3.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap PT Bank CIMB Niaga, Tbk berlokasi di Graha Niaga, Jl.Jend.Sudirman KAV.58 Jakarta. Dalam hal ini menganalisis
tingkat kesehatan bank tersebut dengan menggunakan pendekatan metode CAMELS.
3.3. Metode Pengumpulan DataVariabel
Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur. Data yang digunakan
adalah data sekunder pada tahun 2007-2010. Data yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan. Data sekunder
tersebut diperoleh dari situs www.cimbniaga.com. Data sekunder lain yang digunakan sebagi penunjang dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
studi literatur melalui internet dan jurnal.
3.4. Alat Analisis yang Digunakan
Penelitian ini data diolah secara kuantitatif melalui perangkat lunak seperti Microsoft Excel dan Minitab 14. Data laporan keuangan yang
diperoleh penulis digunakan untuk menilai tingkat kesehatan PT Bank CIMB Niaga, Tbk yang dilihat dari komponen CAMELS yaitu Capital
CAR, Assets NPA, Earnings ROA, ROE, NIM, BOPO, dan Liquidity LDR. Hasilnya kemudian diinterpretasikan secara deskriptif. Setelah itu
dilakukan analisis trend terhadap rasio keuangan untuk melihat proyeksi kinerja perusahaan di masa depan.
3.4.1 Penilaian faktor Permodalan Capital :
Capital Adequecy Ratio CAR atau rasio kecukupan
penyediaan modal minimum KPMM ialah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung
risiko kredit, pentertaan, dan surat berharga tagihan pada bank lain ikut dibiayai dari dana modal bank, di samping memperoleh dana-
dana dari sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman utang dan dan lain-lain Farah Margaretha, 2007. Rasio ini dapat
dirumuskan sebagi berikut: berdasarkan SE BI No.330DPNP tanggal 14 Desember 2001
Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal
31 Mei 2004 diperoleh standar untuk KPMM sebagai berikut: Peringkat 1 : Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan
dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan.
Peringkat 2 : Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan
dalam ketentuan. Peringkat 3 : Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan
dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan 8
≤ KPMM ≤ 9. Peringkat 4 : Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku.
Peringkat 5 : Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable
3.4.2 Penilaian Faktor Kualitas Aset Asset Quality
Pada penilaian faktor kualitas asset yang digunakan adalah rasio NPA. Rasio aktiva produktif bermasalah NPA adalah rasio untuk
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi
rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif yang menyebabkan PPAP yang tersedia semakin besar maka kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet Hariani Iswi, 2010. Rasio ini dapat dirumuskan sebagi berikut: berdasarkan SE BI No.330DPNP
tanggal 14 Desember 2001 NPA =
……………..……….........…...2 CAR =
T R
T R
………….………1
Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset pada Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP
tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NPA sebagai berikut: Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah.
Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah. Peringkat 3 : Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara
5 sampai dengan 8. Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi.
Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi.
3.4.3 Penilaian Faktor Rentabilitas Earnings