program efiesiensi biaya operasional oleh manjemen sehingga beban operasional meningkat tidak terlalu besar. Beban opersional
mengalami peningkatan sebesar 8,91 triliun rupiah dari tahun sebelumnya 8,50 triliun rupiah. Total pendapatan operasional
mengalami peningkatan sebesar 12,10 triliun rupiah dari tahun sebelumnya 10.76 triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat
pada Lampiran 12. Pada tahun 2010 rasio BOPO PT Bank CIMB Niaga, Tbk
mengalami penurunan menjadi 68,56 persen. Penurunan tersebut karena pendapatan operasional peningkatannya lebih besar
dibandingkan beban operasional. Beban operasional mengalami peningkatan sebesar 9,47 triliun rupiah yang disebabkan oleh
meningkatnya biaya umum dan administrasi sebesar 31 persen menjadi 2,3 triliun rupiah 2009: 1,8 triliun rupiah dan biaya pegawai
sebesar 3 persen menjadi 2,0 triliun rupiah 2009: Rp1,9 triliun rupiah. Pendapatan operasional mengalami peningkatan sebesar
13,81 triliun rupiah. Pendapatan operasional meningkat karena adanya peningkatan pada penghasilan bunga sebesar 10 persen menjadi 12,4
triliun rupiah 2009: 11,3 triliun rupiah dan penghasilan operasional lainnya meningkat 5 persen menjadi 1,6 triliun rupiah 2009: 1,5
triliun rupiah. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 12.
4.5.8 Trend dan Proyeksi BOPO
Hasil analisis trend terhadap rasio BOPO menunjukkan bahwa perkembangannya cenderung menurun selama periode 2007-2010.
Gambar 14 menunjukkan trend model Quadratic pada rasio BOPO. Proyeksi untuk dua tahun berikutnya yaitu tahun 2011 dan tahun
2012 menunjukkan bahwa rasio BOPO cenderung menurun. Rasio BOPO yang diperoleh pada tahun 2011 pada kuartal II yaitu sebesar
40,60 persen. Proyeksi menunjukkan hasil yang sama dengan hasil aktual yang diperoleh. Penurunan nilai pada rasio BOPO
menunjukkan semakin efisiennya biaya yang dikeluar oleh Bank CIMB.
Tahun B
O P
O
2012 2011
2010 2009
2008 2007
80
75
70
65
Accuracy Measures MAPE
0,695574 MAD
0,509000 MSD
0,323851 Variable
Forecasts Actual
Fits
Trend Analysis Plot for BOPO
Quadratic Trend Model Yt = 82,6275 - 4,0505 t + 0,1175 t 2
Gambar 14. Grafik Trend BOPO Periode 2007-2010 4.6. Faktor
Liquidity 4.6.1
Loan to Deposit Ratio LDR
LDR Loan to Deposit Ratio atau rasio kredit terhadap depositsimpanan digunakan untuk menilai menilai kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebgai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio LDR menunjukkan semakin rendah kemampuan likuiditas bank tersebut.
Berdasarkan Gambar 15 dapat diketahui bahwa nilai dari LDR pada Bank CIMB selama periode 2007-2010 mengalami fluktuasi.
Nilai LDR yang diperoleh yaitu sebesar 78,11 persen pada tahun 2007, 86,59 persen pada tahun 2008, 92,82 persen pada tahun 2009,
dan 85,12 persen pada tahun 2010. Berdasarkan nilai LDR yang diperoleh pada tahun 2007 mendapatkan peringkat sehat karena
nilainya berada diantara 75 persen – 85 persen. Pada periode 2008- 2010 mendapatkan peringkat cukup sehat karena nilainya berada
diantara 85 persen – 100 persen, sesuai dengan Lampiran 2e Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP.
Gambar 15. Grafik Hasil LDR Periode 2007-2010 Rasio LDR yang diperoleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk pada
tahun 2007 adalah sebesar 78,11 persen. Persentase tersebut diperoleh dari perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan yaitu senilai
58,97 triliun rupiah dengan dana pihak ketiga yaitu senilai 75,50 triliun rupiah. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 13.
Nilai LDR mengalami peningkatan menjadi 86,59 persen di tahun 2008. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran 13.
Peningkatan ini terjadi karena jumlah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga meningkat menjadi 72,77 triliun rupiah. Pertumbuhan
kredit meningkat pada segmen retaol banking, business banking, dan corporate banking yang tumbuh masing-masing 21,96 persen, 19,30
persen, dan 29,75 persen. Dana pihak ketiga meningkat menjadi 84,05 triliun rupiah. Komposisi dana pihak ketiga yang meningkat adalah 22
persen dalam bentuk giro, 21 persen dalam bentuk tabungan dan 57 persen dalam bentuk tabungan berjangka.
Nilai LDR mengalami peningkatan kembali menjadi 92,82 persen di tahun 2009. Perhitungan LDR dapat dilihat pada Lampiran
13. Peningkat nilai LDR disebabkan jumlah kredit meningkat menjadi 80,05 triliun rupiah. Peningkatan kredit terdiri atas kredit rupiah yang
78.11 86.59
92.82
85.12
70.00 75.00
80.00 85.00
90.00 95.00
2007 2008
2009 2010
LDR
meningkat sebesar 11 persen menjadi 69,5 triliun dan kredit mata uang asing meningkat sebesar 27 persen menjadi 1,1 miliar dollar.
Dana pihak ketiga meningkat menjadi 86,24 triliun rupiah. Komposisi dana pihak ketiga yang meningkat terdiri atas deposit sebesar 46
persen, tabungan sebesar 31 persen, dan giro sebesar 23 persen. Pada tahun 2010, nilai LDR mengalami penurunan menjadi
85,12 persen. Perhitungan BOPO dapat dilihat pada Lampiran 13. Penurunan ini terjadi karena peningkatan dana pihak ketiga lebih
besar dibandingkan peningkatan kredit yang diberikan. Total dana pihak ketiga meningkat menjadi 117,83 triliun rupiah karena adanya
peningkatan pada giro, tabungan, dan deposito berjangka. Jumlah kredit yang diberikan meningkat menjadi 100,30 triliun rupiah.
4.6.2 Trend dan Proyeksi LDR