3.5. Flicker Fusion-Frequency
12
Evaluasi pada frekuensi flicker-fusion adalah suatu teknik untuk menggambarkan hasil yang realistis dan dapat diulang. Subjek orang yang
diteliti melihat pada sebuah sumber cahaya yang dinyalakan dengan energi yang berfrekuensi rendah dan berkedip-kedip flictrering. Kemudian frekuensi
berkedipnya dinaikkan sampai subjekya merasakan bahwa cahaya yang berkedip tersebut sudah laksana garis lurus. Frekuensi dimana cahaya yang berkedip
dianggap sebagai garis lurus memberikan kesan bahwa subjek yang diteliti berada pada kondisi lelah. Sedangkan subjek yang lelah tidak mampu mendeteksi cahaya
yang berkedip. Pada saat istirahat fusing terjadi dengan 35 sampai 40 Hz. Setelah bekerja dengan beban kognitif akan terjadi pengurangan fusing 0,5 sampai 0,7 Hz.
Gambar 3.4. Critical Flicker Fusion pada Mata
12
Nurmianto, Eko., Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan II, Guna Widya, Surabaya, 1998. hal 268
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Ergonomi- Cogntlive Work
3.6. Adaptasi Gelap dan Cerah
Mata manusia berespon terhadap rentang luminasi yang sangat lebar. Apabila seseorang berdiam cukup lama dari lingkungan yang terang lalu
berpindah ke lingkungan yang lebih gelap, retina secara bertahap menjadi lebih peka terhadap cahaya sewaktu orang tersebut menjadi ”terbiasa dalam gelap”.
Penurunan ambang pengelihatan ini dikenal sebagai adaptasi gelap. Adaptasi ini hampir maksimum setelah sekitar 20 menit, walaupun setelah waktu yang lebih
lama terjadi sedikit penurunan lebih lanjut. Dilain pihak, apabila seseorang tiba- tiba berpindah dari ruangan yang temaram ke ruangan yang terang, cahaya akan
terasa menyilaukan dan bahkan tidak menyenangkan sampai mata beradaptasi terhadap peningkatan penerangan dan ambang penglihatan meningkat. Adaptasi
ini berlangsung dalam periode sekitar 5 menit disebut adaptasi terang, walaupun sebenarnya hal ini hanya merupakan proses menghilangnya adaptasi gelap.
Adaptasi cerah berlangsung lebih cepat daripada adaptasi gelap tetapi akan memerlukan 30-60 menit untuk menyeselesaikannya.
13
13
Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, Pustaka Binaman Pressindo, Surabaya, 1985. p. 163-164
Tahap pertama adaptasi akan berlangsung hanya 0,05 detik, pada saat itu kepekaan retina mendadak
berkurang sampai seperlima dari nilai asalnya. Tahap kedua berjalan dengan tempo yang lamban dan seperti pada adaptasi gelap, ia ditetapkan oleh
berubahnya keseimbangan antara perombakan dan sintese dari material peka foto dari retina, pengurangan peka cahaya yang mendadak itu mempengaruhi retina.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3.5. akan menguraikan kejadian tersebut dimana daerah cerah mengurangi kepekaan dari keseluruhan retina, termasuk fovea sentralis.
Gambar 3.5. Efek Daerah Terang dan Gelap Terhadap Retina.
Sumber : Sastrowinoto, Suryatno., Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi
3.7. Silau