnya terdapat jalan permukiman yang menghubungkan masing-
masing rumah pada kampung. Jalan kebun merupakan jalan yang berada pada area-area produksi dapat berupa jalan setapak, namun akan sangat baik bila
direncanakan dapat diakses dengan mudah untuk mengangkut produk desa. Selanjutnya terdapat akses menuju gunung atau hutan yang dapat berupa jalan
setapak sebagai akses masyarakat dalam memanfaatkan hasil hutan dengan lestari. Fokus selanjutnya adalah pengadaan ruang terbuka untuk komunitas.
Ruang terbuka ini sebaiknya bersifat publik, kepemilikan pribadi dikhawatirkan tidak berlanjut terkait ketidakpastian sikap pemilik atau generasi selanjutnya
terhadapa ruang terbuka tersebut pada waktu yang akan datang. Selain untuk rekreasi dan olah raga, ruang terbuka publik untuk komunitas dapat menjadi
ruang untuk kegiatan yang melibatkan seluruh kampung, seperti perayaan hari besar agama atau nasional, tempat pertemuan, ruang dalam mempertunjukkan seni
budaya lokal, serta pasar lokal pada hari-hari tertentu. Disamping itu, ruang ini dapat pula diintegrasikan dengan bangunan publik untuk kegiatan masyarakat
seperti pelatihan, rapat kampung, posyandu, puskesmas, atau sekretariat kelompok-kelompok desa. Mengingat bahwa lokasi perdesaan merupakan lokasi
yang rawan bencana longsor maupun banjir maka keberadaan ruang terbuka ini berpotensi juga menjadi ruang evakuasi bencana. Oleh karena itu dibutuhkan
perencanaan yang baik dalam menentukan lokasinya. Pertimbangan dalam kemudahan akses dan kesesuaiannya penting untuk dipertimbangkan. Sementara
itu, ruang komunitas skala ketetanggaan yang telah ada harus dipertahankan. Ruang-ruang terbuka ini diharapkan dapat memberi kesempatan masyarakat untuk
rekreasi, bersosialisasi, serta menjalani kegiatan-kegiatan bersama Gambar 39.
a Skema hubungan ruang terbuka b Ruang terbuka skala ketetanggan
c Ilustrasi ruang terbuka publik skala kampung Gambar 39 Skema dan Ilustrasi Ruang Terbuka Publik untuk Komunitas
Sementara itu, sebagai usaha konservasi pada daerah bantaran sungai dapat dilakukan dengan konsep eco-engineering sederhana, terutama dengan
penanaman Gambar 40a. Praktik ini dapat berfungsi sebagai usaha minimalisasi erosi pada dinding sungai, melindungi tempat hidup berbagai fauna sungai, serta
dapat pula menjadi penyaring alami sampah maupun sisa pupuk kimia yang dapat menjadi polusi sebelum akhirnya mengalir ke sungai. Beberapa alternatif metode
konservasi sungai yang dapat dilakukan disajikan pada Gambar 40b. Pada beberapa tempat pada lokasi, seperti di Sungai Cipancar perlu segera dilakukan
perbaikan karena telah mengalami erosi yang parah. Menurut Maryono 2008, beberapa tanaman perdu atau herba yang dapat hidup di zona amfibi antara zona
darat dan air adalah dari golongan pandan Pandanus, golongan lengkuas Alpinia, rumput wlingi Cyperus alternifolius, serta golongan kangkung-
kangkungan Ipomea. Tanaman pohon pinggir sungai yang dapat digunakan adalah dari keluarga bambu Bambusa sp., Gigantochloa sp, Dendrocalamus sp.,
keluarga beringin Ficus benjamina, Ficus gibbosa, Ficus glomerata, dan gayam Inocarpus fagiferus. Tanaman yang khusus dapat menahan longsoran antara lain
rumput vetiver Vetiveria zizanoides, karangkungan Ipomea carnea, serta bambu. Pada hulu atas tanaman-tanaman ini dapat dikombinasikan dengan teknik
beronjong batu yang telah ada. Kombinasi dengan tanaman-tanaman lokal lain yang berpotensi juga dapat dilakukan. Pada Gambar 40c disajikan ilustrasi
penanganan erosi di beberapa sungai pada lokasi penelitian.
a Penanaman pada bantaran sungai Sumber: Maryono, 2005
b Metode pasangan batu kali kombinasi vegetasi atau vegetasi saja Patt et al dalam Maryono, 2005
c Ilustrasi konservasi beberapa dinding sungai pada lokasi penelitian. Gambar 40 Metode dan Ilustrasi Konservasi Dinding Sungai
Sementara itu, pada skala rumah tangga pemanfaatan pekarangan dapat lebih dioptimalkan dengan revitalisasi pekarangan untuk ketahanan pangan.
Sebagian besar rumah masih memiliki lahan kosong baik di depan kiri, depan, atau belakang rumah seperti pada masing-masing pola pekarangan berdasarkan
penanaman yang telah dipaparkan pada subbab pola lanskap. Pekarangan ini dapat dimanfaatkan untuk penanaman khususnya tanaman pangan seperti sayur,
buah, bumbu, obat, maupun, penghasil pati. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat perdesaan pada lokasi penelitian dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan
pangannya sendiri. Sementara itu revitalisasi pekarangan juga dapat dilakukan dengan menyediakan lahan untuk pengomposan, area untuk sumur resapan,
biopori, dan lebih baik apabila dikombinasikan dengan kolam pemeliharaan ikan. Keberadaan pekarangan yang ditanami juga diharapkan dapat meningkatkan
kualitas lanskap pada perdesaan. Alternatif konsep dan ilustrasi pemanfaatan pekarangan disajikan pada Gambar 41.
a Alternatif pola penanaman dan elemen pekarangan dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan
b Ilustrasi pemanfaatan pekarangan pada lahan yang masih kosong pada lokasi penelitian
Gambar 41 Alternatif Konsep dan Ilustrasi Pemanfaatan Pekarangan Untuk konservasi air pada skala rumah tangga, secara sederhana terdapat
beberapa usaha yang dapat dilakukan. Salah satu metode tersebut adalah penggunaan sumur resapan Gambar 42a. Menurut Maryono 2005 teknologi
sumur resapan sebenarnya merupakan perkembangan dari kolam-kolam yang biasa dibuat oleh para masyarakat perdesaan terdahulu yang berfungsi untuk
menahan dan meresapkan air hujan. Sumur resapan dapat diletakkan di bawah tempat jatuhnya air hujan dari atap, sehingga airnya dapat langsung mengalir ke
sumur resapan. Di samping itu dalam skala lebih kecil metode Lubang Resapan Biopori LRB juga dapat dimanfaatkan Gambar 42b. LRB adalah lubang
silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 80-100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah.
Lubang kemudian diisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk menghidupkan mikroorganisme tanah, seperti cacing. Cacing tanah ini akan
membentuk pori-pori atau terowongan dalam tanah biopori yang dapat mempercepat resapan air ke dalam tanah secara horizontal Biopori.com. Di sisi
lain LRB ini dapat menjadi media bagi masyarakat perdesaan dalam membuat kompos yang dapat dimanfaatkan untuk tanaman-tanaman pada pekarangannya.
Kedua metode ini baik dilakukan terutama pada daerah hulu tengah dan bawah yang masyarakatnya menyatakan kekurangan air pada musim kemarau, atau
mengalami banjir saat musim hujan.
a Struktur Sumur Resapan Maryono, 2005 b Struktur Biopori
Gambar 42 Metode Konservasi Air Skala Rumah Tangga Pada aspek pengolahan limbah padat, dapat dibedakan menjadi
pengelolaan sampah organik dan anorganik. pengelolaan sampah organik dapat dilakukan dengan mengumpulkan sampah dapur, berupa sisa makanan, ataupun
dedaunan kering pada salah satu bagian pekarangan untuk dikomposkan Gambar 43a ataupun melalui biopori. Kompos ini dapat dimanfaatkan untuk memupuk
tanaman-tanaman yang ada di pekarangan. Sementara sampah anorganik dapat
dikumpulkan pada pengumpul untuk kemudian didaur ulang Gambar. 43b pemilahan antara bahan organik dan anorganik sebaiknya dilakukan pada skala
rumah tangga.
. a Pengomposan pada pekarangan b Usaha pengumpulan sampah anorganik
Gambar 43 Potensi Pengelolaan Sampah Di samping itu, dalam mengatasi pencemaran air sungai atau empang dari
limbah sisa produksi tapioka, salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kolam atau bak khusus untuk pengelolaan limbah tapioka
sehingga limbah tidak langsung dibuang ke sungai. Dengan perlakuan khusus seperti dengan EM limbah dapat diuraikan lebih cepat serta tanpa mencemari
sungai. Untuk mengurangi bau pada sekitar lokasi kolam dapat tanaman aromatik. Konsep dan ilustrasinya disajikan pada Gambar 44
Gambar 44. Konsep dan Ilustrasi Kolam Pengelolahan Limbah Tapioka Sementara itu pada aspek sosial, salah satu alternatif yang dapat dilakukan
untuk mempermudah dalam menyebarkan informasi adalah dengan membuat papan pengumuman pada lokasi penelitian, terutama perdesaan. Selama ini papan
pengumuman yang ada hanya berada pada kantor desa sehingga jarang di akses oleh mayarakat luas. Penyebarannya pada masing-masing kampungunit yang
lebih kecil diharapkan dapat menyebarkan informasi lebih cepat kepada masyarakat. Papan pengumuman ini sebaiknya diletakkan pada tempat yang
strategis dan biasa dilalui oleh masyarakat sehingga peluang capaiannya lebih besar. Papan pengumuman dapat berisi informasi dari desa, informasi dari sesama
masyarakat, poster-poster pembelajaran tentang pertanian, kesehatan, ataupun keluarga, serta lainnya. Melalui cara ini, papan pengumuman juga dapat
bermanfaat sebagai media edukasi bagi masyarakat desa. Di samping dari sisi fisik, kesadaran perangkat desa maupun masyarakat juga penting ditingkatkan
untuk mau berbagi berbagai informasi penting dan bermanfaat.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN